Jurnal
olahraga
A.
Judul
Motivasi tim sepakbola
B. Abstrak
All team members must be motivated to work
as part of a
group of highly motivated and compact. Scientific
approach to help coaches improve teamwork
menuaikan task. There
are several keys to motivating a team.
compactness can be developed especially through the
use of a perceptual approach to motivate
and by always emphasizing
its important thoughts
and behavior are optimistic.
in general, and the threat of reprimand is
not productive, but if used wisely may be beneficial. Teamwork
plays an important role in the motivation tim.kekompakan
can be improved by
limiting their membership on the team that
can meet the entry
requirements will ketat.kekompakan
also greater in small
and homogeneous group
and the group
that mempuyai clear
goals, especially if the achievement of goals is threatened by
an opponent. Important task of the coach is
to develop cohesiveness tim.dengan determine the
factors that affect the cohesiveness, more positively
or negatively, the coach can draw up a team of
highly motivated unit unit. If it's done well then small
teams or large
will easily earn
achievements with goals in the team
ingginkan.sebuah not easily handled if
the coach does not have special skills and
are able to provide guidance on an ongoing basis in demand means that coaches have
expertise with good multi can educate
and train.
C. Latar belakang
Setiap pelatih telah memenuhi kebutuhan individu, tim
olahragawan yang selalu memusatkan usaha pada pengembangan tim yang bermotivasi
tinggi dan terpadu melalui proses latihan dan pertandingan di segala kompetisi,
meskipun proses ini merasa sulit untuk di kuasai melainkan sangat penting bagi
keberhasilan tim yang nahkodai oleh seorang pelatihyang bisa memberikan
kontribusi besar kepada atletnya dengan bekerjasama yang baik. Keberhasilan
suatu tim tidak seluruhnya di tentukan oleh motivasi masih banyak faktor yang
lain yang bisa mempengaruhi keberhasilan suatu tim seperti adanya program
latihan yang kontinyu, bahkan suatu kebetuntungan bisa dijadikan keunggulan tim
untuk memenangkan pertandingan, namun dari itu semua motivasi mempunyai
pengaruh yang sangat besar pada keberhasilan tim bahkan tidak semua tim bisa
memiliki motivasi yang besar dan motivasi sendiri dapat di kendalikan oleh
pelatih, pemecahan masalah motivasi kadang tidak bisa di temukan melalui tingka
ilmiah namun biasanya motivasi yang efektif tergantung kepada kemampuan pelatih
untuk menerapkan secara artistik secara ilmiah, hal – hal apa saja yang harus
di miliki oleh setiap pelatih yang pertama pelatih harus jeli pada suatu
keadaan atlet baik pada saat latihan maupun pertandingan dimana atlet merasakan
kondisinya kuran respek terhadap situasi atau keadaan dimana saat itu atlet
baru mendapatkan masalah baik itu yang bersifat pribadi maupun umum sehingga
pelatih berinisiatif untuk lebih dekat sebagai pemecahan masalah tersebut, dan
perlu di perhatikan bahwa setiap atlet yang memliki masalah tidak semua
pendekatan yang sama yang dilakukan oleh seorang pelatih, pendekatan perseptual
untuk memotivasi (Combs, 1959)yang menyatakan bahwa pelatih harus mencoba untuk
memahami persepsi atlet mungkin bisa efektif, yang kedua seorang pelatih harus
memiliki optimisme yang luar biasa namun optimisme tersebut tidak bisa di
espresikan lewat kata – kata saja melainkan setiap tindakan, tingkah laku harus
selalu menunjukan bahwa atlet akan menirunya apabila atlet mempercayainya
kenyataan di lapangan setiap pelatih masih banyak yang tidak jujur pada saat
melatih karena pada pelaksanaan latihan banyak pelatih yang mempentingkan suatu
golongan tertentu sehingga harga diri sebagai pelatih lunak bahkan tidak harga
dirinya di hadapan atletnya ini karena sebab bahwa pelatih kurang realistis
dalam menjalankan tugasnya, begitu juga sebaliknya bahwa setiap pelatih harus
memiliki reputasi yang besar untuk menjalankan tugasnya yang lebih mudah dan
selalu mengabaikan kepentingan pribadi, usaha yang keras dan selalu berkembang
kedepan menatap sebuah kenyataan yang memberikan sutu keberhasilan sehingga
tidaak ada keraguan bagi atlet yang di latihnya bahkan setiap managemen selalu
mendukung segala program yang di buat oleh pelatih, dalam hal ini pelatih
membantu kepada atletnya untuk menemukan performem yang pik pada saat latihan
dan pertandingan, yang ketiga pelatih mampu memberikan satu konsep bahwa
pengalaman pertama sangatlah penting hal ini di tunjukan kepada atlet atau tim
bahwa pelatih sadar akan resiko berat dalam membuat setiiap keputusan dan
jangan terulang lagi setiap kesalahan yang sama yang menyangkut kepada
pembimbingan. Motivator tim yang baik selalu melakukan apapun dalam batas
kekuatanya agar pengalaman pertamanya benar – benar mempengaruhi sebuah tim,
yang keempat setiap gerakan pelatih mempunyai arti bahwa setiap gerakan
memberikan pesan kepada atlet, tim disini bisa kita lihat bahwa:
Pelatih
Berbicara Secara Monoton
|
Pelatih
Mengangkat Sebelah Alis Ketika Menanggapin Pertanyaan
|
Pelatih
Berjalan Dengan Kepala Merunduk
|
Pelatih Mengepalkan
Jari – Jari Selama Pertandingan
|
-
Tertekan
-
Tidak tertarik
-
Perhatian kecil
terhadap suatu tim
-
Tidak begitu
peduli
-
Pelatih merasa
tergangu maupun bosan
-
Pelatih tidak
menikmati tugasnya
-
Pelatih
memiliki sifat superior
|
-
Pelatih tidak
setuju
-
Tidak mengerti
-
Binggung
-
Tidak bisa
dilakukan
-
Terkejut
|
-
Berkonsentrasi
pada taktik baru
-
Kecewa
-
Kurang percaya
diri
-
Memusatkan
pikiran
-
Menyiapkan
mental untuk bertanding
-
Sangat serius
|
-
Bersemangat
-
Inggin menang
-
Gelisah
-
Berhasrat
-
Berusaha keras
-
Berjuang
mengendalikan emosi
-
berkonsentrasi
|
Pendapat suatu ahli komunikasi non verbal bahwa 55%
memiliki pengaruh terhadap hasil yang inggin di dapatkan, yang kelima ancaman
dan teguran untu motivasi setiap pelatih memiliki karakter yang berbeda salah
satunya mengunakan ancaman untuk motivasi merupakan setrategi yang jitu bagi
sebuah keberhasilan tim dan ini sudah dilakukan dari sejak dulu bahkan hingga
sekaran masih banyak pelatih yang mengunakan metode tersebut dan apabila
setrategi itu digunakan maka pelatih akan menemukan kelemahan – kelemahan yang
dialami oleh atlet,hal itu merupaka luapan emosi pelatih dan sudah menjadi
tugas dan terjadi pada saat melatih, kita harus sadar bahwa suatu keberhasilan
akan selalu diukur dengan penampilan atlet oleh karena itu tidak mengherankan
emosi meluap secara terbuka dan menegur kencang dari analisis yang bisa kita
lihat ketika pelatih memberikan teguran dan motivasinya sebagai berikut :
1.
jika sering di
gunakan teguran maka atlet cendrung kelhilangana pengaruhnya karena tidak peka
2.
teguran bisa
mempengaruhi untuk jangka pendek namun untuk jangka panjang akan sedikit sekali
pekanya
3.
teguran juga bisa
memberikan perhatian pada atlet
4.
bahkan teguran
jangka pendek akan lebih negatif anatara lain atlet kurang suka pada
pelatihnya, takut pada pelatih, atalet hilang kehormatanya, dan bagi atlet yang
tidak percaya diri akan merasakan kurang produktif.
Setiap teguran lisa dari pelatih dapat
menjadikan produktif apabila langsung diikuti oleh intruksi (Tharpe dan
Gallimore 1976) artinya Olahragawan / atlet harus tahu apa yang penting
perpaduan teguran dan umpan balik ini dapat mengingatkan pada atlet apa yang
penting dalam melaksanakan yang baik.yang kelima kekompakan tim bisa digunakan
sebagai alat yang tepat untuk meraih kesuksesan dilihat dari mana bahwa
kekompakan memiliki potensi yang luar biasa bahkan tidak semua tim memiliki hal
itu, kekompakan bisa didenifisikan sebagai tingkatan angota suatu klompok
merasa saling terikat pada kekompakan itu sendiri, kekompakan akan meningkat
jika keangotaan sebuah tim terbatas dan akan muncul setelah melewati prasaratan
masuk yang sulit begitu juga sebaliknya kekompakan akan meningkat apabila
didasari oleh nilai, minat, dan keyakinanyang sama dari setiap
angota,(Middlebrook 1974) tujuan tim serta ancaman dari luar atas pencapaian
tujuan tim dapat menaikan kekompakan, tim yang bergu dan seregu secara umum
merupakan hal yang paling agar tim berhasil terutama pada olahraga yang
tergantung pada interaksi angota tim selamanya berlangsungnya pertandingan
(sepakbola, bola basket, bola voly dan olahraga lainya)dalam olahraga yang
mencakup kompetisi pararel seperti golef, tenis, renang kekompakan (Hall, 1981)
kekompakan merupakan hal yang tidak menentukan dalam keberhasilan tim olahraga.
Setiap kekompakan tidak mesti selalu berhasil artinya bahwa kekompakan dari
luar dan di dalam dengan adanya komitmen yang tinggi dari setiap individu dan
memberikan kontribusi yang besar maka keberhasilan mudah di dapatkan, di lingkungan
masayarakat olahraga juga banyak yang membentuk tik melelu kekompakan individu
yang sudah tewrjalin sebelumnya guna mempermudah penyatuan tim, dan kondisi
seperti itu sudah merupakan budaya pada saat penjaringan tim yang diadakan pada
saat penyeleksian pemain, pelatih dan pemain merupakan olahragawan sepakat
tentang tujuan tim, kekompakan dapat tergangu apabila pelatih beroreentasi pada
tujuan untuk menang dan angota tim bermain dengan alasan sosial bila dihadapan
pada situasi seperti ini, pelatih harus 1, mengubah sikap angotanya tim 2,
mengubah sikapnya sendiri dan yang ke 3, mengubah sedikitnya keduanya tujuan
tersebut (Sherif, 1976). Merencanakan peranan olahragawan harus menerima
perananya dalam tim yang menyadari pentingnya peran mereka baik secara teknis
dan non teknis, sehingga kekompakan menjadi kunci utama dalam mensuksuskan
timnya untuk meraih kemenangan.
(1). Mengubah
sikap anggota tim
(2).mengubah
sikap nya sendiri
(3).mengubah
sedikit kedua nya dan mencoba untuk mempertemukan kedua tujuan tersebut
(Sherif, 1976).merencanakan peranan,olahragawan harus menerima peranan nya
dalam tim dan menyadari penting nya peran mereka untuk keberhasilan tim.anggota
tim perlu tau dengan pasti apa peran mereka selama latihan dan
pertandingan.olahragawan yang tidak pernah di beritahu tentang perannya,mungkin
merasa terbuang dan merasa tidak di butuhkan,hal ini benar-benar
penting,terutama bagi pemain cadangan.makin sering pelatih mengingatkan para
olahragawan nya tentang peran mereka dalam tim ,makin baik.demikian juga
pernyataan masyarakat dalam kaitan nya tiap peran yang berguna untuk
keberhasilan tim dapat bermanfaat untuk kekompakan tim.homogenitas tim
.kekompakan dapat di perbaiki apabila mempunyai minat,penilaian dan keyakinan
yang sama.faktor-faktor seperti latar belakang sosial ekonomi,tetangga dan
kepercayaan/agama dapat mempengaruhi kekompakan.bentrokan tidak akan terjadi
,apabila ada kesamaan di antara anggota tim (Eitzen, 1973).besarnya
tim.mempengaruhi kelompok yang lebih
keciladalah jauh lebih mudah.tim olahraga yang berjumlah anggota nya besar (25
orang atau lebih)dapat lebih kompak jika tim di bagi dalam kelompok kelompok
yang kecil.dalam melakukan hal ini,suatu hal yang penting adalah bahwa semua
anggota harus di perlakukan sama untuk mencegah perpecahan tim.
Mimi murray,pelatih dari
beberapa tim kejuaraan senam nasional di springfield college dan seorang
psikolog yang sangat terkenal mengatakan bahwa para pelatih dapat memelihara
para pelatih dapat memelihara kekompakan tim dengan cara :
1.
Meningkatkan komunikasi secara
tetap,terus-menerus dan terbuka
2.
Membuat kriteria yang jelas untuk menyeleksi tim
3.
Menekankan pada anggota tim agar membagi
pengalaman nya pada tim mereka
4.
Menyusun tujuan tim
5.
menerima perbedaan individual dan menggunakan kekuatan
perorangan tetapi memahami dan menghargai kelemahan mereka masing masing.
6.
Membentuk kelompok kelompok yang lebih kecil
yang harus bertanggung jawab terhadap kelompok yang lebih besar melalui
bimbingan pelatih lain dan atau anggota tim yang mempunyai rasa tanggung jawab.
7.
Menyediakan kesempatan untuk berhasil melalui
a.dorangan positif dan negatif
b.memuji adanya kerja sama yang baik ketika kalah maupun menang
c.menghargai seluruh usaha anggota tim ,tidak hanya usaha perorangan saja
a.dorangan positif dan negatif
b.memuji adanya kerja sama yang baik ketika kalah maupun menang
c.menghargai seluruh usaha anggota tim ,tidak hanya usaha perorangan saja
8.
Menyusun baik tujuan yang realistis maupun
tujuan individual
9.
Merencanakan tanggung jawab setiap anggota tim
tehadap tim nya
10.
Tidak mengharapkan apa apa lagi dari tim selain
apa yang di inginkan atau di perlihatkan pelatih
11.
Mempertahan kan kesadaran interaksi kelompok
12.
Memperhatikan,mendengar dan mau menerima
kebutuhan dan usul usul perorangan dan tim
13.
Menekankan proses pemenuhan dan pencapaian
tujuan bukan hanya hasil akhir.
Peran para pemimpin.pelatih,asisten pelatih dan para kapten semuanya
memainkan suatu peran yang penting dalam mengembangkan kekompakan .pelatih
harus membantu anggota tim memilih kapten yang benar benar pemimpin tim,bukan
hanya pemimpin sosial.merupakan hal yang ideal bila para kapten berorientasi
pada tugas dan memiliki telinga yang
peka terhadap masalah dan kebutuhan antar pribadi
Tim hanya dapat kompak
apabila staf pelatih mereka juga kompak.pelatih utama benar-benar di sarankan
untuk lebih mengembangkan staf kecil yang terpadu dan bukan staf yang besar dan
penuh konflik.atlit akan belajar tentang konflik tersebut bila akan terjadi,dan
hal tersebut dapat melemahkan usaha untuk membangun suatu tim yang kompak.para
pemimpin dalam suatu tim benar benar dapat mempengaruhi kekompakan dengan
tindakan tindakan mereka.pelatih dapat menekan kan baik hal yang mementingkan
diri sendiri maupun yang tidak tentunya atlit akan menanggapi tingkah laku yang
di tekan kan tersebut.
.tak satu pun yang dapat
membuat suatu tim tak setuju bahwa tak
ada “aku adalah kami” dalam suatu pertandingan yang di tonton oleh umum dan menghadapi
lawan yang pantas.telah tercatat dengan
baik ,bahwa kompetensi antar tim menyebabkan timbulnya kerjasama dalam suatu
tim.sikap ‘kami’ di bina dengan memperlakukan tiap atlit sebagai seorang
anggota tim yang sangat berharga.semua atlit harus mendapat latihan dan
peralatan permainan yang sama serta mengikuti aturan yang sama.pelaksanaan
aturan harus adil dan konsisten ,dan akan lebih baik bila aturan tersebut di
buat oleh anggota tim dan pelatih.identitas pribadi dan tim.banyak olahragawan
yang sedang berjuang untuk mendapatkan suatu identitas pribadi dan nenolak ide
ide yang dirancang untuk membina keseragaman,di satu sisi pelatih harus
membantu olahragawan mengalahkan diri sendiri demi kepentingan tim.di sisi lain
olahragawan harus juga memberi kesempatan untuk mengungkap kan pendapat .kedua
hal tersebut harus di penuhi tanpa saling merugikan.
Kesempatan untuk menampilkan ungkapan individu kadang-kadang dapat
diberikan dalam latihan dan bahkan dalam
pertandingan. Jika suatu tim menentukan bahwa diperlukan seragam tim khusus
untuk pertandingan di dalam ataupun diluar, sebaiknya diberikan kebebasan untuk
memilih satu bagian pakaian tersebut. Misalnya, tim-tim dapat mengadakan lomba
untuk melihat siapa yang topi, dasi, sepatu atau kaos kakinyapaling hebat. Dan tentu saja banyak sekali kemungkinan yang
bisa terjadi.
Berbicara didepan umum, mereka harus berbicara dalam ungkapan
‘’kami’’ dan bukan ‘’saya’’ dengan
perkecualian yaitu dalam hal mengaku bersalahatas kegagalan tim dan dalam hal
memberi pujian pada tim atas keberhasilan mereka. Pendekatan ini mungkin
dibutuhkan bagi tim yang ragu-ragu karena kurang percaya diri. Jelasnya,
pelatih harus yakin dalam menerima tanggung jawab pribadi atas kegagalan tim.
Pelatih yang tidak yakin, yang khawatir bila orang lain bisa merasakan bahwa
tim nya kalah karena pelatihnya, cenderung menganggap kegagalan bersumber dari
bakat olahraga yang buruk. Pada olahragawannya. Sayangnya pendekatan semacam
ini dapat menghancurkan kepercayaan olahragawan pada pelatihnya. Pada perjamuan
pemberian hadiah, pelatih dapat memupuk kekompakan dengan sering memberi pujian
atas keberhasilan tim kepada olahragawan, orang tua, staf sekolah, dan kelompok
pendukung tim yang baik. Pelatih dapat yakin bahwa jika seluruh kelompok
diperlakukan sedemikian rupa sehingga mereka merasa penting, keberhasilan tim
akan berkembang dengan pesat. Pidato dalam perjamuan haruslah memberi
penghargaan atas pentingnya sikap pengorbanan diri, disamping juga memuji
secara khusus keberhasilan pribadi para senior
dan lebih-lebih para asisten pelatih.
Almarhum paul ‘’si beruang’’ bryant, pelatih sepak bola legendaris
university of alabama, menekankan hal ini ketika dia menjelaskan filsafatnya
untuk menciptakan loyalitas dan kesetiaan.
Hanya ada tiga hal yang pernah saya katakan. Jika ada sesuatu yang
buruk terjadi, sayalah yang telah melakukan nya. Jika yang terjadi agak baik,
kamilah yang melakukannya. Jika yang terjadi benar-benar bagus, kalianlah yang
melakukannya. Hanya itu yang diperlukan untuk memenangkan pertandingan
sepakbola’’ (lyons, 1981:C5).
Membentuk persaan positif
Pelatih telah mengembangkan berbagai cara (strategi)untuk menolong
olahragawan agar merasa di hargai dan di anggap sebagai anggota tim yang
penting.dua orang pelatih renang,karl mohr dari university of
california,berkeley dan tom fay dari vanderbilt
university,telah mengembangkan sepuluh perintah sebagai berikut untuk
manjaga perasaan positif tersebut
Sepuluh perintah
1.
Saya berjanji untuk memenuhi kesejahteraan anda
2.
Saya tidak akan menyakiti anda
3.
Saya tidak akan menghukum anda
4.
Saya tidak akan mendukung anda
5.
Saya tidak akan menerima anda
6.
Saya tidak akan memperhatikan anda
7.
membuat anda bersalah atau membuat anda
kalah,menguasai atau membuat anda tidak berguna
8.
saya tidak akan lebih realistis sehingga saya
dapat menerima dan menghargai anda
9.
saya akan menyingkirkan perasaan-perasaan
pribadi
10.
saya akan jujur,terus terang dan terbuka
pemanasan.pemanasan di lapangan keras maupun dilapangan tanah harus lah
terprogram dengan baik dan sistematis.pemanasan yang terprogram dengan baik dan
sistematis .pemanasan yang terprogram dengan baikdapat memberikan perasaan
bersatu kepada tim.namun akan lebih bila ada pemanasan individualdan bebas,baik
sebelum maupun sesudah pemanasan yang terprogram.setelah pertandingan akan
menguntungkan apabila mempunyai tim yang sepakat dalam menyimpulkan hasil suatu
pertandingan tim tersebut harus berbagi rasa baik dalam kemenangan maupun
kekalahan.selama pertandingan.kekompakan dapat di tingkatkan dengan menetapkan
kebijaksanaan umum tentang perilaku tim selama pertandingan .misalnya selama
time-out ada strategi khusus yang harus di ikuti oleh seluruh anggota
tim.banyak tim yang berhasil memerintahkan semua pemain nya lari keluar
lapangan dan menuju ke suatu tempat tertentu guna berkumpul untuk di beri
petunjuk.pemain cadangan seperti hal nya pemain aktif harus di beri tanggung
jawab yang di tentukan secara tegas
pemain bintang harus dapat
belajar betapa penting nya dapat menyumbangkan dirinya kepada tim.mereka harus
bersedia melupakan catatan tentang dirinya sehingga seorang cadangan dapat
memperoleh kesempatan untuk tampil.pemain bintang dapat lebih menguntungkan
kekompakan tim jika pada saat mereka tidak bermain,mereka menjadi suporter tim
yang antusias.tingkah laku seperti itu menjadikan para cadangan yakin bahwa
penampilan nya penting dan bukannya tidak berarti.di samping itu mereka
akan lebih antusias dan mendukung
apabila mereka sedang tidak tampil.pemain cadangan harus tetap di perlakukan
sebagai anggota tim yang berharga.mereka harus di beri peran yang
terhormat dan harus di hargai sebagai
anggota penting yang juga menentukan keberhasilan tim.seorang pemain cadangan
mudah marasakan bahwa meraka memainkan peran kecil apabila mungkin,pemain
cadangan harus di beri kesempatan untuk bermain ,.semakin cepat mereka bermain
dalam periode tersebut maka akan semakin baik.
Hal- hal yang telah di
sebutkan tadi menyarankan bahwa pelatih dan anggota tim harus bisa menempatkan
diri sebagai pemain cadangan serta mendukungnya.pemain cadangan pun harus
memahami bahwa pelatih mereka akan memperhatikan apabila mereka kecewa,namun
memberungut di depan umum atau di sekitar anggota tim bukan lah hal yang bisa
diterima ,cemberut cenderung lebih melemahkan daripada mendukung
kekompakan.seringkali olahragawan yang cenberut akan mendapatkan seorang teman
yang bersimpati dan mereka dapat berbagi duka.ke dua olahragawan mungkin akan
membentuk satu kelompok yang akan bertentangan dengan anggota tim yang
lain.mereka harus mengerti bahwa hal itu aan mengurangi kesuksesan tim.di luar
lapangan meskipun mempunyai tim yang
kompak merupakan suatu hal yang ideal,pelatih tidak dapat memaksa suatu tim
untuk bersikap kompak.anggota tim harus dapat memupuk rasa saling menghormati.rasa
hormat harus di kembangkan melalui kegiatan di dalam dan di luar lapangan.
Banyak pelatih yang
menjadikan kunjungan ke rumah para olahragawan sebagai bagian yang sangat
penting dalam membentuk kekompakan.yang lain memupuuk rasa hormat dengan
melibatkan seluruh tim dalam proyek sosial seperti bekerja dengan anak anak
cacat mental atau fisik,mengerjakan tugas sehari hari dengan manula mengunjungi rumah sakit,atau bekerja
sama menyiapkan lapangan olahraga untuk pertandingan ada pula tim yang
melibatkan diri dengan membantu sebagai pelatih di perkumpulan pemuda
setempat.selalu saling mengingatkan perkembangan kekompakan tidak lah dapat di
jamin.bahkan rencana yang telah di buat dengan baik serta di rancang secara
ilmiah pun dapat gagal pelatih harus selalu menekankan kepada tim nya,bahwa
kekompakan akan sangat penting bagi keberhasilan tim mereka.anggota tim harus
sering di ingatkan bahwa menjadi orang yang egois dan suka mengecam jauh lebih
mudah daripada menjadi orang yang tidak mementingkan diri sendiri dan selalu
mendukung olahragawan harus terus berjuang untuk saling membantu dalam usaha
mereka untuk menjadi kelompok yang kompak.
Pengaruh negatif dari pada
kekompakan
Hal
yang paling dapat menggangu perkembangan kekompakan suatu tim adalah konflik
antara pelatih dengan olahragawan serta konflik antara olahragawan dengan
olahragawan.pelatih harus berusaha memahami bagaimana pola pandang individual
mereka dapat menyebabkan konflik.konflik antar pribadi: pelatih –
olahragawan.walter rejeski eorang ahli yang menonjol dalam masalah konflik
antar pribadi (rejeski,1981; rejeski dan hustlar , 1980).pelatih seringkali
menarik kesimpulan yang mungkin dapat menyebabkan persepsi yang kelirudan
konflik.apabila seorang olahragawan tampil buruk dalam suatu pertandingan,banyak
pelatih cenderung menanggapinya secara emosional dan mengungkit kembali
beberapa tingkah laku negatif sebelun nya dan mengaitkan nya dengan penampilan
buruk tersebut.
Bebereapa pelatih,secara
kasar dan terbuka,menyalahkan olahragawan yang bersalah apabila terjadi
kegagalan.tanggapan ini sering muncul apabila kesalahan penampilan yang tidak
menguntungkan tersebut di buat oleh olahragawan yang telah di tuduh pada waktu
waktu yang lalu memiliki sikap buruk dalam situasu seperti ini,pelatih mungkin
memgangap bahwa olahragawan tersebut bertanding dengan sengaja.tendensi
perseptual ini di sebut personalisasi setiap saat dapat muncul ketika tim
sedang berjuang dan pelatih mulai merasa tertekan oleh perasaan tanggung jawab
terhadap tim dan tanggung jawab terhadap tugas yang di bebankan kepadanya.
Bentuk masukan yang keliru
seperti itu dapat mempengaruhi pandangan pelatih di masa masa mendatang atas
olahragawan tertentu dan menyebabkan pelatih selalu ingat akan tingkah laku
olahragawan yang buruk serta dapat memperbesar masalah yang lebih serius.jika
konflik pelatih-olahragawan berlanjut,hal ini akan menjadikan anggota tim
menyimpulkan bahwa jika mereka membuat kesalahan yang fatal,mereka akan di persalah dengan
cara yang sama oleh pelatih.bagi beberapa olahragawan yang istimewa,hal ini
akan mendukung penampilanbegi sebagian besar olahragawan ,ini akan menyebabkan
meningkat nya kecemasan dan menurunnya
penampilan.konflik yang di sebabkan kegagalan.merupakan suatu hal yang lazim
apabila kegagalan menyebabkan konflik antara pelatih dengan olahragawan,ada
kecenderungan yang jelas pada pelatih dan olahragawan untuk menerima tanggung
jawab pribadi atas keberhasilan dan menimpakan kegagalan pada orang lain (Bird,
1977; Roberts, 1977).
Pelatih mungkin merasa
bahwa mereka melakukan tugas kepelatihan yang besar,nemaun mereka telah
mendapatkan olahragawan yang rendah mutu nya.pada saat yang sama,olahragawan
mungkin merasa bahwa meraka akan menang kalau saja mereka mempunyai pelatih
yang baik.olahragawan dapat menyatakan bahwa program kondisioning dan strategi
tim lebih rendah mutunya daripada yang di miliki lawan.banyak olahragawan
merasa bahwa sering terjadi penempatan olahragawan yang tidak tepat dalam suatu
pertandingan.kegagalan tim membuat mereka membenarkan pendapat mereka sendiri
“saya lebih baik dari mereka yang bermain,dan apabila saya bermain kita pasti
menang’.
Dengan berkembangnya
konflik,maka frustasi pun berkembang pula.pelatih dapat mengatakan “kalian
kerjakan tugas kalian dan akan saya kerjakan tugas saya.tugas mu bermain dan
tugas saya melatih.biarkan saya memikirkan apa yang berlaku dan apa yang tidak
berlaku!”.di sayangkan pada saat tim telah memburuk sampai pada tingkat konflik
ini,ungkapan yang penuh emosi tidak akan efektif lagi.olahragawan biasanya
berfikir “jika kamu (pelatih) memang mengerjakan tugasmu,kami tidak perlu
khawatir akan apa yang berlaku dan kami tidak akan khawatir lagi dan hanya
memikirkan bermain”.
Tanpa suatu pemahaman dan
penghargaan pada persepsi pribadi,pelatih akan mendapatkan kesulitan dalam
mencegah dan/atau mengatasi konflik antara pelatih dengan olahragawannya.dan
sangat mungkin,tanggapan yang panuh emosi akan menurunkan kekompakan.konflik
olahragawan-olahragawan.konflik antara olahragawan dengan olahragawan muncul
karena banyak dan bermacam macan alasan.dalam suatu tim olahraga,khususnya yang
kurang homogen,terdapat berbagai sikap,nilai,keyakinan dan kemampuan .sebagian
olahragawan yakin bahwa dedikasi dan kerja keras merupakan satu-satunya sarana
untuk berhasil.mereka mungkin yakin bahwa orang lain yang tidak berpegang teguh
pada keyakinan ini seharusnya tidak berada dalam tim,apalagi menggantikan
tempat mereka.
Olahragawan menghargai hal
hal yang berbeda.sebagian menghargai interaksi sosial dan
persahabatan,sedengkan yang lain menghargai penggunaan olahraga untuk
mendapatkan beasiswa ke perguruan tinggi atau mendapat “sorotan” dalam profesional.bila anggota tim tidak setuju
pada nilai nilai tersebut akan terjadi konflik.
Olahragawan dengan latar
belakang sosial ekonomi dan politik yang berbeda,mempunyai keyakinan yang dapat
melahirkan konflik.pelatih harus merasa yakin bahwa mereka sadar akan sumber
sumber konflik yang potensial tersebut.kemudian mereka akan dapat bekerja untuk
mengembangkan olahragawan yang bersedia menerima pandangan teman tim nya serta
mau bekerja untuk kepentingan tim dan bukan tujuan utama untuk mereka yang
bersifat melawan kepentingan tim.
Daftar pustaka
Bird, A.M.
1997. Applications from atribution theory: Facilitating sport group
performance. Makalah di sajikan pada konferensi kerjasama NACPW/NCPEAM.
Orlando, Florida. January
Cohn, N.
Willie Mays,Pete Rose, and Lou Carnesecca. 1981. Their brilliant careers.
Dalam: Inside sports. 3 (Feb):64-71.
Combs, A.W.,
dan Snygg, D 1959. Individual Behavior, A Perceptual Approachto Behavior.Edisi
Revisi. New York: Haever and Brothers.
Counsilman, J.
1979. The X-Factor. Dalam Swimmers Coach. (Nov-Des): 10-12
Eitzen, D.S.
1973 The Effect of Group Structure on the succes of atheletic teams. Dalam:
International Review of Sport Sociology. 8:7-17
Hall. E.G.
1981. Teams effect of group structure on the succes. Dalam: psychological
considerations in maximizing sport performance. Di edit oleh L. Bunker dan R.
Rotella. Charlottesiville: University of Virginia, department of healt and
physichal Education.
Knobler, P.
1981. Not just another face. Dalam: Inside sport. (Feb,28):20-27.
Looney, D.S.
1981. Looklike do alike. Dalam:sport ilustrated. (march. 23):48-50.
Lycons. W.
1981. Bryant aims at mark he doest’n care about. Dalam: The Charlotte Observe.
(Fri, Nov.13); C1-5.
Middlelebrook,
P. 1974. Social physchology and modern life. New york: alfred E. Knopf, inc.
Murray, M.
1981. Cooperating and cohesivenenss: Stetting a winning personal environment.
ical considerations in maximizing sport performance. Di edit oleh L. Bunker dan
P. Rotella. Charlottesiville: University of Virginia, department of healt and
physichal Education.
Rejeski, W.
J.1981. A model ofattributional conflict in sport. Dalam: physchohogical
considerations in maximizing sport performance. Di edit oleh L. Bunker dan P.
Rotella. Charlottesiville: University of Virginia, department of healt and
physichal Education.
Rejeski, W.
J.,dan hustlar, S.1980. the meditorial role of expectancies in the acquistion
and ferformance of sport skill. Dalam: journal of sport behavior. 4:18-23.
Robert, G.C.
1977. Children in competition: Asignment of responsibility for winning and
losing. Dalam: proceedings of the NACPW/NCPEAM national conferencedi edit oleh
L.I. giduilas dan M.E Knerr. Chicago: university of Illinois at chicago circle.
Office of Publications services.
Sherif,C.W.
1976. The social context of Competion. Dalam:social problem in atheletics. Di
edit oleh D.M. landers. Urbana. Illinois: university Illinois Press.
Tharpe, R,.
And Gallimore,R. 1976.what a coach can teach a teacher. Dalam: psychology
today.(Jan):75-78.
Water,
H.F.1981. the boys in the booth. Dalam:inside sport. (feb, 28):108-116.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar