Senin, 09 Oktober 2017

pengembangan latihan tehnik dasar sepakbola dribbling bola berbasi bermain untuk atlet pemula usia 8-12 tahun


A.   Abstrak
Sepakbola merupakan olahraga yang terhormat yang bisa mewujudkan kebersamaan melalui kerjasama dan kekompakan dalam bermain serta memberikan nilai – nilai  yang sangat besar dan baik serta  berpengaruhnya untuk meraih sebuah kemenangan buday yang luhur untuk menjadi manusia yang baik, empati dan bertangung jawab kepada siapapun. sepakbola berkembang dengan pesat dari sabang sampai meraoke yang bermuara di club- club kecil berupa sekolah sepakbola dalam proses program latihan tehnik dasar sepakbola menjadi peranan penting untuk menjadi bagian penting yang dimainkan sepakbola salah satunya tehnik dasar  dribbling yang bertujuan untuk mengembangkan produk berupa model latihan tehnik dasar sepakbola,  sampel penenlitian ini di uji coba oleh sekolah sepakbola undip semarang sebagai uji klompok kecil, dan sekolah sepakbola Djarum kudus sebagai uji klompok besar sekaligus uji efektifitas dengan yang sudah dilakukan pada bulan januari sampai maret 2017. intrumen dribbling bola yang dimodifikasi untuk atlet pemula dan divalidasi oleh ahli atau pakar sepakbola dengan hasil bahwa setelah melakukan penenlitian pendahuluan maka divalidasi oleh ahli yang berawal dari 36 variasi model latihan dribling gugur 11 menjadi 25 variasi model latihan dribbling untuk atlet pemula usia 8-12 tahun, dan dilakukan Berdasarkan tabel di atas bahwa nilai rata-rata hasil tes dribbling untuk atlet pemula usia 8-12 tahun sedang sebelum diberikan latihan dribbling adalah 14,8470 dan setelah diberikan perlakuan adalah 14,6210. Hasil tes menunjukkan peningkatan hasil dribbling sehingga teknik dasar dribbling atlet meningkat, sehingga bahwa kesimpulan dari pengembangan model latihan tehnik dasar dribling sepakbola berbasis bermain untuk atlet pemula bisa diterima sesuai karakter pemain yang berusia 8-12 tahun
B.   Pendahuluan
Sepakbola merupakan alat komunikasi untuk saling mengenal baik itu usia pemula, usia dini, usia remaja, usia junior dan usia senior yang secara langsung berhadapan yang terdiri dari pemain berposisi kiper, belakang, tengah dan depan didampinggi oleh pelatih diluar lapangan dan di pimpin langsung oleh wasit ketika permainan dimulai, sepakbola juga tidak kalah pentingya adalah olahraga yang bisa menyatukan keberagaman antar umat yang beragama, antar budaya, antar suku dan antar bernegara karena sepakbola sendiri terlahir dan berkembang melalui pertandingan baik semi kompetisi maupun kompetisi yang diadakan oleh fifa, dan federasi sepakbola di setiap Negara masing – masing, sepakbola selalu memunculkan suasana yang senang, riang dan membuat cerita yang indah disetiap perjalananya baik untuk usia berapapun hingga sampai saat ini sepakbola tidak pernah lelah dan melahirkan sebuah kemampuan pemain untuk bisa maju dan berkembang, didalam sepakbola yang dimainkan pemain memerlukan kemampuan yang didminasi oleh tehnik dasar, fisik, mental dan taktik, namun yang perlu digaris bawahi khususnya tehnik dasar sepakbola dimana keseluruhan tehnik sangat berpengaruh untuk meraih sebuah kemenangan, kemampuan tehnik ini salah satunya adalah dribling bola yang harus dilakukan oleh setiap pemain pada saat latihan maupun pertandingan, dribling sebenarnya gerakan tehnik yang sangat mudah dilakukan oleh pemain atau atau atlet pada umumnya namun yang terjadi sebuah kejangalan kenaapa pemain atau atlet tidak berani melakukan dribling bola padahal lawan masih jauh, pemain melakukan dribling ketika selalu berhadapan dengan lawan sehingga mengakibatkan bola di rampas oleh lawan, dribling juga bisa dikatakan hal yang sukar karena pada waktu melakukan dribling tidak melihat kondisi diantara kebawah dan kedepan dan bola yang dikuasainya bisa lepas secara tersndiri, dengan kondisi seperti ini maka tehnik dasar sepakbola khususnya dribling perlu diperbanyak dan diberikan oleh pelatih setiap latihan secara bertahap, dan terprogram, pemain sepakbola baik itu berada di usia berapapun tetap menjalankan latihan dribling bola namun kenyataanya dilapangan dribling jarang disampaikan oleh pelatih dengan alasan kurangnya kemampuan pelatih dalam mengembangkan dribling bola, disini untuk anak pemula yang baru menginjak usia 8-12 tahun yang sebenarnya dunianya adalah bermain maka hal tersebut cocok untuk diberikan dan di latih oleh pelatih secara langsung dengan materi tehnik dasar sepakbola dribling yang sesuai karakteristik atlet pemula yang sedang dalam tumbuh dan berkembang, bermain merupakan wujud langsung bahwa anak bisa menerima dan melakukan sehingga mengalami respek langsung untuk senang, gembira dan terpola secara psikologi,
C.   Kajian pustaka
1.    Latihan Teknik Dasar Sepakbola
Latihan teknik adalah latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan untuk mampu  melakukan cabang olahraga yang di lakukan atlet. Dalam melakukan latihan teknik bompa menyarankan supaya tidak menggunakan model atau contoh teknik elit atlet, karena teknik mereka mungkin secara fisiologis tidak memenuhi syarat beomekanik, maka di sini disarankan menggunakan model yang dapat diterima oleh atlet yakni model yang sesuai beo-mekanik dan fisiologis atlet. sedangkan  Tangkudung menjelaskan identifikasi tipe ketrampilan yang dibutuhkan dalam melatih teknik.
Beberapa pendapat diatas ditarik sebuah kesimpulan bahwa dalam sebuah cabang olahraga seorang pemain atau atlet  harus mampu menguasai teknik yang baik dan benar agar dapat mengubah posisi sesuai dengan kondidsi yang sebenarnya, untuk dapat menguasi terknik yang baik dan benar maka atlet harus berlatih teknik sedemikian rupa dengan menyesuaikan potensi yang dimilikinya baik secara fisiologis maupun secara biomekaniknya.
Latihan teknik memiliki klasifikasi yang berbeda antara teknik dasar, teknik menengah dan teknik tinggi, berikut ini penjelasannya:

Gambar 1. Macam-Macam Klasifikasi dalam Teknik

Bersadarkan klasifikasi latihan teknik di atas maka, dapat dipahami bahwa dalam melakukan setiap latihan teknik haruslah melalui beberapa tahap mulai dari yang mudah sampai ke tingkat tinggi, merujuk dari teori tersebut maka dalam penelitian ini akan dilakukan proses sedemikian rupa sehingga dalam pelatihan dasar tenis lapangan akan  menggunakan tahapan-tahapan seperti di atas.
Proses Latihan Teknik Saat latihan teknik dapat dipastikan tujuan akhirnya terletak pada hasil gerak otomatisasi, dalam latihan agar terjadi gerak otomatisasi maka perlunya beberapa proses yang harus di lalui, menurut Rusdianti & Setyo Budiwanto latihan tekni harus melalui beberapa proses yang dapat dilihat pada bagan di lembaran berikutnya:








Gambar 2.8. Tahap Latihan Teknik

Gambar 2 tahap latihan
2.    Tehnik dasar sepakbola
Beberapa teknik dasar yang perlu dimiliki pemain sepakbola adalah mengumpan, menendang (kicking), menghentikan atau mengontrol (stoping), umpan panjang, gerakan dan ruang, melindungi bola, membelok, tendangan volley, menggiring (dribbling), menyundul (heading), merampas (tacling), lemparan kedalam (throw in), tackling, shooting dan menjaga gawang (goal keeping). Di bawah ini akan dijelaskan beberapa teknik menendang, menghentikan, menggiring, menyundul dan shooting dalam Bermain sepakbola.
3.    Teknik Dasar Menggiring (Dribbling)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menggiring bola berarti membawa lari bola dengan menggunakan kaki. Pada saat menggiring bola, Gunakan kaki bagian dalam atau luar untuk mendorong bola agar bergulir terus-menerus di atas tanah. Menggiring bola hanya dilakukan pada saat yang tepat dan menguntungkan saja, yaitu bebas dari lawan.
A.    Menggiring bola dengan kaki bagian dalam
Berdiri menghadap arah gerakan bola dengan pandangan ke depan. Kedua lengan rileks agak terentang. Waktu menggiring dilakukan dengan membuka pergelangan kaki keluar, sehingga bola disentuh dengan kaki bagian dalam. Dorong bola ke arah depan, tumpuan berat badan pada kaki yang tidak menggiring.






Gambar 3
Dribble Bola











Sumber: Danny Mielke, Dasar-dasar Sepak Bola
(Bandung: Pakar Raya 2007), h.5
B.   Bermain
Bermain merupakan suatu kegiatan yang digemari oleh semua kalangan anak-anak, orang dewasa, tua-muda, laki-laki maupun perempuan semua suka bermain. Bermain berarti belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, menggunakan benda-benda sekitarnya dan diakukan bersama dengan orang-orang sekelilingnya. Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan Hiburan dibutuhkan oleh orang-orang untuk menghilangkan rasa penat, letih, marah maupun bosan akibat aktivitas yang dilakukan kesehariannya. James Sully di dalam bukunya Essy on Laugher (dalam Tedjasaputra) tertawa adalah tanda dari kegiatan bermain dan tertawa ada di dalam aktivitas sosial yang dilakukan bersama sekelompok teman
Menurut pendapat Buhler dan Danziger dalam Roger dan Sawyers, berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan yang menim-bulkan kenikmatan ; sedangkan Freud meyakini bahwa walaupun bermain tidak sama dengan bekerja tetapi anak menganggap bermain sebagai sesuatu yang serius.
Sedangkan Docket dan Fleer berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir.

D.   Metodologi
1.    Model Pengembangan Borg and Gall
Deskripsi tentang prosedur dan langkah-langkah penelitian pengembangan sudah banyak dikembangkan. Prosedur penelitian pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu mengembangkan produk, dan manguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan.Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembang sedangkan tujuan kedua disebut sebagai validitas. Dengan demikian, konsep penelitian pengembangan lebih dapat diartikan sebagai upaya pengembangan yang sekaligus disertai dengan upaya validitasinya.
Secara konseptual, pendekatan penelitian dan pengembangan  mencakup 10 langkah umum, sebagaimana diuraikan Borg & Gall sebagai berikut :
1)    Research and information collecting, 2) Planning, 3) Develop preminary from of product, 4) Preliminary field testing, 5) Main product revision, 6) Main field testing, 7). Operational product revision, 8) Operational field testing, 9) Final product revision, dan 10) Dissemination and Implementation
Atau dapat juga digambarkan dalam bentuk skema tahapan pengembangan seperti pada gambar di bawah ini:






Research and information collecting
Planning
Develop preminary from of product
Preliminary field testing
Operational field testing
Operational product revision
Main field testing
Main product revision
Final product revision
Dissemination and Implementation
 








Gambar  2.1 Instructional Design R and D
Sumber: Walter R. Borg and Meredith D. Gall, Educational Research: An Introduction, 4th Edition. (New York: Longman lnc., 1983)
2.    Populasi, sampel  tempat penelitian dan waktu penelitian
a.    Populasi dalam penelitian ini adalah sekolah sepakbola undip semarang sebagai uji klompok kecil dan sekolah sepakbola Djarum kudus sebagai uji klompok besar dan sekaligus uji efektifitasnya
b.    Sampel penelitian ini berjumlah 20 atlet pemula yang usianya diantara 8-12 tahun di sekolah sepakbola undip sebagai uji klompok kecil dan 51 atlet pemula yang usianya diantara 8- 12 tahun di sekolah sepakbola Djarum kudus sebagai uji klompok besar sekaligus uji efektifitasnya berjumlah 20 atlet
c.    Waktu penelitian dilakukan pada bulan januari sampai bulan maret 2017 di lapangan sepakbola undip semarang dan lapangan sepakbola Djarum kudus
E.    Hasil penenlitian
Hasil penenlitian ini merupakan hasil dari tahapan yang sudah dilakukan oleh penenliti mengikuti tahapan – tahapan yang sesuai dengan prosedur yang di inginkan dimana penenliti melakukan hasil penenlitian pendahuluan dengan menyebarkan angket oleh para pelatih yang bertugas di sekolah sepakbola diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Hasil Analisis Kebutuhan Pentingnya Model Latihan Untuk Atlet   Pemula
Pada tabel 4.1 akan disajikan  data hasil analisis kebutuhan model latihan teknik dasar sepakbola untuk atlet pemula usia 8-12 tahun di sekolah sepakbola yang berupa penyebaran angket yang berisi 51 pertanyaan kepada 20 pelatih  sepakbola di 3 kabupaten dan 1 kota yang berada di Jawa Tengah selama menjadi pelatih sekolah sepakbola. Sebagaimana tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 .
Hasil Penelitian  Pendahuluan  Kepada Pelatih

No
Nama SSB
Usia
Nilai Skor
Klasifikasi
1.
SSB KELET
12
84
Cukup
2.
LPSB BINA INTI BANDUNG RESO
12
96
Cukup
3.
SSB PUTRA WELAHAN
12
92
Cukup
4.
LPSB PUTRA KURYA
12
94
Cukup
5.
SSB PERSEKAR
12
92
Cukup
6.
SSB PUTRA LAKSANA
12
94
Cukup
7.
SSB  BINA PUTRA
12
100
Cukup
8.
SSB BINA PUTRA WSB
12
95
Cukup
9.
SSB GARUDA HIJAU
12
100
Cukup
10.
SSB BINA PUTRA WONOSOBO
12
82
Kurang
11.
SSB BINA PUTRA
12
99
Cukup
12.
SSB PERSIGALA GARUNG KUDUS
12
93
Cukup
13.
LSSB DJARUM
12
95
Cukup
14.
SSB PARKID PUTRA
12
99
Cukup
15.
SSB PESIANGGA GAULON
12
102
Cukup
16
SSB UNDIP SEMARANG
12
88
Cukup
17.
SSB TUGU MUDA SEMARANG
12
55
Kurang sekali
18.
SSB TERANG BANGSA SEMARANG
12
91
Cukup
19.
SSB PERSADA SEMARANG
12
105
Cukup
20.
SSB PANGUDHI LUHUR SEMARANG
12
91
Cukup

Dari hasil analisis sebagai penelitian  pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 20 sampai 24 juli 2016 di 3 kabupaten yaitu Kudus, Jepara, Wonosobo dan 1 Kota Semarang yang berada di Jawa Tengah bahwa dari 20 pelatih sekolah sepakbola menunjukkan hasil sebagai berikut:
a.   Kriteria 18 pelatih yang melatih di sekolah sepakbola masuk dalam kategori cukup
b.   Kriteria 1 pelatih yang melatih di sekolah sepakbola masuk kategori kurang
c.    Kriteria 1 pelatih yang melatih di sekolah sepakbola masuk kategori kurang sekali
Artinya dari 20 pelatih yang melatih di beberapa sekolah sepakbola di 3 Kabupaten dan 1 kota yang ada di Jawa Tengah sangat memerlukan sebuah inovasi dan produk yang baru,  yang diinginkan sebagai materi yang akan disampaikan untuk melatih kepada atlet yang berlatih yaitu pengembangan model latihan teknik   dasar sepakbola berbasis bermain untuk atlet pemula.
2.    tahap perencanaan model
Tahap perencanaan model dilakukan oleh peneliti sebelum uji skala kecil peneliti melakukan beberapa tahap dalam menyiapkan model yang didalamnya adalah materi – materi bermain untuk disampaikan kepada atlet pemula usia 8- 12 tahun yang berlatih di sekolah sepakbola dalam proses menyiapkanya tentu 1) peneliti berlatar belakang sebuah kebutuhan yang sudah dilakukan melalui penelitian kebutuhan, 2) hasil analisis bermain yang dikembangkan memiliki tahapan demi tahapan yang sempurna, 3) peneliti  berfikir dan mengambil sebuah keputusan bentuk – bentuk latihan yang bermuara pada prinsip bermain :
Bola bergerak
Pemain bergerak
Bola gerak dan pemain bergerak
teknik dasar sepakbola



Gambar 4 desain pengembangan model
3.    validasi ahli
dari uji validasi ahli yang berawal dari 36 variasi model latihan tehnik dasar dribbling kebanyakan gugur dan tidak sesuai dengan karakteristik atlet pemula yang berusaha 8- 12 tahun yaitu yang tingal 25 variasi model latihan tehnik dasar dribbling sepakbola, dengan alas an bahwa variasi model yang dikembangkan banyak kesamaan yang hamper mirip ketika variasi tersebut dilakukan, variasi yang gunakan masih tergolong sulit, dan perlu adanya kematangan tehnik

4.    uji efektifitas

a.      Deskriptif Statistik Tes Dribbling
Tabel 1.
Hasil Paired Samples Statistics Pre Test dan Post Test
Berdasarkan tabel di atas bahwa nilai rata-rata hasil tes dribbling untuk atlet pemula usia 8-12 tahun sedang sebelum diberikan latihan dribbling adalah 14,8470 dan setelah diberikan perlakuan adalah 14,6210. Hasil tes menunjukkan peningkatan hasil dribbling sehingga teknik dasar dribbling atlet meningkat.
Tabel 3
Hasil Paired Samples Correlation Pre Test dan Post Tes
Berdasarkan hasil ouput tabel di atas bahwa koefisien korelasi gerak manipulatif sebelum dan sesudah diberikan model latihan dribbling dengan p-value 0.00 < 0.05 jadi kesimpulanya ada hubungan yang signifikan.

Tabel 2
Hasil Paired Samples Correlation Pre Test dan Post Tes
Dalam uji signifikansi perbedaan dengan menggunakan SPSS didapat Mean= 0,22600 menunjukan selisih dari pre test dan post test, hasil t-hitung = 1,544 df = 19 dan p-value = 0.00 < 0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah adanya perlakuan model latihan dribbling.
F.    DAFTAR PUSATAKA
Borg, Walter R. and Meredith D. Gall. (1983). Educational Research: An Introduction, 4th Edition. New York: Longman lnc.
Clive Gifford, 2007 Keterampilan Sepak Bola (Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama
Cosby S. Roger & Janet K. Sawyers. 1995),  Play In The Lives of Children. Washington DC:   NAEYC,
Dwijawiyata,  2013Mari Bermain Bermain Kelompok untuk Anak Yogyakarta: Kanisius
Harsono. 1988 Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Lembaga  Pendidikan Tenaga Kependidikan
Tudor Bompa, G Gregory Haff, 2009  Periodization Theory And Metodolgy Of Training
Tangkudung, J dan Puspitorini W. 2012 Kepelatihan Olahraga “Pembinaan Prestasi Olahraga”, akarta: Cerdas Jaya,.
Rusdianto & Setyo Bidiwanto. 2008 Dasar-Dasar Kepelatihan Olahraga. Malang: Laboratorium Ilmu Keolahragaa Universitas Negeri Malang
Husdarta, 2009 Manajemen pendidikan jasmani (Bandung: Alfabeta,),
Mayke S. Tedjasaputra, 2007 Bermain mainan dan Bermain (Jakarta: Pt Gramedia

Sue Docket & Marlyn Fleer. 2000 Play & Pedagogy in Early Childhood – Bending the Rules.  Sidney: Harcourt