Selasa, 14 April 2020

pengenalan air pada anak tunagrahita

Olahraga merupakan kegiatan jasmani yang sangat digemari di berbagai kalangan masyarakat. Tidak memandang status, jender, dan usia semua orang dapat berolahraga. Undang-Undang No. 23 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Sebagai bentuk aktivitas jasmani, dengan berolahraga dapat meningkatkan potensi jasmani seperti melatih otot-otot tubuh, serta melatih sistem kerja paru-paru dan jantung sehingga dapat memberi manfaat dalam bentuk kebugaran jasmani dan pemeliharaan kesehatan.
Seperti yang telah dijelaskan, tidak hanya membuat kondisi tubuh yang sehat, akan tetapi dengan berolahraga dapat mendorong seseorang untuk dapat meraih prestasi. Berolahraga dapat membentuk interaksi sosial dan karakter yang baik, dengan berolahraga dapat menimbulkan jiwa sportivitas yang berarti bersedia menerima kekalahan, fair play, dan menumbuhkan jiwa semangat yang tidak pernah menyerah untuk terus berlatih dalam meningkatkan kondisi fisik. Melalui pendalaman dan penguasaan ketrampilan salah satu cabang oilahraga, tidak melepas kemungkinan tercapainya prestasi yang diinginkan dalam bidang olahraga.
Olahraga juga adalah salah satu hiburan bagi pencintanya karena didalam olahraga selain mengolah tubuh ataupun membuat tubuh sehat juga mempertontonkan aksi yang memanjakan mata dalam sebuah penampilannya yang bisa dilihat secara langsung maupun melalui media dan bahkan juga banyak orang salah mempergunakan fungsi dan tujuan olahraga tersebut diantaranya dari segi negatifnya banyak juga yang menjadikan olahraga jadi bahan perjudian, Anak yang pertama kali berlatih renang, haruslah terlebih dahulu dikenalkan dengan sifat-sifat air. Ketika anak telah mengetahui sifat-sifat air, tentulah perasaan takut akan air akan hilang dan kepercayaan diri akan tumbuh. Pengenalan air  sangat diperlukan bagi anak – anak yang usia yang baru tumbuh dan kembang karena di fase tesebut anak sangat gemar melakukan aktifitas air baik di rumah, kolam maupun di pantai,  Pengenalan air sangat perlu diterapkan pada semua orang yang ingin belajar renang secara khusus pada anak tunagrahita tentu sangat penting dilakukan pengelan air.
Anak tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi dan ketidak cakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya sukar untuk mengkuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan pelayanan pendidikan secara khusus, yakni disesuaikan dengan kemampuan anak itu, Kegiatan latihan penegenalan air diajarkan bisa diberikan dengan memodifikasi model latihan, dengan konteks sederhana, biasa yang hanya dilakukan dengan cara berulang-ulang yang tentunya dapat menciptakan kejenuhan anak. Dengan padanya penembangan ini Melalui pendekatan-pendekatan antara lain bermain, media dan lain sebagainya pengenalan air dapat diberikan dengan mengarahkan anak melakukan dengan baik, menciptakan suasana yang senang, sehingga dapat menimbulkan motovasi anak dalam mengikuti latihan serta dapat meningkatkan keterampilan pengenalan air yang diperlukan.
Kajian teoritik
(Haake, Dundoo, Cader, Kubak, Hartskeerl, Sejvar, & Ashford, 2002), Olahraga pengenalan air sangat dibutuhkan oleh setiap orang baik laki – laki, perempuan, orang dewasa, kecil, remaja dan bahkan orang tua masih menjadikan olahraga yang bersifat pengenalan air dengan tujuan hiburan professional, kesenangan, membuang rasa suntuk, bosan selalu didarat dan berhadapan dengan beberapa masalah, (Ravenscroft, Church, Taylor, Hughes, Young & Curry, 2008).Disetiap waktu, pengenalan air sendiri ini adalah alat untuk memberikan gagasan untuk belajar berenang, dan mengarah pada pengembangan teknik renang yang benar dengan rangakaian yang mudah dan tepat dengan cara latihan dasar di air dan bebas, aman, menyenangkan, menguntungkan, bahkan ada latihan yang membuat tantangan yang besar, Latihan teknik adalah latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan untuk mampu melakukan cabang olahraga yang di lakukan atlet (Baker, Cote, & Abernethy, 2003). Latihan harus sesuai keadan yang inging dicapai dengan program sederhana dan tidak membuat anak cepat jenuh dan terpikul pada saat melakukan Dalam melakukan latihan teknik bompa menyarankan ketika terapan latihan dilakukan kepada atlet maka antar atlet untuk supaya tidak menggunakan model atau contoh teknik elit atlet, karena teknik mereka mungkin secara fisiologis tidak memenuhi syarat beomekanik, maka di sini disarankan menggunakan model yang dapat diterima oleh atlet yakni model yang sesuai beomekanik dan fisiologis atlet, (De Graaf, 2014: 12 ).Anak tuna grahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata, Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, mental defective, dan lain-lain. Di Indonesia tunagrahita disebut dengan istilah lemah pikiran, terbelakang mental, bodoh atau dungu, pander, tolol, oligofrenia, mampu didik, mampu latih, dan ketergantungan penuh.
Menurut Armatasmenyatakan bahwa
“Mental retardation (MR) is a genetic disorder mainfested in significantly below average overall intellectual functioning and deficits in adaptive behaviour. Mental retardation is a particular state of functioning that begins in childhood and is characterized by decreased intelligence and adaptive skills and also is the most common developmental disorder” (Armatas, 2009).

Pernyataaan di atas menyatakan bahwa keterbelakangan mental (MR) adalah disebabkan oleh kelainan pada genetik yang berakibat secara signifikan terhadap fungsi intelektual di bawah rata-rata sehingga berpengaruh pada perilaku adaptif anak-anak. Keterbelakangan mental terjadi dalam keadaan tertentu yang dimulai di masa kecil dan ditandai oleh penurunan kecerdasan dan keterampilan adaptif dan juga adalah gangguan perkembangan yang paling umum.Pengertian lain mengenai tunagrahita adalah
(1) fungsi intelektual yang lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes intelegensi baku, (2) kekurangan dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi pada masa perkembangan yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.


Selanjutnya menurut Santrock bahwa keterbelakangan mental adalah kondisi dengan gejala sebelum usia 18 tahun yang melibatkan kecerdasan yang rendah yaitu IQ di bawah 70 dan kesulitan dalam beradaptasi pada kehidupan sehari-hari (Halonen & Santrock, 1999). Hal ini diperkuat oleh R. Schalock, et al yang mengatakan bahwa :
“Intellectual disability is characterized by significant limitations both in intellectual functioning and in adaptive behavior as expressed in conceptual, social, and practical adaptive skills. This disability originates before age 18”.

Pernyataan di atas dikatakan bahwa cacat intelektual ditandai dengan keterbatasan yang signifikan baik dalam fungsi intelektual maupun perilaku adaptif seperti yang diungkapkan dalam konseptual, sosial, dan praktis keterampilan adaptif. Cacat ini berasal sebelum usia 18.Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa, anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya berada dibawah rata-rata normal, sulit dalam penyesuaian diri dengan lingkungan, dan kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak sehingga mereka sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal. Oleh karena itu,mereka membutuhkan layanan dan bimbingan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.
American Association on Mental Deficiency/ AAMD (Moh. Amin, 2005: 22), mendefinisikan tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes dan muncul ssebelum usia 16 tahun. Endang Rochyadi dan Zainal Alimin (2005: 11) menyebutkan bahwa “tunagrahita berkaitan erat dengan masalah perkembangan kemampuan kecerdasan yang rendah dan merupakan sebuah kondisi”. Hal ini ditunjang dengan pernyataan menurut Kirk (Muhammad Effendi, 2006: 88) yaitu “Mental Retarded is not a disease but acondition”. Jadi berdasarkan pernyataan di atas dapat dipertegas bahwasannya tunagrahita merupakan suatu kondisi yang tidak bisa disembuhkan dengan obat apapun.

Hasil dan pembahasan

Dari hasil analisis sebagai penelitian  pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 20 sampai 24 juli 2018 di beberapa club renang yang berada di jambi menunjukkan hasil sebagai berikut, Kriteria 8 pelatih yang melatih renang masuk dalam kategori cukup, Kriteria 1 pelatih yang melatih di melatih renang masuk kategori kurang, Kriteria 1 pelatih yang melatih di melatih renang masuk kategori kurang sekali
Dari hasil rekapitulasi uji coba skala kecil dengan sampel berjumlah 20  dapat disimpulkan bahwa keseluruhan Model Latihan Keterampilan Pengenalan Air Pada Anak Tunagrahita  Iq 50 – 70 Di Slbn tahun masih dapat dierapkan dengan baik dan berjalan dengan lancar dan atlet merasa senang walaupun dalam intruksi dari  pelatih  saat  latihan, atlet pemula merasakan puas dengan adanya model bermain tersebut dan pelatih dapat memberikan secara gamblang dan ludang materi – materi yang baru buat atletnya, dari hasil tersebut menunjukkan bahwa dapat dilakukan pada tahap uji coba skala besar., Dari hasil rekapiulasi uji coba skala besar  (n=51) di atas dapat disampaikan bahwa keseluruhan materi latihan Model Latihan Keterampilan Pengenalan Air Pada Anak Tunagrahita  Iq 50 – 70 Di Slbn dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik dan lancar, atlet pemula merasa senang, puas, dan mendapatkan sesuau yang baru saat  melakukan model yang didalamnya materi tersebut dengan intruksi pelatih jambi 

Rabu, 25 Juli 2018

Pengembangan Model Latihan Tehnik Dasar Heading Sepak bola Berbasis Bermain Untuk Atlet Pemula Usia 8-12 Tahun



Dr. Ahmad Atiq M.Pd
Jamilla sya’diah
Mimi Haetami, M.Pd
Harmoko S.Pd
Universitas Tanjung Pura

Abstrak
Sepak bola merupakan olahraga yang bisa mewujudkan kebersamaan tidak melihat latar belakang karakteristik (1) melalui kerjasama dan kekompakan dalam bermain serta memberikan nilai – nilai  yang sangat luar biasa besarnya dan baik (2) serta  berpengaruh untuk meraih sebuah kemenangan budaya yang luhur untuk menjadi manusia yang baik, empati dan bertangung jawab kepada siapapun. sepak bola berkembang dengan pesat dari sabang sampai meraoke yang bermuara di club- club kecil berupa sekolah sepak bola dalam proses program pembinaan latihan yang bersifat masal, junior, remaja dan senior, latihan tehnik dasar sepak bola menjadi peranan penting untuk menjadi bagian integral yang dimainkan, salah satunya tehnik dasar  heading bola yang bertujuan untuk bisa membuang dan menjadikan goal ke gawang metode untuk mengembangkan produk berupa model latihan tehnik dasar heading sepak bola mengunakan borg and gall dengan tehnik sepuluh tahapan, sampel penenlitian ini di uji coba oleh sekolah sepak bola undip semarang sebagai uji klompok kecil dengan jumlah 20 atlet, dan sekolah sepak bola Djarum kudus sebagai uji klompok besar 51 atlet sekaligus uji efektifitas 20 atlet dengan yang sudah dilakukan pada bulan januari sampai maret 2017. intrumen heading bola yang dimodifikasi untuk atlet pemula dan divalidasi oleh ahli atau pakar sepak bola dengan hasil bahwa setelah melakukan penenlitian pendahuluan maka divalidasi oleh ahli yang berawal dari 20 variasi model latihan dribling gugur 5 menjadi 15 variasi model latihan dribbling untuk atlet pemula usia 8-12 tahun, dan dilakukan Berdasarkan tabel di atas bahwa nilai rata-rata hasil tes 9,9815 dan setelah diberikan perlakuan adalah 9,9270. Hasil tes menunjukkan peningkatan hasil heading sehingga teknik dasar heading atlet meningkat., sehingga bahwa kesimpulan dari pengembangan model latihan tehnik dasar heading bola sepak bola berbasis bermain untuk atlet pemula bisa diterima sesuai karakter pemain yang berusia 8-12 tahun

Kata Kunci : Model Pengembangan, Latihan Teknik Dasar Sepak Bola,   Bermain






Pendahuluan
Sepak bola merupakan alat komunikasi untuk saling mengenal baik itu usia pemula, usia dini, usia remaja, usia junior dan usia senior yang secara langsung berhadapan yang terdiri dari pemain berposisi kiper, belakang, tengah dan depan didampinggi oleh pelatih diluar lapangan dan di pimpin langsung oleh wasit ketika permainan dimulai, sepak bola juga tidak kalah pentingya adalah olahraga yang bisa menyatukan keberagaman antar umat yang beragama, antar budaya, antar suku dan antar bernegara karena sepak bola sendiri terlahir dan berkembang melalui pertandingan baik semi kompetisi maupun kompetisi yang diadakan oleh fifa, dan federasi sepak bola di setiap Negara masing – masing, sepak bola selalu memunculkan suasana yang senang, riang dan membuat cerita yang indah disetiap perjalananya baik untuk usia berapapun hingga sampai saat ini sepak bola tidak pernah lelah dan melahirkan pemain yang handal melalui sebuah kemampuan  untuk bisa maju dan berkembang bagi setiap pemain , didalam sepak bola yang dimainkan pemain memerlukan kemampuan yang didominasi oleh tehnik dasar, fisik, mental dan taktik, namun yang perlu digaris bawahi khususnya tehnik dasar sepak bola dimana keseluruhan tehnik sangat berpengaruh untuk meraih sebuah kemenangan, kemampuan tehnik ini salah satunya adalah heading bola yang harus dilakukan oleh setiap pemain pada saat latihan maupun pertandingan, heading sebenarnya gerakan tehnik yang sangat mudah dilakukan oleh pemain atau atau atlet pada umumnya namun yang terjadi sebuah kejangalan pada saat membuang bola dengan posisi belakang harusnya keatasa namun sebaliknya, ketika di tengah para pemain sulit melakukan duel heading apalgi ketika pemain depan berpeluang untuk mencetak goal dengan posisi heading untuk itu pelatih harus memberikan variasi disetiap setiap latihan secara bertahap, dan terprogram, dan terarah dengan pola sederhana, disini untuk atlet pemula yang baru menginjak usia 8-12 tahun yang sebenarnya dunianya adalah bermain maka hal tersebut cocok untuk diberikan dan di latih oleh pelatih secara langsung dengan materi tehnik dasar sepak bola heading yang sesuai karakteristik atlet pemula yang sedang dalam tumbuh dan berkembang, bermain merupakan wujud langsung bahwa anak bisa menerima dan melakukan sehingga mengalami respek langsung untuk senang, gembira dan terpola secara psikologi,
Kajian Pustaka
1.      Latihan Teknik Dasar Sepak bola
Latihan teknik adalah latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan untuk mampu  melakukan cabang olahraga yang di lakukan atlet. Dalam melakukan latihan teknik bompa menyarankan supaya tidak menggunakan model atau contoh teknik elit atlet, karena teknik mereka mungkin secara fisiologis tidak memenuhi syarat beomekanik, maka di sini disarankan menggunakan model yang dapat diterima oleh atlet yakni model yang sesuai beo-mekanik dan fisiologis atlet. sedangkan  Tangkudung menjelaskan identifikasi tipe ketrampilan yang dibutuhkan dalam melatih teknik. Beberapa pendapat diatas ditarik sebuah kesimpulan bahwa dalam sebuah cabang olahraga seorang pemain atau atlet  harus mampu menguasai teknik yang baik dan benar agar dapat mengubah posisi sesuai dengan kondidsi yang sebenarnya, untuk dapat menguasi terknik yang baik dan benar maka atlet harus berlatih teknik sedemikian rupa dengan menyesuaikan potensi yang dimilikinya baik secara fisiologis maupun secara biomekaniknya.
Latihan teknik memiliki klasifikasi yang berbeda antara teknik dasar, teknik menengah dan teknik tinggi, berikut ini penjelasannya:
Gambar 1.
Macam-Macam Klasifikasi dalam Teknik



Bersadarkan klasifikasi latihan teknik di atas maka, dapat dipahami bahwa dalam melakukan setiap latihan teknik haruslah melalui beberapa tahap mulai dari yang mudah sampai ke tingkat tinggi, merujuk dari teori tersebut maka dalam penelitian ini akan dilakukan proses sedemikian rupa sehingga dalam pelatihan dasar tenis lapangan akan  menggunakan tahapan-tahapan seperti di atas. Proses Latihan Teknik Saat latihan teknik dapat dipastikan tujuan akhirnya terletak pada hasil gerak otomatisasi, dalam latihan agar terjadi gerak otomatisasi maka perlunya beberapa proses yang harus di lalui, menurut Rusdianti & Setyo Budiwanto latihan tekni harus melalui beberapa proses yang dapat dilihat pada bagan di lembaran berikutnya:


Gambar 2
Tahap Latihan
 








A.     Tehnik dasar sepak bola
Beberapa teknik dasar yang perlu dimiliki pemain sepak bola adalah mengumpan, menendang (kicking), menghentikan atau mengontrol (stoping), umpan panjang, gerakan dan ruang, melindungi bola, membelok, tendangan volley, menggiring (dribbling), menyundul (heading), merampas (tacling), lemparan kedalam (throw in), tackling, shooting dan menjaga gawang (goal keeping). Di bawah ini akan dijelaskan beberapa teknik menendang, menghentikan, menggiring, menyundul dan shooting dalam Bermain sepak bola.
1.      Teknik Dasar Menyundul Bola (Heading)
Heading adalah salah satu teknik dasar yang terdapat dalam permainan sepak bola. Teknik ini merupakan salah satu cara dalam sepak bola untuk mengumpan atau mencetak gol. “Apabila dilakukan dengan benar kemampuan pemain dalam menanduk bola akan sangat membantu sebuah tim untuk melakukan serangan-serangan variatif., dengan adanya heading para pemain harus memberanikan diri untuk melakukan dengan cara membuka mata dan posisi tepat agar bola yang di heading tetap dalam pola tertentu. Heading adalah “seni mengarahkan bola dengan menggunakan bagian kepala untuk mendorong atau menghantam bola ke suatu sasaran”. Heading sering terjadi pada saat pemain melakukan lemparan ke dalam, dan pada saat tendangan penjuru. Artinya bahwa heading bisa dilakukan dengan kembali pada orang yang melempar kedalam atau melakukan dengan bek kepada teman lainya Gerakan menyundul bola sangat berperan dalam Bermain sepak bola, khususnya untuk menjaringkan bola ke gawang. Hasil sundulan bola justru akan membuat gol yang lebih cantik. Untuk menyundul dengan baik, maka perkenaan bola dapat dilakukan dengan dahi atau kening. Sedangkan cara pelaksanaannya dapat dilakukan secara berdiri atau dengan melompat.
Berikut teknik menyundul bola:
1.    Berdiri rileks, pandangan ke arah datangnya bola.
2.    Kedua lutut agak ditekuk.
3.    Begitu bola dekat dengan kepala, ambil awalan dengan menarik kepala ke belakang, lalu patukkan kepala ke depan sehingga dahi menyundul bola.
4.    Gerakan menyundul ini dapat dilakukan dengan berdiri atau meloncat.

Gambar 3
Heading Bola










Sumber: Danny Mielke, Dasar-dasar Sepak Bola
(Bandung: Pakar Raya 2007), h.52

Teknik  dasar heading  bola bisa juga dilakukan dengan bola yang dilempar sendiri, bola dilempat teman pada saat latihan dan pemainya bergerak baik dengan bagian kening depan atas mata sebagai bola yang dilepaskan arah tujuanya kedepan  dengan situasi yang menentukan, mengheading bola juga bisa dilakukan pemain yang diam dan bolanya yang bergerak, dan yang terakhir bahwa pemain bergerak dan bolanya juga sama bergerak  jika pemain belakang wajib melakukanya heading keatas jauh, pemain tengah bisa diberikan pada teman, dan jika pemain depan wajib dan bisa mencetak goal dikarenakan yang pali sulit bagi penjaga gawang adalah menerima bola heading.


Metodologi
1.      Model Pengembangan Borg and Gall
Deskripsi tentang prosedur dan langkah-langkah penelitian pengembangan sudah banyak dikembangkan. Prosedur penelitian pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu mengembangkan produk, dan manguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan.Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembang sedangkan tujuan kedua disebut sebagai validitas. Dengan demikian, konsep penelitian pengembangan lebih dapat diartikan sebagai upaya pengembangan yang sekaligus disertai dengan upaya validitasinya.
Secara konseptual, pendekatan penelitian dan pengembangan  mencakup 10 langkah umum, sebagaimana diuraikan Borg & Gall sebagai berikut :
1)      Research and information collecting, 2) Planning, 3) Develop preminary from of product, 4) Preliminary field testing, 5) Main product revision, 6) Main field testing, 7). Operational product revision, 8) Operational field testing, 9) Final product revision, dan 10) Dissemination and Implementation
Atau dapat juga digambarkan dalam bentuk skema tahapan pengembangan seperti pada gambar di bawah ini
Gambar  4
 Instructional Design R and D

Research and information collecting
Planning
Develop preminary from of product
Preliminary field testing
Operational field testing
Operational product revision
Main field testing
Main product revision
Final product revision
Dissemination and Implementation
 









Sumber: Walter R. Borg and Meredith D. Gall, Educational Research: An Introduction, 4th Edition. (New York: Longman lnc., 1983)
2.      Populasi, sampel  tempat penelitian dan waktu penelitian
a.                     Populasi dalam penelitian ini adalah sekolah sepak bola undip semarang sebagai uji klompok kecil dan sekolah sepak bola Djarum kudus sebagai uji klompok besar dan sekaligus uji efektifitasnya
b.                     Sampel penelitian ini berjumlah 20 atlet pemula yang usianya diantara 8-12 tahun di sekolah sepak bola undip sebagai uji klompok kecil dan 51 atlet pemula yang usianya diantara 8- 12 tahun di sekolah sepak bola Djarum kudus sebagai uji klompok besar sekaligus uji efektifitasnya berjumlah 20 atlet
c.                     Waktu penelitian dilakukan pada bulan januari sampai bulan maret 2017 di lapangan sepak bola undip semarang dan lapangan sepak bola Djarum kudus

Hasil penenlitian
Hasil penenlitian ini merupakan hasil dari tahapan yang sudah dilakukan oleh penenliti mengikuti tahapan – tahapan yang sesuai dengan prosedur yang di inginkan dimana penenliti melakukan hasil penenlitian pendahuluan dengan menyebarkan angket oleh para pelatih yang bertugas di sekolah sepak bola diantaranya adalah sebagai berikut :
1.                     Hasil Analisis Kebutuhan Pentingnya Model Latihan Untuk Atlet   Pemula
Pada tabel 4.1 akan disajikan  data hasil analisis kebutuhan model latihan teknik dasar sepak bola untuk atlet pemula usia 8-12 tahun di sekolah sepak bola yang berupa penyebaran angket yang berisi 51 pertanyaan kepada 20 pelatih  sepak bola di 3 kabupaten dan 1 kota yang berada di Jawa Tengah selama menjadi pelatih sekolah sepak bola. Sebagaimana tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 1
Hasil Penelitian  Pendahuluan  Kepada Pelatih

No
Nama SSB
Usia
Nilai Skor
Klasifikasi
1.
SSB KELET
12
84
Cukup
2.
LPSB BINA INTI BANDUNG RESO
12
96
Cukup
3.
SSB PUTRA WELAHAN
12
92
Cukup
4.
LPSB PUTRA KURYA
12
94
Cukup
5.
SSB PERSEKAR
12
92
Cukup
6.
SSB PUTRA LAKSANA
12
94
Cukup
7.
SSB  BINA PUTRA
12
100
Cukup
8.
SSB BINA PUTRA WSB
12
95
Cukup
9.
SSB GARUDA HIJAU
12
100
Cukup
10.
SSB BINA PUTRA WONOSOBO
12
82
Kurang
11.
SSB BINA PUTRA
12
99
Cukup
12.
SSB PERSIGALA GARUNG KUDUS
12
93
Cukup
13.
LSSB DJARUM
12
95
Cukup
14.
SSB PARKID PUTRA
12
99
Cukup
15.
SSB PESIANGGA GAULON
12
102
Cukup
16
SSB UNDIP SEMARANG
12
88
Cukup
17.
SSB TUGU MUDA SEMARANG
12
55
Kurang sekali
18.
SSB TERANG BANGSA SEMARANG
12
91
Cukup
19.
SSB PERSADA SEMARANG
12
105
Cukup
20.
SSB PANGUDHI LUHUR SEMARANG
12
91
Cukup

Dari hasil analisis sebagai penelitian  pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 20 sampai 24 juli 2016 di 3 kabupaten yaitu Kudus, Jepara, Wonosobo dan 1 Kota Semarang yang berada di Jawa Tengah bahwa dari 20 pelatih sekolah sepak bola menunjukkan hasil sebagai berikut:
a.                  Kriteria 18 pelatih yang melatih di sekolah sepak bola masuk dalam kategori cukup
b.                  Kriteria 1 pelatih yang melatih di sekolah sepak bola masuk kategori kurang
c.                   Kriteria 1 pelatih yang melatih di sekolah sepak bola masuk kategori kurang sekali
Artinya dari 20 pelatih yang melatih di beberapa sekolah sepak bola di 3 Kabupaten dan 1 kota yang ada di Jawa Tengah sangat memerlukan sebuah inovasi dan produk yang baru,  yang diinginkan sebagai materi yang akan disampaikan untuk melatih kepada atlet yang berlatih yaitu pengembangan model latihan teknik   dasar sepak bola berbasis bermain untuk atlet pemula.
2.      tahap perencanaan model
Tahap perencanaan model dilakukan oleh peneliti sebelum uji skala kecil peneliti melakukan beberapa tahap dalam menyiapkan model yang didalamnya adalah materi – materi bermain untuk disampaikan kepada atlet pemula usia 8- 12 tahun yang berlatih di sekolah sepak bola dalam proses menyiapkanya tentu 1) peneliti berlatar belakang sebuah kebutuhan yang sudah dilakukan melalui penelitian kebutuhan, 2) hasil analisis bermain yang dikembangkan memiliki tahapan demi tahapan yang sempurna, 3) peneliti  berfikir dan mengambil sebuah keputusan bentuk – bentuk latihan yang bermuara pada prinsip bermain

Gambar 5 desain pengembangan model

Bola bergerak
Pemain bergerak
Bola gerak dan pemain bergerak
teknik dasar sepak bola
 

















3.      validasi ahli
dari uji validasi ahli yang berawal dari 36 variasi model latihan tehnik dasar dribbling kebanyakan gugur dan tidak sesuai dengan karakteristik atlet pemula yang berusaha 8- 12 tahun yaitu yang tingal 25 variasi model latihan tehnik dasar dribbling sepak bola, dengan alas an bahwa variasi model yang dikembangkan banyak kesamaan yang hamper mirip ketika variasi tersebut dilakukan, variasi yang gunakan masih tergolong sulit, dan perlu adanya kematangan tehnik

4.      intrumen tes
1)    Tes (Heading)
Tujuan:
Tes ini bertujuan mengukur kemampuan dan kecakapan mengheading bola kesasaran yaitu gawang
Pelaksanaan tes:
Bola diletakkan pada sebuah titik berjarak 5 meter dari garis gawang dan tepat di pertengahan lebar gawang. Dengan awalan Atlet (testee) mengheading  bola tersebut sekuat mungkin kearah sasaran. Pelaksanaannya tidak dengan aba-aba. Oleh karena kecepatan tembakan juga mendapatkan penilaian, maka waktunya harus diambil. Pengambil waktu menjalankan stopwatchnya tepat ketika kaki Atlet (testee) mengambil bola dan tepat saat bola masuk kegawang dengan melewati garis gawang, pengambil waktu menghentikan stopwatchnya.
Pencatatan hasil:
Hasil yang dicatat adalah:
1.         Hasil heading  yang berupa angka sasaran yang dikenai bola
2.         Kecepatan tembakan yang berupa waktu yang ditempuh bola dari mulai diheading sampai masuk gawang sebanyak 5 bola saat mengenai sasaran. Waktu dicatat
Gambar 3.6 Heading









                               Sumber: Peneliti






5.      Uji Efektifitas

a.        Deskriptif Statistik Tes Heading
Tabel 2
Hasil Paired Samples Statistics Pre Test dan Post Test
Berdasarkan tabel di atas bahwa nilai rata-rata hasil tes heading untuk atlet pemula usia 8-12 tahun sedang sebelum diberikan latihan heading adalah 9,9815 dan setelah diberikan perlakuan adalah 9,9270. Hasil tes menunjukkan peningkatan hasil heading sehingga teknik dasar heading atlet meningkat.

Tabel 3
Hasil Paired Samples Correlation Pre Test dan Post Tes
Berdasarkan hasil ouput tabel di atas bahwa koefisien korelasi gerak manipulatif sebelum dan sesudah diberikan model latihan heading dengan p-value 0.00 < 0.05 jadi kesimpulanya ada hubungan yang signifikan.
Tabel 4
Hasil Paired Samples Correlation Pre Test dan Post Tes
Dalam uji signifikansi perbedaan dengan menggunakan SPSS didapat Mean= 0,05450 menunjukan selisih dari pre test dan post test, hasil t-hitung = 0,912 df = 19 dan p-value = 0.00 < 0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah adanya perlakuan model latihan heading.

A.     DAFTAR PUSATAKA
Borg, Walter R. and Meredith D. Gall. (1983). Educational Research: An Introduction, 4th Edition. New York: Longman lnc.
Clive Gifford, 2007 Keterampilan Sepak Bola (Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama
Cosby S. Roger & Janet K. Sawyers. 1995),  Play In The Lives of Children. Washington DC:   Pengembangan Model Latihan Tehnik Dasar Heading Sepak bola Berbasis Bermain Untuk Atlet Pemula Usia 8-12 Tahun

Dr. Ahmad Atiq M.Pd
Jamilla sya’diah
Mimi Haetami, M.Pd
Harmoko S.Pd
Universitas Tanjung Pura

Abstrak
Sepak bola merupakan olahraga yang bisa mewujudkan kebersamaan tidak melihat latar belakang karakteristik (1) melalui kerjasama dan kekompakan dalam bermain serta memberikan nilai – nilai  yang sangat luar biasa besarnya dan baik (2) serta  berpengaruh untuk meraih sebuah kemenangan budaya yang luhur untuk menjadi manusia yang baik, empati dan bertangung jawab kepada siapapun. sepak bola berkembang dengan pesat dari sabang sampai meraoke yang bermuara di club- club kecil berupa sekolah sepak bola dalam proses program pembinaan latihan yang bersifat masal, junior, remaja dan senior, latihan tehnik dasar sepak bola menjadi peranan penting untuk menjadi bagian integral yang dimainkan, salah satunya tehnik dasar  heading bola yang bertujuan untuk bisa membuang dan menjadikan goal ke gawang metode untuk mengembangkan produk berupa model latihan tehnik dasar heading sepak bola mengunakan borg and gall dengan tehnik sepuluh tahapan, sampel penenlitian ini di uji coba oleh sekolah sepak bola undip semarang sebagai uji klompok kecil dengan jumlah 20 atlet, dan sekolah sepak bola Djarum kudus sebagai uji klompok besar 51 atlet sekaligus uji efektifitas 20 atlet dengan yang sudah dilakukan pada bulan januari sampai maret 2017. intrumen heading bola yang dimodifikasi untuk atlet pemula dan divalidasi oleh ahli atau pakar sepak bola dengan hasil bahwa setelah melakukan penenlitian pendahuluan maka divalidasi oleh ahli yang berawal dari 20 variasi model latihan dribling gugur 5 menjadi 15 variasi model latihan dribbling untuk atlet pemula usia 8-12 tahun, dan dilakukan Berdasarkan tabel di atas bahwa nilai rata-rata hasil tes 9,9815 dan setelah diberikan perlakuan adalah 9,9270. Hasil tes menunjukkan peningkatan hasil heading sehingga teknik dasar heading atlet meningkat., sehingga bahwa kesimpulan dari pengembangan model latihan tehnik dasar heading bola sepak bola berbasis bermain untuk atlet pemula bisa diterima sesuai karakter pemain yang berusia 8-12 tahun

Kata Kunci : Model Pengembangan, Latihan Teknik Dasar Sepak Bola,   Bermain






Pendahuluan
Sepak bola merupakan alat komunikasi untuk saling mengenal baik itu usia pemula, usia dini, usia remaja, usia junior dan usia senior yang secara langsung berhadapan yang terdiri dari pemain berposisi kiper, belakang, tengah dan depan didampinggi oleh pelatih diluar lapangan dan di pimpin langsung oleh wasit ketika permainan dimulai, sepak bola juga tidak kalah pentingya adalah olahraga yang bisa menyatukan keberagaman antar umat yang beragama, antar budaya, antar suku dan antar bernegara karena sepak bola sendiri terlahir dan berkembang melalui pertandingan baik semi kompetisi maupun kompetisi yang diadakan oleh fifa, dan federasi sepak bola di setiap Negara masing – masing, sepak bola selalu memunculkan suasana yang senang, riang dan membuat cerita yang indah disetiap perjalananya baik untuk usia berapapun hingga sampai saat ini sepak bola tidak pernah lelah dan melahirkan pemain yang handal melalui sebuah kemampuan  untuk bisa maju dan berkembang bagi setiap pemain , didalam sepak bola yang dimainkan pemain memerlukan kemampuan yang didominasi oleh tehnik dasar, fisik, mental dan taktik, namun yang perlu digaris bawahi khususnya tehnik dasar sepak bola dimana keseluruhan tehnik sangat berpengaruh untuk meraih sebuah kemenangan, kemampuan tehnik ini salah satunya adalah heading bola yang harus dilakukan oleh setiap pemain pada saat latihan maupun pertandingan, heading sebenarnya gerakan tehnik yang sangat mudah dilakukan oleh pemain atau atau atlet pada umumnya namun yang terjadi sebuah kejangalan pada saat membuang bola dengan posisi belakang harusnya keatasa namun sebaliknya, ketika di tengah para pemain sulit melakukan duel heading apalgi ketika pemain depan berpeluang untuk mencetak goal dengan posisi heading untuk itu pelatih harus memberikan variasi disetiap setiap latihan secara bertahap, dan terprogram, dan terarah dengan pola sederhana, disini untuk atlet pemula yang baru menginjak usia 8-12 tahun yang sebenarnya dunianya adalah bermain maka hal tersebut cocok untuk diberikan dan di latih oleh pelatih secara langsung dengan materi tehnik dasar sepak bola heading yang sesuai karakteristik atlet pemula yang sedang dalam tumbuh dan berkembang, bermain merupakan wujud langsung bahwa anak bisa menerima dan melakukan sehingga mengalami respek langsung untuk senang, gembira dan terpola secara psikologi,
Kajian Pustaka
1.      Latihan Teknik Dasar Sepak bola
Latihan teknik adalah latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan untuk mampu  melakukan cabang olahraga yang di lakukan atlet. Dalam melakukan latihan teknik bompa menyarankan supaya tidak menggunakan model atau contoh teknik elit atlet, karena teknik mereka mungkin secara fisiologis tidak memenuhi syarat beomekanik, maka di sini disarankan menggunakan model yang dapat diterima oleh atlet yakni model yang sesuai beo-mekanik dan fisiologis atlet. sedangkan  Tangkudung menjelaskan identifikasi tipe ketrampilan yang dibutuhkan dalam melatih teknik. Beberapa pendapat diatas ditarik sebuah kesimpulan bahwa dalam sebuah cabang olahraga seorang pemain atau atlet  harus mampu menguasai teknik yang baik dan benar agar dapat mengubah posisi sesuai dengan kondidsi yang sebenarnya, untuk dapat menguasi terknik yang baik dan benar maka atlet harus berlatih teknik sedemikian rupa dengan menyesuaikan potensi yang dimilikinya baik secara fisiologis maupun secara biomekaniknya.
Latihan teknik memiliki klasifikasi yang berbeda antara teknik dasar, teknik menengah dan teknik tinggi, berikut ini penjelasannya:
Gambar 1.
Macam-Macam Klasifikasi dalam Teknik



Bersadarkan klasifikasi latihan teknik di atas maka, dapat dipahami bahwa dalam melakukan setiap latihan teknik haruslah melalui beberapa tahap mulai dari yang mudah sampai ke tingkat tinggi, merujuk dari teori tersebut maka dalam penelitian ini akan dilakukan proses sedemikian rupa sehingga dalam pelatihan dasar tenis lapangan akan  menggunakan tahapan-tahapan seperti di atas. Proses Latihan Teknik Saat latihan teknik dapat dipastikan tujuan akhirnya terletak pada hasil gerak otomatisasi, dalam latihan agar terjadi gerak otomatisasi maka perlunya beberapa proses yang harus di lalui, menurut Rusdianti & Setyo Budiwanto latihan tekni harus melalui beberapa proses yang dapat dilihat pada bagan di lembaran berikutnya:


Gambar 2
Tahap Latihan
 









A.     Tehnik dasar sepak bola
Beberapa teknik dasar yang perlu dimiliki pemain sepak bola adalah mengumpan, menendang (kicking), menghentikan atau mengontrol (stoping), umpan panjang, gerakan dan ruang, melindungi bola, membelok, tendangan volley, menggiring (dribbling), menyundul (heading), merampas (tacling), lemparan kedalam (throw in), tackling, shooting dan menjaga gawang (goal keeping). Di bawah ini akan dijelaskan beberapa teknik menendang, menghentikan, menggiring, menyundul dan shooting dalam Bermain sepak bola.
1.      Teknik Dasar Menyundul Bola (Heading)
Heading adalah salah satu teknik dasar yang terdapat dalam permainan sepak bola. Teknik ini merupakan salah satu cara dalam sepak bola untuk mengumpan atau mencetak gol. “Apabila dilakukan dengan benar kemampuan pemain dalam menanduk bola akan sangat membantu sebuah tim untuk melakukan serangan-serangan variatif., dengan adanya heading para pemain harus memberanikan diri untuk melakukan dengan cara membuka mata dan posisi tepat agar bola yang di heading tetap dalam pola tertentu. Heading adalah “seni mengarahkan bola dengan menggunakan bagian kepala untuk mendorong atau menghantam bola ke suatu sasaran”. Heading sering terjadi pada saat pemain melakukan lemparan ke dalam, dan pada saat tendangan penjuru. Artinya bahwa heading bisa dilakukan dengan kembali pada orang yang melempar kedalam atau melakukan dengan bek kepada teman lainya Gerakan menyundul bola sangat berperan dalam Bermain sepak bola, khususnya untuk menjaringkan bola ke gawang. Hasil sundulan bola justru akan membuat gol yang lebih cantik. Untuk menyundul dengan baik, maka perkenaan bola dapat dilakukan dengan dahi atau kening. Sedangkan cara pelaksanaannya dapat dilakukan secara berdiri atau dengan melompat.
Berikut teknik menyundul bola:
1.    Berdiri rileks, pandangan ke arah datangnya bola.
2.    Kedua lutut agak ditekuk.
3.    Begitu bola dekat dengan kepala, ambil awalan dengan menarik kepala ke belakang, lalu patukkan kepala ke depan sehingga dahi menyundul bola.
4.    Gerakan menyundul ini dapat dilakukan dengan berdiri atau meloncat.

Gambar 3
Heading Bola










Sumber: Danny Mielke, Dasar-dasar Sepak Bola
(Bandung: Pakar Raya 2007), h.52

Teknik  dasar heading  bola bisa juga dilakukan dengan bola yang dilempar sendiri, bola dilempat teman pada saat latihan dan pemainya bergerak baik dengan bagian kening depan atas mata sebagai bola yang dilepaskan arah tujuanya kedepan  dengan situasi yang menentukan, mengheading bola juga bisa dilakukan pemain yang diam dan bolanya yang bergerak, dan yang terakhir bahwa pemain bergerak dan bolanya juga sama bergerak  jika pemain belakang wajib melakukanya heading keatas jauh, pemain tengah bisa diberikan pada teman, dan jika pemain depan wajib dan bisa mencetak goal dikarenakan yang pali sulit bagi penjaga gawang adalah menerima bola heading.


Metodologi
1.      Model Pengembangan Borg and Gall
Deskripsi tentang prosedur dan langkah-langkah penelitian pengembangan sudah banyak dikembangkan. Prosedur penelitian pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu mengembangkan produk, dan manguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan.Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembang sedangkan tujuan kedua disebut sebagai validitas. Dengan demikian, konsep penelitian pengembangan lebih dapat diartikan sebagai upaya pengembangan yang sekaligus disertai dengan upaya validitasinya.
Secara konseptual, pendekatan penelitian dan pengembangan  mencakup 10 langkah umum, sebagaimana diuraikan Borg & Gall sebagai berikut :
1)      Research and information collecting, 2) Planning, 3) Develop preminary from of product, 4) Preliminary field testing, 5) Main product revision, 6) Main field testing, 7). Operational product revision, 8) Operational field testing, 9) Final product revision, dan 10) Dissemination and Implementation
Atau dapat juga digambarkan dalam bentuk skema tahapan pengembangan seperti pada gambar di bawah ini
Gambar  4
 Instructional Design R and D

Research and information collecting
Planning
Develop preminary from of product
Preliminary field testing
Operational field testing
Operational product revision
Main field testing
Main product revision
Final product revision
Dissemination and Implementation
 










Sumber: Walter R. Borg and Meredith D. Gall, Educational Research: An Introduction, 4th Edition. (New York: Longman lnc., 1983)
2.      Populasi, sampel  tempat penelitian dan waktu penelitian
a.                     Populasi dalam penelitian ini adalah sekolah sepak bola undip semarang sebagai uji klompok kecil dan sekolah sepak bola Djarum kudus sebagai uji klompok besar dan sekaligus uji efektifitasnya
b.                     Sampel penelitian ini berjumlah 20 atlet pemula yang usianya diantara 8-12 tahun di sekolah sepak bola undip sebagai uji klompok kecil dan 51 atlet pemula yang usianya diantara 8- 12 tahun di sekolah sepak bola Djarum kudus sebagai uji klompok besar sekaligus uji efektifitasnya berjumlah 20 atlet
c.                     Waktu penelitian dilakukan pada bulan januari sampai bulan maret 2017 di lapangan sepak bola undip semarang dan lapangan sepak bola Djarum kudus

Hasil penenlitian
Hasil penenlitian ini merupakan hasil dari tahapan yang sudah dilakukan oleh penenliti mengikuti tahapan – tahapan yang sesuai dengan prosedur yang di inginkan dimana penenliti melakukan hasil penenlitian pendahuluan dengan menyebarkan angket oleh para pelatih yang bertugas di sekolah sepak bola diantaranya adalah sebagai berikut :
1.                     Hasil Analisis Kebutuhan Pentingnya Model Latihan Untuk Atlet   Pemula
Pada tabel 4.1 akan disajikan  data hasil analisis kebutuhan model latihan teknik dasar sepak bola untuk atlet pemula usia 8-12 tahun di sekolah sepak bola yang berupa penyebaran angket yang berisi 51 pertanyaan kepada 20 pelatih  sepak bola di 3 kabupaten dan 1 kota yang berada di Jawa Tengah selama menjadi pelatih sekolah sepak bola. Sebagaimana tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 1
Hasil Penelitian  Pendahuluan  Kepada Pelatih

No
Nama SSB
Usia
Nilai Skor
Klasifikasi
1.
SSB KELET
12
84
Cukup
2.
LPSB BINA INTI BANDUNG RESO
12
96
Cukup
3.
SSB PUTRA WELAHAN
12
92
Cukup
4.
LPSB PUTRA KURYA
12
94
Cukup
5.
SSB PERSEKAR
12
92
Cukup
6.
SSB PUTRA LAKSANA
12
94
Cukup
7.
SSB  BINA PUTRA
12
100
Cukup
8.
SSB BINA PUTRA WSB
12
95
Cukup
9.
SSB GARUDA HIJAU
12
100
Cukup
10.
SSB BINA PUTRA WONOSOBO
12
82
Kurang
11.
SSB BINA PUTRA
12
99
Cukup
12.
SSB PERSIGALA GARUNG KUDUS
12
93
Cukup
13.
LSSB DJARUM
12
95
Cukup
14.
SSB PARKID PUTRA
12
99
Cukup
15.
SSB PESIANGGA GAULON
12
102
Cukup
16
SSB UNDIP SEMARANG
12
88
Cukup
17.
SSB TUGU MUDA SEMARANG
12
55
Kurang sekali
18.
SSB TERANG BANGSA SEMARANG
12
91
Cukup
19.
SSB PERSADA SEMARANG
12
105
Cukup
20.
SSB PANGUDHI LUHUR SEMARANG
12
91
Cukup

Dari hasil analisis sebagai penelitian  pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 20 sampai 24 juli 2016 di 3 kabupaten yaitu Kudus, Jepara, Wonosobo dan 1 Kota Semarang yang berada di Jawa Tengah bahwa dari 20 pelatih sekolah sepak bola menunjukkan hasil sebagai berikut:
a.                  Kriteria 18 pelatih yang melatih di sekolah sepak bola masuk dalam kategori cukup
b.                  Kriteria 1 pelatih yang melatih di sekolah sepak bola masuk kategori kurang
c.                   Kriteria 1 pelatih yang melatih di sekolah sepak bola masuk kategori kurang sekali
Artinya dari 20 pelatih yang melatih di beberapa sekolah sepak bola di 3 Kabupaten dan 1 kota yang ada di Jawa Tengah sangat memerlukan sebuah inovasi dan produk yang baru,  yang diinginkan sebagai materi yang akan disampaikan untuk melatih kepada atlet yang berlatih yaitu pengembangan model latihan teknik   dasar sepak bola berbasis bermain untuk atlet pemula.
2.      tahap perencanaan model
Tahap perencanaan model dilakukan oleh peneliti sebelum uji skala kecil peneliti melakukan beberapa tahap dalam menyiapkan model yang didalamnya adalah materi – materi bermain untuk disampaikan kepada atlet pemula usia 8- 12 tahun yang berlatih di sekolah sepak bola dalam proses menyiapkanya tentu 1) peneliti berlatar belakang sebuah kebutuhan yang sudah dilakukan melalui penelitian kebutuhan, 2) hasil analisis bermain yang dikembangkan memiliki tahapan demi tahapan yang sempurna, 3) peneliti  berfikir dan mengambil sebuah keputusan bentuk – bentuk latihan yang bermuara pada prinsip bermain

Gambar 5 desain pengembangan model

Bola bergerak
Pemain bergerak
Bola gerak dan pemain bergerak
teknik dasar sepak bola
 


















3.      validasi ahli
dari uji validasi ahli yang berawal dari 36 variasi model latihan tehnik dasar dribbling kebanyakan gugur dan tidak sesuai dengan karakteristik atlet pemula yang berusaha 8- 12 tahun yaitu yang tingal 25 variasi model latihan tehnik dasar dribbling sepak bola, dengan alas an bahwa variasi model yang dikembangkan banyak kesamaan yang hamper mirip ketika variasi tersebut dilakukan, variasi yang gunakan masih tergolong sulit, dan perlu adanya kematangan tehnik

4.      intrumen tes
1)    Tes (Heading)
Tujuan:
Tes ini bertujuan mengukur kemampuan dan kecakapan mengheading bola kesasaran yaitu gawang
Pelaksanaan tes:
Bola diletakkan pada sebuah titik berjarak 5 meter dari garis gawang dan tepat di pertengahan lebar gawang. Dengan awalan Atlet (testee) mengheading  bola tersebut sekuat mungkin kearah sasaran. Pelaksanaannya tidak dengan aba-aba. Oleh karena kecepatan tembakan juga mendapatkan penilaian, maka waktunya harus diambil. Pengambil waktu menjalankan stopwatchnya tepat ketika kaki Atlet (testee) mengambil bola dan tepat saat bola masuk kegawang dengan melewati garis gawang, pengambil waktu menghentikan stopwatchnya.
Pencatatan hasil:
Hasil yang dicatat adalah:
1.         Hasil heading  yang berupa angka sasaran yang dikenai bola
2.         Kecepatan tembakan yang berupa waktu yang ditempuh bola dari mulai diheading sampai masuk gawang sebanyak 5 bola saat mengenai sasaran. Waktu dicatat
Gambar 3.6 Heading









                               Sumber: Peneliti






5.      Uji Efektifitas

a.        Deskriptif Statistik Tes Heading
Tabel 2
Hasil Paired Samples Statistics Pre Test dan Post Test
Berdasarkan tabel di atas bahwa nilai rata-rata hasil tes heading untuk atlet pemula usia 8-12 tahun sedang sebelum diberikan latihan heading adalah 9,9815 dan setelah diberikan perlakuan adalah 9,9270. Hasil tes menunjukkan peningkatan hasil heading sehingga teknik dasar heading atlet meningkat.

Tabel 3
Hasil Paired Samples Correlation Pre Test dan Post Tes
Berdasarkan hasil ouput tabel di atas bahwa koefisien korelasi gerak manipulatif sebelum dan sesudah diberikan model latihan heading dengan p-value 0.00 < 0.05 jadi kesimpulanya ada hubungan yang signifikan.
Tabel 4
Hasil Paired Samples Correlation Pre Test dan Post Tes
Dalam uji signifikansi perbedaan dengan menggunakan SPSS didapat Mean= 0,05450 menunjukan selisih dari pre test dan post test, hasil t-hitung = 0,912 df = 19 dan p-value = 0.00 < 0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah adanya perlakuan model latihan heading.

A.     DAFTAR PUSATAKA
Borg, Walter R. and Meredith D. Gall. (1983). Educational Research: An Introduction, 4th Edition. New York: Longman lnc.
Clive Gifford, 2007 Keterampilan Sepak Bola (Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama
Cosby S. Roger & Janet K. Sawyers. 1995),  Play In The Lives of Children. Washington DC:   NAEYC,
Dwijawiyata,  2013Mari Bermain Bermain Kelompok untuk Anak Yogyakarta: Kanisius
Harsono. 1988 Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Lembaga  Pendidikan Tenaga Kependidikan
Tudor Bompa, G Gregory Haff, 2009  Periodization Theory And Metodolgy Of Training
Tangkudung, J dan Puspitorini W. 2012 Kepelatihan Olahraga “Pembinaan Prestasi Olahraga”, akarta: Cerdas Jaya,.
Rusdianto & Setyo Bidiwanto. 2008 Dasar-Dasar Kepelatihan Olahraga. Malang: Laboratorium Ilmu Keolahragaa Universitas Negeri Malang
Husdarta, 2009 Manajemen pendidikan jasmani (Bandung: Alfabeta,),
Mayke S. Tedjasaputra, 2007 Bermain mainan dan Bermain (Jakarta: Pt Gramedia
Sue Docket & Marlyn Fleer. 2000 Play & Pedagogy in Early Childhood – Bending the Rules.  Sidney: Harcourt

 NAEYC,
Dwijawiyata,  2013Mari Bermain Bermain Kelompok untuk Anak Yogyakarta: Kanisius
Harsono. 1988 Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Lembaga  Pendidikan Tenaga Kependidikan
Tudor Bompa, G Gregory Haff, 2009  Periodization Theory And Metodolgy Of Training
Tangkudung, J dan Puspitorini W. 2012 Kepelatihan Olahraga “Pembinaan Prestasi Olahraga”, akarta: Cerdas Jaya,.
Rusdianto & Setyo Bidiwanto. 2008 Dasar-Dasar Kepelatihan Olahraga. Malang: Laboratorium Ilmu Keolahragaa Universitas Negeri Malang
Husdarta, 2009 Manajemen pendidikan jasmani (Bandung: Alfabeta,),
Mayke S. Tedjasaputra, 2007 Bermain mainan dan Bermain (Jakarta: Pt Gramedia
Sue Docket & Marlyn Fleer. 2000 Play & Pedagogy in Early Childhood – Bending the Rules.  Sidney: Harcourt