Rabu, 13 Februari 2013

latihan cros contri sepakbola

latihan merupakan salah satu alternatif utama sebagai penunjang tercapainya prestasi atlet, dengan latihan atlet akan merasa bahwa ada program latihan yang inggin di dapatkan oleh atlet baik itu yang bersifat khusus dan umum, setiap bentuk latihan pasti memiliki rasa perbedaan salah satunya adalah latihan cros contri disini latihan tersebut adalah membutuhkan waktu dan tempat khusus sehingga menimbulkan rasa senang terhadap bentuk latihan yang diberikan oleh pelatih , cros contri minim sekali di lakukan oleh atlet krn pelatih memandan bentuk latihan yang biasa sesunguhnya latihan cros contri apabila di lakukan dengan terprogram maka akan menghasilkan yang luar biasa,latihan cros contri ini bentuknya lari yang sejauh jauhnya dengan bentuk diagram yang ada rintanganya baik itu bersifat terjal, datar,naik dan lembut , silahkan di coba semoga bermanfaat,amin.

Selasa, 12 Februari 2013

evaluasi pembelajaran sepakbola pjkr 2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Sepakbola merupakan olahraga yang memasyarakat dan mudah di jangkau oleh siapapun baik lewat media maupun lewat pertandingan secara langsung, Sepakbola juga merupakan olahraga yang di minati oleh masyarakat baik kaum adam, hawa entah kecil, dewasa maupun tua, dan sepakbola juga merupakan olahraga yang sangat vital apabila di pandang sebagai olahraga untuk memperkenalkan suatu tempat tertentu ntah itu yang sifatnya kecil maupun besar, sepakbola juga selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman baik secara regional, nasional dan internasional, sepakbola juga merupakan olahraga yang bisa dikatakan pembentukan karakter bangsa, karakter individu dan karakter martabat bagi suatu pembinaan olahraga, sepakbola di indonesia sangat di gemari, di kagumi dan di gunakan sebagai alat untuk mempersatu keyakinan, ras, suku dan perbedaan lainya, sepakbola di pendidikan jasmani kesehatan rekreasi unta merupakan salah salah satu dari mata kuliah wajib yang harus di tempuh setiap mahasiswa di program studi, dan didalamnya mata kuliah ini terkadung beberapa kompetensi yaitu pembentukan pribadi, mampu bekarya baik yang bersifat langsung mupun tidak langsung dan memiliki sosial yang tinggi terhadap masyarakat luas dari kompetensi itu di bentuk melalui pengembangan pendidikan jasmani yaitu afektif, koknitif dan sikomotor pengembangan – pengembangan tersebut di gerakan melalui tehnik, fisik, taktik dan mental bertanding yang di lingkupi oleh matakuliah sepakbola, mahasiswa anagkatan 2011/2012 merupakan mahasiswa yang dinamika dimana ada yang memeliki besic sepakbola dan olahraga lainya begitu juga ada yang tidak memliki besic sama sekali dari proses yang berlangsung selama kurang lebih enam belas pertemuan dan di selinggi pembentukan tehnik, taktik dan fisi serta mental bertanding belum memiliki standar tes sepakbola yang baik maka dari itu perlu diadakanya evaluasi pembelajaran di akhir pertemuan

B.     Masalah penelelitian
Bagaimana evaluasi pembelajaran sepakbola angkatan 2011/2012
C.     Tujuan penelitian
Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran sepakbola angkatan 2011/2012
D.     Manfaat penelitian
1. Untuk pengajar tentukan bisa menentukan item – item tes yang sesuai kemampuan mahasiswa
2. Untuk mahasiswa juga lebih mematangkan pola gerak yang sesuai kemampuan yang di tinjau dari tehnik, fisik, taktik dan mental
3. Untuk prodi dan jurusan tentunya sebagai refrensi penunjang pembelajaran mahasiswa





BAB II
KAJIAN TEORI
A.     Evaluasi Belajar Penjaskes
          Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing.
Ralph W. Tyler, yang dikutif oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda. Ia menyatakan bahwa evaluation as the process of determining to what extent the educational objectives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Nana Syaodih S., menyatakan bahwa evaluation is the process of delinating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatif. Demikian juga dengan Michael Scriven (1969) menyatakan evaluation is an observed value compared to some standard. Beberapa definisi terakhir ini menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data.
Sementara itu Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas, sedangkan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang membedakan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Arikunto menyatakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior
Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek juga dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) “The assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain established rules
B. Tujuan Evaluasi
    Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu bahwa evaluasi dilaksanakan dengan berbagai tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, evaluasi dilaksanakan dengan tujuan:
1. Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa.
2. mengetahui tingkat keberhasilan PBM
3. menentukan tindak lanjut hasil penilaian
4. memberikan pertanggung jawaban (accountability)
C. Fungsi Evaluasi
      Sejalan dengan tujuan evaluasi di atas, evaluasi yang dilakukan juga memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah fungsi:
1. Selektif
2. Diagnostik
3. Penempatan
4. Pengukur keberhasilan
Selain keempat fungsi di atas Asmawi Zainul dan Noehi Nasution menyatakan masih ada fungsi-fungsi lain dari evaluasi pembelajaran, yaitu fungsi:
1. Remedial
2. Umpan balik
3. Memotivasi dan membimbing anak
4. Perbaikan kurikulum dan program pendidikan
5. Pengembangan ilmu
E. Macam-macam Evaluasi
1. Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student progress over period of time. Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam rumusan tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu pada tingkat kematangan siswa. Artinya TIK dirumuskan dengan memperhatikan kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan yang wajar yang diperkiran masih sangat mungkin dijangkau/ dikuasai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas.
2. Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
3. Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.



F. Prinsip Evaluasi
      Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi, agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
1. Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. à patokan : Kurikulum/silabi.
2. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
3. Agar hasil penilaian obyektif, gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.
4. Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.
Prinsip lain yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto adalah:
1. Penilaian hendaknya didasarkan pada hasil pengukuran yang komprehensif.
2. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dengan penilaian (grading)
3. Hendaknya disadari betul tujuan penggunaan pendekatan penilaian (PAP dan PAN)
4. Penilaian hendaknya merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar.
5. Penilaian harus bersifat komparabel.
6. Sistem penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan guru.
G. Pendekatan Evaluasi
Ada dua jenis pendekatan penilaian yang dapat digunakan untuk menafsirkan sekor menjadi nilai. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan, proses, standar dan juga akan menghasilkan nilai yang berbeda. Karena itulah pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunakan menjadi penting. Kedua pendekatan itu adalah Pendekatan Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan (PAP).
Sejalan dengan uraian di atas, Glaser (1963) yang dikutip oleh W. James Popham menyatakan bahwa terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah pada dua perbedaan tujuan substansial, yaitu pengukuran acuan norma (NRM) yang berusaha menetapkan status relatif, dan pengukuran acuan kriteria (CRM) yang berusaha menetapkan status absolut. Sejalan dengan pendapat Glaser, Wiersma menyatakan norm-referenced interpretation is a relative interpretation based on an individual’s position with respect to some group. Glaser menggunakan konsep pengukuran acuan norma (Norm Reference Measurement / NRM) untuk menggambarkan tes prestasi siswa dengan menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman relatif siswa. Sedangkan untuk mengukur tes yang mengidentifikasi ketuntasan / ketidaktuntasan absolut siswa atas perilaku spesifik, menggunakan konsep pengukuran acuan kriteria (Criterion Reference Measurement).
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT)
Tujuan penggunaan tes acuan patokan berfokus pada kelompok perilaku siswa yang khusus. Joesmani menyebutnya dengan didasarkan pada kriteria atau standard khusus. Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang performan peserta tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan tersebut dibandingkan dengan performan yang lain. Dengan kata lain tes acuan kriteria digunakan untuk menyeleksi (secara pasti) status individual berkenaan dengan (mengenai) domain perilaku yang ditetapkan / dirumuskan dengan baik.
Pada pendekatan acuan patokan, standar performan yang digunakan adalah standar absolut. Semiawan menyebutnya sebagai standar mutu yang mutlak. Criterion-referenced interpretation is an absolut rather than relative interpetation, referenced to a defined body of learner behaviors. Dalam standar ini penentuan tingkatan (grade) didasarkan pada sekor-sekor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan sekor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh performan (sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor siswa bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa mudah akan sangat mungkin para siswa mendapatkan nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapat nilai A atau B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan ini dapat diatasi dengan memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur tingkat pencapaiannya.
Dalam menginterpretasi skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan PAP, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas nilai kelulusan. Umumnya kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut:
Rentang Skor Nilai
80% s.d. 100% A
70% s.d. 79% B
60% s.d. 69% C
45% s.d. 59% D
< 44% E / Tidak lulus
2. Penilaian Acuan Norma (PAN), Norm Reference Test (NRT)
Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes dalam hubungannya dengan performans kelompok peserta yang lain yang telah mengikuti tes. Tes acuan kriteria Perbedaan lain yang mendasar antara pendekatan acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah pada standar performan yang digunakan.
Pada pendekatan acuan norma standar performan yang digunakan bersifat relatif. Artinya tingkat performan seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif dalam kelompoknya; Tinggi rendahnya performan seorang siswa sangat bergantung pada kondisi performan kelompoknya. Dengan kata lain standar pengukuran yang digunakan ialah norma kelompok. Salah satu keuntungan dari standar relatif ini adalah penempatan sekor (performan) siswa dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara teliti. Kekurangan dari penggunaan standar relatif diantaranya adalah (1) dianggap tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas yang memiliki sekor yang tinggi, harus berusaha mendapatkan sekor yang lebih tinggi untuk mendapatkan nilai A atau B. Situasi seperti ini menjadi baik bagi motivasi beberapa siswa. (2) standar relatif membuat terjadinya persaingan yang kurang sehat diantara para siswa, karena pada saat seorang atau sekelompok siswa mendapat nilai A akan mengurangi kesempatan pada yang lain untuk mendapatkannya. (Sumber : Prof. Nana Sudjana)
B.     Sepakbola
a.       Tehnik bermain sepakbola
Tehnik bermain sepakbola adalah semua gerakan baik dengan bola mupun tidak dengan bola dan semuanya itu terlepas dari semua apa yang di kendalikanya contohnya tanpa bola itu seperti berlari mengubah arah, lompat dan loncat, gerak tipu tanpa bola berupa badan, tungkai, dan gerakan khusus penjaga gawang, tehnik dengan bola menendang, menerima, mengiring, menyundul, melempar, gerak tipu, merampas dan tehnik khusus penjaga gawang(Sukatamsi :33)
b.      Tehnik bertahan dan menyerang
Untuk bertahan semua pemain belakang di tuntut untuk selalu mempertahankan pertahananya semaksimal mungkin selama 90m dengan cara individu mupun beregu yang individu dengan cara satu lawan satu penjagaan diantara gawang dan lawan dan selalu melihat kondisi bola dan gawang sendiri( erik c batty :39)
Untuk menyerang setiap penyerang selalu mendapatkan tekanan dari lawan maka cara yang terbaik untuk menyerang adalah membebaskan dari penjagaan lawan dan mencari ruang untuk gerak baik yang bersifat membantu maupun gerakan muncul ( soeyono :13)
C.     Tehnik penilaian
Terdapat beberapa cara alat penilian yang dapat digumakan sebagai sarana untuk memperoleh informasi tentang ketercapaian belajar mahasiswa dan disini fukus kepada tes perbuatan ataun unjuk kerja( wahid dkk ,2010 :78)





BAB III
METODOLOGI
A.     Metode
penelitian merupakan cara bagaimana peneliti akan akan mengambil data,analisis data, dan pengumpulan data, metode dalam penilitian mengunakan metode diskriptif artinya segala apa yang akan terjadi digambarkan sesuai dengan hasil yang di dapat melalui pengalamanya ketika selama pembelajaran, dan diskriptif mengunakan tes – tes yang sudah dibuat oleh pengajar
B.     Populasi
Populasi menurut riduwan obyek yang berada pada suatu wilayah memenuhi sarat – sarat tertemtu berkaitan dengan masalah yang akan di teliti dan populasi dalam penelitian ini mahasiswa dan mahasiswi angkatan 2011/2012.
C.     Sampel
Sampel dalam penelitian mahasiswa yang mengambil mata kuliah sepakbola
D.     Pengumpulan data
a.       Mahasiswa dan mahasiswi dites item tehnik dasar sepakbola
b.       Mahasiswa dites item fisik sepakbola
c.       Mahasiswa di tes item taktik sepakbola
d.       Mahasiswa di tes item mental sepakbola


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.     Hasil penelitian
Dari data yang di dapatkan peneliti di mengambarkan bahwa kemampuan setiap individu tidak sama dengan hasil yang cukup artinya dari keseluruhan item tes baik itu berupa tehnik, fisik, takti dan mental seperti diagram dibawah ini :
Bentuk
Tehnik
Fisik
Taktik
Mental
Hasil
65
70
70
65

Hasil tersebut di dapatkan melalui komponen – komponen tes yang di berikan dari pendidik dan di ambil melalui kurve normal kemampuan rata-rata,
Tehnik dari semua mahasiswa angkatan 2011/2012 kategori cukup di ambil dari tes passing , kontrol , heading , sotting , long passing , voly ball , tendangan sudut , lemparan kedalam , raga – raga bola , tendangan sudut , bek pas bola , dan dari segi fisik item tesnya antara lain : tes lari cepat bolak balik selama 30 dtk, tes zik zak sepanjang 50 m, tes daya tahan 400m x 3 dan tes daya ledak melalui gerak squat jum selama 30 dtk, untuk item tes taktik setiap mahasiswa membuat desain pola menyerang dan bertahan yang di aplikasikan oleh temen yang din pilih dan untuk mental item tesnya melalui treout dengan club - club yang berada di kota maupun di luar kota pontianak



B.     Pembahasan
Dari hasil yang di dapatkan disini ada kajian khusus sebagai pengajar dan mahasiswa untuk saling berkontribusi dalam pengembangan evaluasi sepakbola yang berjalan kurang lebih 16 pertemuan belum termasuk program treout oleh mahasiswa teryata ketika setiap mahasiswa menjalankan proses perkuliahan mahasiswa cendrung kurang sigap, siap dan komitmen yang selalu baru kenapa bisa muncul seperti itu mahasiswa yang beragam dan dinamika memiliki pola pikir yang selalu berbeda ada yang siap tapi juga ada yang belum siap itu di tunjukan dengan kehadirang yang sering terlambatketika proses perkuliahan berlangsung, ketika proses kuliah sudah dimulai masih banyak mahasiswa yang kurang memperthatikan nateri kuliah yang diberikan dari pendidik sehingga menimbulkan kuran pemahaman pada pola gerak yang sebenernya di tinjau dari pola gerak yang benar meliputi macam – macam gerak antara lain dengan tungkai, lengan , pungung, kepala, dan paha yang biasa di sebut denga gerak motorik, selain dari semua gerak yang sudah terbiasa di lakukan oleh mahasiswa teryata masih banyak gerak yang belum di pafami anatara lain gerak ketika melakukan penyerangan , dan gerak ketika di serang disini sangat minim sekali pengalaman dalam proses sebelum menjadi mahasiswa masih berkutik di dunia olahraga sepakbola tingkat desa yang tidak terprogram hal – hal yang lain juga masiswa juga menjalankan mata kuliah selain sepakbola di cendrung mengalami kelelahan karena semua matakuliah praktek bisa berjalan bersamaan di hari itu, ketika diberi tugas tambahan untuk mengikuti penambahan porsi latihan di cub kurang berjalan dan masih banyak yang tidak ikut pembinaan sepakbola.


BAB V
KESIMPULAN
A.     Kesimpulan
1.       Mahasiswa dalam proses perkuliahan sepakbola kurang siap dan sigap
2.       Mahasiswa ketika proses perkuliahan juga masih belum serius dan sunguh – sunguh
3.       Dari hasil proses perkuliahan berlangsung menunjukan hasil yang cukup artinya setandar minimal bisa tercapai
B.     Saran
1.       Perlu diberi motivasi baik dari luar maupun dari dalam diri seseorang mahasiswa agar mampu menjalankan proses perkuliahan denga tekun dan penuh rasa tanggung jawab yang besar
2.       Perlu adanya komitmen yang tinggi baik dari pendidik maupun yang di didik agar tercapai tujuan pembelajaran dengan sportif, fair play dan bermakana
3.       Perlu di tingkatkan kepada mahasiswa angkatan selanjutnya agar hal – hal yang terjadi di kontrak kuliah berjalan dengan lancar.



DAFTAR PUTAKA
Arikunto suharsimi (2010) Prosedur Suatu Penelitian Puatu Praktik (Revisi 1010) Jakarta .Rineka cipta
Ali, alfi dan wahid (2010) Evaluasi Pendidikan Jasmani Malang ,Unesa
 
Batty ericc (1999) Metode Bertahan Sepakbola. Bandung. Pioner jaya
Riduwan (2003) Metode dan tehnik menyusun tesis Alfabeta. Bandung
Soeyono (2004) Taktik dan Strategi bermain bola. Ikip semarang
 Sudjana nana (2008) Evaluasi Pendidikan Jasmani Kesehatan   Rekreasi Jakarta .Rineka cipta
Sukatamsi (1985) tahnik dasar bermain sepakbola. UNS tiga serangkai