Jumat, 01 Februari 2013

atlet atletik kalbar 2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang

                       Atletik merupakan salah satu cabang Olahraga yang komplek karena memiliki ketentuan  ketentuan dan peraturan  peraturan yang rinci dan ketat. Atletik juga merupakan cabang olahraga yang tidak membahayakan diri sendiri maupun lawan. Atletik juga sering mengadakan berbagai kejuaraan dari tingkat Kabupaten hingga Dunia. Dikabupaten, Pemda menyeleksi para Atlet yang berbakat untuk mengikuti kejuaraan berikutnya ditingkat Propinsi danseterusnya. Olah raga atletik merupakan olah raga yang santai tapi berat,maksudnya yaitu dalam melakukan latihan kita bisa dengan santai tapi juga serius dalam latihan.
          Olahraga atletik di kalimantan barat merupakan olahraga unggulan sebagai olahraga yang di prioritskan oleh karena itu atletik menjadi sorotan pemerintah baik di tingkat daerah maupun provinsi dan perkembangan olahraga atletik dari waktu ke waktu sangat meningkat baik di dukung oleh adanya sarana dan prasarana yaang sudah memadai, kondisi latihan yang kontiyu dan di dukung adanya menu yang khusus baik yang di kelola maupun mandiri, di tinjau dari karakteristik memang untuk kalimantan barat lebih cocok menjadi pencipta atlet atletik karena dari tahun ke tahun kalimantan barat dapat berkontribusi baik melalui pembinaan PPLP DAN PPLM namun untyuk beberapa tahun terakhir ini ada moratorium pplm di provinsi kalbar.
             Sejauh ini atletik kalbar sudah banyak membina atlet baik dari usia dini, junio, senior melalui proses latihan di stadion SSA pontianak yang di bawahi langsung dari pelatih yang puya potensi di bidang atletik melalui pelatihan – pelatihan dari situlah prestasi pelan pelan bisa di raih dari cabang nomor apapun baik lompat, lari, jalan dan lempar bahkan sekarang ada salah satu atlet yang sudah di orbitkan menjadi PNS, latihan merupakan hal yang membosankan bagi atlet dari hari ke hari pagi dan sore atlet berkecimpung di lapangan baik yang lompat, lari, lempar dan jalan semua hanya untuk membawa nama baik provinsinya baik di kancah regional maupun nasional.
            Untuk  mencapai  prestasi  yang baik di dalam atletik perlu didukung dengan latihan yang baik melalui pendekatan-pendekatan ilmiah dengan melibatkan berbagai ilmu pengetahuan. Kaitannya dengan latihan untuk mencapai prestasi ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan. Unsur tersebut menurut M. Sajoto (1988 : 15)  diantaranya adalah: 1) unsur fisik yang lebih popular dengan kondisi fisik, 2) unsur tehnik, 3) unsur mental, 4) unsur kematangan juara. Dari keempat unsur tersebut, ialah satu unsur yang merupakan faktor utama yaitu kondisi fisik, seperti pendapat dari Depdiknas (2000 : 101) bahwa salah satu unsur atau faktor penting untuk meraih suatu prestasi dalam olahraga adalah kondisi fisik, disamping penguasaan tehnik, taktik dan kemampuan mental.  Kreatifitas pelatih sangat di tunggu oleh atlet agar tidak mengalami kejenuhan atlet pada saat latihan untuk memberikan Variasi dan pengembangan dalam proses latihan.
               Permasalahan yang sering terjadi adalah mengenai persiapan atlet yang kurang matang, mungkin disebabkan karena banyak sekali faktor penyebabnya, misalnya: kurangnya pengawasan dan bimbingan jangka panjang yang sejak usia dini atau anak-anak untuk mencari atlet yang handal, kurang meratanya sarana dan pra sarana standar internasional di setiap daerah, kurangnya pengalaman pelatih baik dari segi waktu dan IPTEK, kurangnya pengawasan status gizi atlet, kurang fokusnya atlet mengikuti latihan akibat kesibukan pribadi baik dalam pekerjaan maupun pendidikan. Ada juga terjadi penyaringan atau seleksi atlet tidak terbuka untuk umum akhirnya atlet yang diambil bukan atlet terbaik, di kampung-kampung banyak sekali potensi yang sangat luar biasa yang memiliki bakat alam yang hebat-hebat namun tidak pernah terlihat oleh para pelatih, kebanyakan pelatih hanya menyeleksi atlet yang dikenal saja melalui prosedur yang tidak terbuka. Masalah lain yaitu masih banyak atlet yang dibimbing dari sekolah-sekolah umum bukan sekolah khusus kelas olahraga akibatnya waktunya terbagi-bagi untuk sekolah, les, membantu orang tua dan bahkan bekerja untuk mencari nafkah sendiri dan akhirnya prestasi yang diraih belum maksimal selain itu masalah yang paling menjadi momok yaitu kurangnya dana untuk mendukung setiap kegiatan atletik.
             Atlet atletik di kalimantan berjumlah sebelas orang terdiri dari lari enam pemain, jalan dua pemain, lompat dua pemain, sejauh ini persiapan latihan baik secara kontinyu dan berkesinambungan namun dari segi mental agak lemah di karenakan minimnya uji tanding dan baik secara resmi maupun tidak resmi hal itu di maklumi karena minimnya pendanaan dan kesadaran akan adanya kemampuan atlet untuk mencari pengalaman
            Selain pada masa persiapan ternyata pada masa perlombaan atletik juga terdapat masalah yang sering kali terjadi, baik secara fisik maupun psikis, secara fisik terkadang atlet yang telah dipersiapkan untuk mengikuti perlombaan mengalami sakit atau cereda, ada beberapa atlet juga mengalami kelelahan latihan sebelum mengikuti lomba sehingga hasil prestasi yang diharapkan menjadi sirna. Sedangkan secara psikis terkadang atlet yang berlomba mengalami minder, down, grogi dan bahkan takut untuk bertanding, ini menjadi masalah mental yang perlu diperhatikan pelatih. Penyebabnya misalnya pengalaman (jam terbang) bertanding yang masih kurang, komposisi tubuh yang berbeda dengan lawan, ultimatum atau ancaman dari berbagai pihak yang menuntut untuk juara, masalah pribadi baik dengan keluarga maupun orang terdekat, kurangnya ikatan emosi dengan tim atau pelatih, dan masih banyak lagi permasalah yang perlu dipahami oleh para insan dunia atletik untuk mendalaminya.    
             Setelah bertanding ternyata juga masih ada masalah lagi misalnya gaji atlet yang tidak sesuai, kurangnya perhatian dari instansi pemerintah padahal atlet sudah memberikan yang terbaik untuk daerahnya namun nasibnya kurang diprioritaskan, belum lagi terbengkalainya pekerjaan dan pendidikannya, kurang terjaminnya masa depan atlet menjadi penghalang yang sangat mampengaruhi prestasi atlet. Banyak orang menganggap bahwa menjadi atlet tidak menjamin kehidupannya karena masyarakat banyak melihat atlet-atlet terdahulu yang telah mati-matian mengharumkan nama bangsa hidupnya tidak perdulikan pemerintah, banyak yang setelah pensiun atau mundur dari olahraga hidupnya susah. Untuk mencari penyebab-penyebab permasalahan tersebut maka perlu untuk dikaji lebih dalam lagi mengenai atlet atletik, inilah yang melatar belakangi dilaksanakannya penelitian ini.
B.      Masalah Penelitian

Bagaimana kajian atlet atletik kalbar di pekan olahraga nasional ke XVIII DI RIAU tahun 2012
C.     Tujuan Penelitian
Untuk menkaji atlet atletik kalbar di pekan olahraga nasional ke XVII di RIAU tahun 2012
D.     Manfaat Penelitian
1.       Bagi atlet sebagai bahan penunjang peningkatan dalam prestasi dalam jangka panjang
2.       Bagi pelatih sebagai bahan evaluasi dimana kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanakan tugas sehari – hari
3.       Bagi pengurus untuk memperhatikan bagaimana sistem kepengurusan yang baik dan komprehensif



BAB II
KAJIAN TEORI
A.     Hakikat Atlet
Menurut Arman Starji (2012:175) Atlet (sering pula dieja sebagai atlet; dari bahasa Yunani: athlos yang berarti "kontes") adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga kompetitif. Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Atlet Atlet (sering pula dieja sebagai atlet; dari bahasa Yunani: athlos yang berarti "kontes") adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga kompetitif.
Dalam KBBI (2003:75) menyatakan atlet adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan,kecepatan).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa atlet merupakan seorang olahragawan yang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kompetisi olaharaga.
Ciri-ciri atlet menurut Putri Kristina Arisanti dan Henny E. Wirawan dalam Putrikristinaarisanti@yahoo.com  yaitu: memiliki keberanian mengambil resiko dan berusaha tampil sebaik mungkin.
B.     Atletik
Sejarah atletik tidak lepas dari sejarah olimpiade. Sebab, atletik adalah satu-satunya olahraga yang dipertandingkan di olimpiade pertama di Yunani kuno pada 776 Masehi. Nama “atletik” berasal dari bahasa Yunani  “athlon” yang artinya pertandinga. Satu-satunya pertandingan dalam olimpiade itu adalah lomba lari mengelilingi lapangan pemenang pertandingan olimpiade pertama adalah Coroebus.
Secara umum olahraga atletik telah meresap dalam kehidupan social agama di Yunani dan Romawi. Di Yunani atletik awalnya menjadi bagian dari peribadatan. Beberapa diantaranya diadakan untuk memuja dewa-dewa, beberapa lagi sebagai persembahan dalam suatu perayaan agama. Olimpiade kuno diadakan pada musim bulan semi setiap empat tahun sekali, sebagai bentuk pemujaan kepada dewa Zeus di Olympia.
Atletik adalah sekumpulan olahraga yang meliputi lari, jalan, lompat, dan lempar, yang telah menjadi aktivitas olahraga tertua dalam peradaban manusia. Olahraga, dalam budaya Inggris dan beberapa negara lainya dikenal dengan istilah track and field, yang artinya lintasan dan lapangan. Seorang olahragawan yang menekuni olahraga atletik disebut dengan atlet.
Nomor-nomor atletik yang diperlombakan terdiri dari lari jarak pendek, lari jarak menengah, dan lari jarak jauh. Adapun nomor lompat terdiri dari lompat galah, lompat tinggi, lompat jauh, dan lompat jangkit. Sementara itu nomor lempar mencakup tolak peluru, lempar lembing, lempar cakram, dan lempar martil.
Disamping itu, terdapat nomor perlombaan khusus, yaitu lari estafet, lari halang rintang, lari lintas alam, dan jalan cepat. Adapula nomor perlombaan campuran yaitu pancalomba (pentathlon), saptalomba (heptathlon), dan dasalomba (decathlon).
1.      Lompat Jangkit
Dalam satu perlombaan, para atlet dapat melompat tiga sampai enam kali. Biasanya diberikan kesempatan melompat sebanyak mungkin (maksimum 6 kali) dalam waktu yang tersedia.
Lompat jangkit adalah suatu keterampilan yang kompleks, menyangkut koordinasi dari kecepatan awalan dengan beberapa tolakan dan pendaratan. Juga adalah satu nomor yang paling mudah diajarkan dalam atletik. Peraturan dari lompat jangkit menentukan apa yang diperbolehkan dalam tolakan dan pendaratan, dan peraturan-peraturan ini harus terlebih dahulu dimengerti sepenuhnya sebelum pelajaran dimulai. Dalam Amateur Athletic Association Handbook peraturan nomor 81 disebutkan, bahwa : Jingkat dibuat sedemikian sehingga pelomba mendarat pada kaki yang sama seperti pada waktu ia menolak, pada waktu langkah ia mendarat pada kaki yang lain, setelah mana dilakukan lompatan.
Peraturan yang sama juga menyebutkan: “ Jika seseorang pelomba, waktu melakukan lompatan, menyentuh tanah dengan kakinya yang tergantung, ia di anggap gagal”.
Waktu mengajarkan lompat jangkit, perhatian harus dicurahkan pada peraturan dasar ini. Jika nantinya lompat jangkit berlangsung secara tidak betul sebagai akibat dari pengajaran yang buruk, maka hasilnya adalah serentetan lompatan yang tidak sah.
Lompat jangkit adalah nomor yang berirama dan tujuan dekatnya adalah penempatan kaki yang betul sebagaimana tercantum dalam peraturan 81, irama yang betul, dan mencegah kaki yang menggantung menyentuh tanah waktu melompat.
Lompat jangkit dapat sangat melelahkan kaki, pergelangan kaki dan tungkai bawah. Sebelum pelajaran dimulai, persyaratan berikut hendaknya dipenuhi:
Para atlet memakai sepatu yang kuat dengan sol yang tebal. Dapat berupa sepatu tennis dengan alas kaki spons atau sepatu atletik
Daerah tolakan dan pendaratan harus bebas bahaya, kokoh dan anti selip
Pengaturan kelas dan prosedur pengajaran. Tahap awal dapat dilakukan di dalam ruangan senam, di lapangan tennis atau basket, atau di lintasan lari yang lain.
Mula-mula harus diajukan teknik dasar, kemudian perlombaan dengan awalan pendek atau dari sikap berdiri.
a.      Tolakan dan jingkat
Sesudah menolak pada balok tumpuan, seorang pelompat jangkit harus membuat lengkungan yang lebih datar dibandingkan dengan pelompat jauh. Ini membantu menyempurnakan kecepatan awalan sepanjang ketiga tahap berikutnya.
Si atlet harus tegak waktu melakukan tolakan, sehingga keseimbangan dapat dipertahankan sepanjang lompatan. Sekali keseimbangan itu hilang, tak dapat diraih lagi. Paha yang aktif harus diangkat sejajar dengan tanah waktu pertengahan jingkat, siap untuk mendarat secara aktif pada akhir jingkat dan selanjutnya membuat langkah.
Dibutuhkan banyak penguasaan keterampilan waktu mendarat pada akhir jingkat. Pendaratan mati/dengan kaki atau kaki terlalu jauh dan badan, akan berarti mengerem kecepatan.
b.      Langkah
Waktu kaku jingkat turun untuk mendarat, harus ada cukup antara di antara kedua paha sehingga kaki yang tidak berjingkat dapat diayunkan dengan kuat untuk melangkah. Kaki ini akan menjadi bagian yang aktif pada akhir tahap langkah. Kaki ini diayunkan sehingga kedua paha sejajar. Dengan tumit ditekukkan ke dalam. Lagi-lagi harus ada cukup antara di antara kedua paha, sehingga kaki yang tidak mendarat dapat diayunkan untuk suatu lompatan. Pendaratan harus aktif dan segala kecenderungan untuk menjulurkan kaki dan tungkai bawah ke depan harus dicegah.


c.       Lompatan
Kaki yang bebas harus diayunkan dari langkah menjadi lompatan. Sesudah ini seorang pelompat jangkit mempunyai tujuan yang sama seperti seorang pelompat jauh, yaitu berusaha mencapai ketinggian sebanyak mungkin. Ia juga berusaha mencapai posisi mendarat sebaik mungkin, dengan kedua kakinya bersama-sama dan di muka badan, adalah cukup memadai untuk kebanyakan pelompat.

C.    Lompat Tinggi
Lompat tinggi merupakan suatu gerakan yang diawali dengan lari, menolak, melayang untuk melewati mistar yang dipasang diatas penopang tiang yang tinggi dan mendarat. Berkaitan nomor atletik tersebut terdapat dalam event, dalam hal ini lompat tinggi gaya flop merupakan bentuk gerakan melompat keatas untuk melewati mistar, dimana untuk melewati mistar dengan posisi terlentang dan mendarat dengan bagian punggung terlebih dahulu. Lompat tinggi gaya flop ini merupakan salah satu gaya lompat tinggi yang cukup sulit jika dibandingkan dengan gaya lainnya. Selain itu memiliki ciri tersendiri atau memiliki keunikan, seperti halnya pada posisi badan yang terlentang.
Lompat tinggi gaya flop mulai dikenal sejak olimpiade XIX dikota Mexico pada tahun 1968. Ricard Fosbury, salah satu pemuda dari Amerika Serikat  yang menampilkan lompat tinggi gaya yang baru dan berhasil menjadi juara. Sampai saat ini gaya lompat tinggi tersebut dikenal dengan gaya Fuosbury Flop atau dikenal dengan nama singkatnya “lompat tinggi gaya flop”.
Tujuan utama lompat tinggi adalah mencapai lompatan setinggi-tingginya. Untuk mencapai lompatan yang setinggi-tingginya dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Gunter Bernhard ( 1993 : 155 ), unsur-unsur dasar bagi suatu prestasi lompat tinggi adalah :
Faktor-faktor kondisi : perkembangan khusus dari tenaga loncat yang mutlak, perasaan irama, keterampilan reaksi dan gerakan bagi lebarnya langkah serta penyebaran.
Faktor-faktor teknik : dalam hubungannya dengan perkembangan kondisi, pengambilan secara tuntas fase-fase gerakan yang paling penting (ancang-ancang, persiapan loncatan dan pemindahan, perjalanan dengan bilah dan pendaratan).
Ditinjau dari kondisi fisik, Tamsir Riyadi ( 1985 : 69 ) menyatakan bahwa, “ unsur-unsur kondisi fisik dalam lompat tinggi adalah daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, koordinasi dan kelentukan”.
D.    Teknik Lompat Tinggi Gaya Flop
Pada dasarnya teknik lompat tinggi adalah sama yaitu terdiri atas : awalan, tolakan, sikap badan diatas mistar dan pendaratan. Penguasaan teknik lopat tinggi ini sangat penting guna mendukung pencapaian prestasi secara maksimal. Rusli Lutan dkk (1992: 149) menyatakan bahwa, “ prestasi dalam lompat tinggi dipengaruhi oleh penguasaan unsur teknik yang baik”.
Berkaitan dengan lompat tinggi gaya flop, Soenaryo Basuki (2000: 33) menyatakan bahwa teknik lompat tinggi gaya flop dibedakan menjadi empat bagian yaitu : (1) awalan, (2) tumpuan, (3) melewati mistar, dan (4) mendarat”.
1.      Awalan (Run-up atau Approach Run)
Lari awalan pada lompat tinggi gaya flop yang harus diperhatikan adalah harus dapat dilakukan dengan cepat dan menikung (Curved run-up). Dari mulai start harus dengan sedikit menikung, kemudian semakin tajam tikungannya. Bentuk lari awalan tersebut membawa si pelompat kepada sikap lari yang khas pada lompat tinggi gaya flop, yaitu badan akan condong atau miring kedalam. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan gambar arah awalan lompat tinggi gaya flop sebagai berikut
2.      Tolakan (Take off)
Apabila pelompat menggunakan tolakan dengan kaki kanan, maka lari awalannya dilakukan dari sebilah kiri mistar. Akan tetapi bila menggunakan tolakan dengan kaki kiri, lari awalan dilakukan dari sebelah kanan mistar. Jumlah langkah dalam menentukan lari awalan antara 5 sampai 9 langkah. Berikut disajikan gambar uraian langkah bila menggunakan tolakan kaki kanan. Sedangkan bila menggunakan tolakan kaki kiri  sebaliknya.
Arah badan pada saat melayang diatas mistar adalah serong menyilang diatas mistar dan arah kaki tolak ( kaki kanan) pada saat menolak adalah serong menuju ke mistar. Tungkai ayun pada lompat tinggi gaya flop tidak diayunkan atau dilemparkan lurus kearah mistar seperti pada lompat tinggi gaya straddle atau gaya-gaya lainnya, melainkan diayun dengan santai (rilex) tetapi keras kearah yang berlawanan dengan mistar dengan lutut ditekuk dan diangkat tinggi disertai dengan mengayunkan atau mengangkat kedua lengan keatas samping kepala. Pada saat kaki tolak lepas dari tanah dan badan melayang diatas mistar, kepala ditengokkan kekiri mata melihat ke jari-jari tangan. Untuk lebih jelasnya disajikan gambar berikut :
3.      Sikap badan Saat Melewati Mistar.
Sikap badan saat melewati mistar merupakan faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya lompatan yang dilakukan. Dengan kata lain, jika saat melewati mistar bilah lompat tidak jatuh berarti lompatannya berhasil atau sebaliknya. Agar saat melewati mistar berhasil dengan baik maka harus membuat gerakan atau membuat posisi tubuh seefektif mungkin. Menururt Aip Syarifuddin (1992 : 93) sikap dan posisi tubuh pada saat melayang dan melintasi mistar sebagai berikut :
Badan seakan-akan terlempar mundur melintasi mistar, yaitu setelah menolak dari tanah.
Badan diatas mistar terlentang agak serong diatas mistar, jadi perut dan muka menghadap keatas.
Kedua lengan diayun keatas disamping kepala dan terbuka
Kepala menengok kekiri, yaitu bila kaki tolak kaki kanan dan mata melihat jari-jari tangan.
Sikap seluruh badan seperti sikap melenting atau menggantung ( hang style) pada lompat jauh.
Kesalahan teknik saat melewati mistar memungkinkan tubuh atau bagian tubuh akan menyentuh mistar dan jatuh, sehingga lompatannya menjadi gagal. Selain sikap melewati mistar tersebut diatas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sikap badan dan gerakan tungkai setelah melewati mistar yaitu :
Si pelompat harus melompat pada punggung dan tengkuk secara keseluruhan, kedua lengan terentang.
Pada saat melintasi atau melewati mistar, kedua tungkai harus  dilemparkan keatas dan lurur agar tidak menyentuh mistar. (Aip Syarifuddin, 1992:93)

Berdasarkan teknik melewati mistar dan sikap badan setelah melewati mistar tersebut diatas menunjukkan bahwa, sikap mendarat pada lompat tinggi gaya flop adalah dengan punggung dan seluruh pundak atau tengkuknya
E.     Lari Sprint
Atletik adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau dapat diadu berdasarkan gerak dasar manusia, yaitu seperti berjalan, berlari, melempar, dan melompat. Atletik seperti yang kita ketahui sekarang, dimulai sejak diadakan olympiade modern yang pertama kali diselenggarakan di kota Athena pada tahun 1896 dan sampai terbentuknya badan dunia federasi athletik amatir internasional tahun 1912. Atletik pertama kali diperkenalkan di Indonesia dengan sebutan Netherlands Indische Athletick Unie (NIBU) tanggal 12 Juli 1917 dan dalam perkembangannya terbentuk suatu organisasi yang bergerak dibidang atletik dengan nama Persatuan
Sprint atau lari cepat merupakan salah satu nomor lomba dalam cabang olahraga atletik. Sprint atau lari cepat merupakan semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang ditempuh. Sampai dengan jarak 400 meter masih digolongkan dalam lari cepat atau print. Menurut Arma abdoellah (1981; 50) pada dasarnya gerakan lari itu untuk semua jenis sama. Namun dengan demikian dengan adanya perbedaan jarak tempuh, maka sekalipun sangat kecil terdapat pula beberapa perbedaan dalam pelaksanaannya. Sedangkan yang dimaksud dengan perbedaan atau pembagian jarak dalam nomor lari adalah lari jarak pendek (100 – 400 meter), lari menengah (800 – 1500 meter), lari jauh (5000 meter atau lebih). Lari jarak pendek atau sprint adalah semua jenis lari yang sejak start ampai finish dilakukan dengan kecepatan maksimal. Beberapa faktor yang mutlak menentukan baik buruknya dalam sprint ada tiga hal yaitu start, gerakan sprint, dan finish.
Penguasaan teknik merupakan kemampuan untuk memahami atau mengetahui suatu rangkaian spesifik gerakan atau bagian pergerakan olahraga dalam memecahkan tugas olahraga dan dapat menggunakan pengetahuan yang dimiliki tersebut. Penguasaan teknik sprint diartikan sebagai kemampuan atlet dalam mengetahui atau memahami teknik lari sprint dan dapat menggunakan teknik lari sprint dengan baik.
Penguasaan teknik dipengaruhi beberapa dua faktor, yaitu:
1.    Pengetahuan
Menurut Jujun S. Suriasumantri (1993: 103) pengetahuan pada hakekatnya adalah merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek termasuk kedalamnya ilmu. Sedangkan menurut Sidi Gazalba dalam Amsal Bakhtiar (2006; 85) pengetahuan adalah apa yang kita ketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan proses dari usaha manusia untuk tahu.
2.    Aplikasi atau penerapan
Aplikasi teknik merupakan penerapan penggunaan teknik lari sprint yang dilakukan oleh atlet didalam perlombaan. Didalam suatu perlombaan atlet akan berusaha untuk mengeluarkan semua kemampuan yang dimiliki untuk mencapai penampilan terbaik dan prestasi maksimal. Setiap atlet memiliki kemampuan yang berbeda dan cara yang berbeda pula dalam menerapkan atau mengaplikasikan teknik sprint dalam perlombaan. Seperti yang dikatakan IAAF (1993; 115) kemampuan untuk melakukan suatu teknik yang sempurna adalah tidak sama sebagai seorang pelaku yang penuh ketangkasan. Atlet yang tangkas memiliki teknik yang baik dan konsisten dan juga tahu kapan dan bagaimana menggunakan teknik guna menghasilkan prestasi yang baik.
a.    Sprint
a)   Pengertian sprint
Lari cepat atau sprint adalah semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh, sampai dengan jarak 400 meter masih dapat digolongkan dalam lari cepat. Menurut Muhajir (2004) sprint atau lari cepat yaitu, perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh yang menempuh jarak 100 m, 200 m, dan 400 m.
Nomor lomba atau event lari sprint menjangkau jarak dari 50 meter, yang bagi atlet senior hanya dilombakan indoor saja, sampai dengan dan termasuk jarak 400 meter. Kepentingan relatif dari tuntutan yang diletakkan pada seorang sprinter adalah beragam sesuai dengan event-nya, namun kebutuhan dari semua lari-sprint yang paling nyata adalah ‘kecepatan’. Kecepatan dalam lari sprint adalah hasil dari kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan yang halus, lancar-efisien dibutuhkan bagi berlari dengan kecepatan tinggi.
Kelangsungan gerak lari cepat atau sprint dapat dibagi menjadi tiga, yaitu; (A) Start, (B) gerakan lari cepat, (C) Gerakan finish.
b)   Pengertian teknik
Teknik merupakan blok-blok bengunan dasar dari tingginya prestasi. Teknik adalah cara yang paling efesien dan sederhana dalam memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dan dibenarkan dalam lingkup peraturan (lomba) olahraga (Thomson Peter J.L, 1993; 115). Menurut suharno (1983) yang dikutip Djoko Pekik Irianto (2002; 80) teknik adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang perlu dalam cabang olahraga. Teknik merupakan cara paling efesien dan sederhana untuk memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dalam pertandingan yang dibenarkan oleh peraturan.
c)    Teknik lari sprint
Teknik adalah sangat kritis terhadap prestasi selama suatu lomba lari sprint. Melalui tahapan lomba tuntutan teknik sprint beragam seperti halnya aktivitas otot-otot, pola waktu mereka dan aktivitas metabolik para atlet dari tahap reaksi sampai tahap transisi tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan kecepatan dari suatu sikap diam di tempat.
Tujuan utama lari sprint adalah untuk memaksimalkan kecepatan horizontal, yang dihasilkan dari dorongan badan kedepan. Kecepatan lari ditentukan oleh panjang-langkah dan frekuensi-langkah. untuk bisa berlari cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-duanya. Tujuan teknik-sprint selama perlombaan adalah untuk mengerahkan jumlah optimum daya kepada tanah didalam waktu yang pendek. Teknik yang baik ditandai oleh mengecilnya daya pengereman, lengan lengan efektif, gerakan kaki dan badan dan suatu koordinasi tingkat tinggi dari gerakan tubuh keseluruhan (IAAF, 1993;22).
Teknik lari sprint lari 100m dapat dirinci menjadi tahap-tahap sebagai berikut:
1.    Tahap reaksi dan dorongan
2.    Tahap lari akelerasi
3.    Tahap transisi/perubahan
4.    Tahap kecepatan maksimum
5.    Tahap pemeliharaan kecepatan
6.    Finish
Lomba lari sprint yang lain mengikuti pola dasar yang sama, tetapi panjang dan pentingnya tahapan relatif bervariasi. Dalam aspek biomekanika kecepatan lari ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi langkah (jumlah langkah dalam per satuan waktu). Untuk bisa berlari lebih cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-duanya. Hubungan optimal antara panjang langkah dan frekuensi langkah bervariasi bagi tahap-tahap lomba yang berbeda-beda. Dalam lari sprint terdapat beberapa tahapan yaitu:


1.    Start
Menurut IAAF (2001;6) suatu start yang baik ditandai dengan sifat-sifat berikut:
a)        Konsentrasi penuh dan menghapus semua gangguan dari luar saat dalam posisi aba-aba “bersediaaaaa”
b)        Meng-adopsi sikap yang sesuai pada posisi saat aba-aba “siaaap”
c)        Suatu dorongan explosif oleh kedua kaki terhadap start-blok, dalam sudut start yang maksimal
Teknik yang digunakan untuk start harus menjamin bahwa kemungkinan power yang terbesar dapat dibangkitkan oleh atlet sedekat mungkin dengan sudut-start optimum 450. setelah kemungkinan reaksi yang tercepat harus disusul dengan suatu gerak (lari) percepatan yang kencang dari titik-pusat gravitasi dan langkah-langkah pertama harus menjurus kemungkinan maksimum.
Ada tiga variasi dalam start-jongkok yang ditentukan oleh penempatan start-blok relatif terhadap garis start: a. Start-pendek (bunch-start), b. Start-medium (medium-start), c. Start-panjang (elongated-start). Start medium adalah umumnya yang disarankan, ejak ini memberi peluang kepada para atlet untuk menerapkan daya dalam waktu yang lebih lama daripada start-panjang (menghasilkan kecepatan lebih tinggi), tetapi tidak menuntut banyak kekuatan seperti pada start-pendek (bunch-start). Suatu pengkajian terhadap teknik start-jongkok karenanya dapat dimulai dengan start medium. Ada tiga bagian dalam gerakan start, yaitu:
1)   Posisi “bersediaaa”
Pada posisi ini sprinter mengambil sikap awal atau posisi “bersediaaa”, kaki yang paling cepat/tangkas ditempatkan pada permukaan sisi miring blok yang paling depan. Tangan diletakkan dibelakang garis start dan menopang badan. Kaki belakang ditempatkan pada permukaan blok belakang, mata memandang tanah kedepan, leher rileks, kepala segaris dengan tubuh.
Menurut IAAF (2001;8) posisi “siaaap” ini adalah kepentingan dasar bahwa seorang atlet menerima suatu postur dalam posisi start “siaaap” yang menjamin suatu sudut optimum dari tiap kaki untuk mendorongnya, suatu posisi yang sesuai dari pusat gravitasi ketika kaki diluruskan dan pegangan awal otot-otot diperlukan bagi suatu kontraksi explosif dari otot-otot kaki.
Tanda-tanda utama suatu posisi “siaaap” yang optimum daya adalah;
Berat badan dibagikan seimbang, Poros pinggul lebih tinggi daripada poros bahu, Titik pusat gravitasi kedepan, Sudut lutut 900 pada kaki depa,, Sudut lutut 1200 pada kaki belakang, kaki diluruskan menekan start blok
2)   Posisi (aba-aba) “ya”
Daya dorong tungkai dan kaki dalam start dapat dianalisa dengan menggunakan papan-pengalas daya dibangu pada start blok. Bila kaki-kaki menekan pada papan itu pada pada saat start, impuls dapat disalurkan ke dan ditampilkan pada suatu dinamo-meter. Kekuatan impuls arah dan lamanya, juga timing dari dorongan dari tiap kaki dapat dicatat.
Ciri kunci yang untuk diperhatikan adalah:
Kaki belakang bergerak lebih dahulu. Pola daya kekuatan menunjukkan bahwa daya kekuatan yang puncaknya sangat tinggi dikenakan mengawali gerak akselerasi dari titik-pusat gravitasi atlet dengan cepat menurun.
Penerapan daya kekuatan dari kaki depan dimulai sedikit lambat yang memungkinkan gerak akselerasi titik-pusat gravitasi untuk berlanjut setelah dorongan kaki belakang menghilang, dan berlangsung dalam waktu yang lebih lama. Kenyataannya, daya kekuatan daya kekuatan digunakan oleh kaki-depan kira-kira dua kali lipat dari daya kaki-belakang.
Tahap pemulihan (recovery). Otot-otot flexor lutut mengangkat tumit kedepan pantat dengan pembengkokan (flexio) kedepan serentak dari otot-otot paha. Tungkai bawah tetap ditekuk ketat terhadap paha mengurai momen inertia. Lutut yang memimpin dipersiapkan untuk suatu ayunan ke depan yang relax dari tungkai bawah dalam langkah mencakar berikutnya. Lutut dorong yang aktif mennyangga pengungkit pendek dari kaki ayun. Kecepatan sudut optimal pada paha berayun kedepan menolong menjamin frekuensi langkah lari yang tinggi.
Tujuan dan fungsi dari tahap ini adalah agar kaki dorong putus kontak dengan tanah. Kaki rilex, mengayun aktif menuju pembuatan langkah diatas lutut kaki sangga dan sebagai tahap lanjutan dan persiapan angkatan lutut.
Adapun ciri-ciri atu tangda-tanda tahap ini adalah:
1)   Ayunan rilex kaki belakang yang tidak disangga sampai tumit mendekati panta. Bandul pendek ini sebagai hasil kecepatan sudut yang tinggi memungkinkan membuat langkah yang cepat.
2)   Angkatan tumit karena dorongan aktif lutut, dan harus menampilkan relaksasi total dari semua otot yang terlibat.
3)   Perjalanan horizontal pinggul dipertahankan sebagai hasil dari gerakan yang dijelaskan
3)   Tahap ayunan depan.
Tahap angkat lutut. Tahap ini menyumbangkan panjang langkah dan dorongan pinggang. Persiapan efektif dengan kontak tanah. Sudut lutut yang diangkat kira-kira 150 dibawah horizontal. Gerakan kebelakang dari tungkai bawah sampai sutau gerakan mencakar aktif dari kaki diatas dari dasar persendian jari-jari kaki dalm posisi supinasi dari kaki. Kecepatan kaki dicapai dengan bergerak kebawah/kebelakang sebagai suatu indikator penanaman aktif dari hasil dalam suatu kenaikan yang cepat dari komponen daya vertikal.
Tujuan dan fungsi tahap ini adalah agar lutut diangkat, bertanggung jawab terhadap panjang langkah yang efektif , dalam kaitan dengan ayunan lengan yang intensif. Teruskan dan jamin jalur perjalanan pinggang yang horizontal. Persiapan untuk mendarat engan suatu gerakan mencakar dan sedikit mungkin hambatan dalam tahap angga depan. Tahap ini memiliki sifat-sifat atau tanda-tanda, yaitu:
Angkatan paha/lutut horizontal hampir horizontal, melangkahkan kaki sebaliknya sebagai prasyarat paling penting dari suatu langkah-panjang cepat dan optimal.,Gerakan angkat lutut dibantu oleh penggunaan lengan berlawanan diametris yang intenssif., Siku diangkat keatas dan kebelakang, Dlam lanjutan dengan ayunan kedepan yang rilex dari tungkai bawah karena pelurusan paha secara aktif, dengan niat memulai gerak mencakar dari kaki aktif.
4)   Tahap sangga/topang depan
Tahap amortisasi. Pemulihan dari tekanan pendaratan adalah ditahan. Ada alat peng-aktifan awal otot-otot yang tersedia didalam yang diawali dalam tahap sebelumnya. Ide-nya guna menghindari adanya efek pengereman/hambatan yang terlalu besar dengan membuat lama waktu tahap sangga/topang sependek mungkin.
Tahap ini mempunyai tujuan dan fungsi sebagai tahap amortisasi tahap kerja utama. Mengontrol tekanan kaki pendarat oleh otot-otot paha depan yang diaktifkan sebelumnya dan otot-otot kaki bertujuan untuk membuat ssuatu gerak explossif memperpanjang langkah sebelumnya. Tahapan ini memiliki sifa atau tanda sebagai berikut: Gerakan mencakar aktif dari sisi luar telapak kaki dengan jari-jari keatas. Jangkauan kedepan aktif harus tidak menambah panjang-langkah secara tak wajar, namun mengizinkan pinggang (pusat gravitassi tubuh) berjalan cepat diatas titik sanggah kaki. Hindari suatu daya penghambat yang berlebih-lebihan., Waktu kontakl dalam angga depan harus esingkat mungkin.
5)   Tahap sangga/topang belakang
Besarnya impuls dan dorongan horizontal diberi tanda. Lama penyanggaan itu adalah singkat saja. Sudut dorongan sedekat mungkin dengan horizontal. Ada suatu perluasan elastik dari dari sendi kaki, lutut dan pinggul. Menunjang gerakan ayunan linier lengan oleh suatu angkatan efektif dari siku dalam ayunan kebelakang, dan ayunan kaki meng-intensifkan dorongan dan menentukan betapa efektifnya titik pusat massa tubuh dikenai oleh gerakan garis melintang dari perluasan dorongan. Togok badan menghadap kedepan.
Keriteria untuk tahap-tahap penyanggaan ini adalah: Waktu singkat dari periode sangga/topang keseluruhan Suatu impuls akselerasi yang signifikan pada tahap topang belakang, Suatu waktu optimum dari impuls percepatan pada tahap topang/sangga belakang, Hampir tidak ada daya pengereman/hambatan pada tahap sanggahan.
Tujuan dan fungsi dari tahap ini adalah sebagai tahap akselerasi ulang, penyangga untuk waktu singkat, dan sebagai persiapan dan pengembangan suatu dorongan horizontal yang cepat. Tahap ini memiliki sifat-sifat atau tanda, yaitu:
Menempatkan kaki dengan aktif, disusl dengan pelurusan sendi-sendi: kaki, lutut, pinggul.
Menggunakan otot-otot plantar-flexor dan emua otot-otot pelurus kaki korset.
Badan lurus segaris dan condong kedepan kurang lebih 850 dengan lintasan.
Penggunaan yang aktif lengan yang ditekuk kurang lebih 900 ke arah berlawanan dari arah lomba.
Siku memimpin gerakan lengan
Otot-otot kepala, leher, bahu dan badan dalam keadaan rilex.
Tahap permulaan gerak kaki ayun lutut diangkat.
b.   Penguasaan Teknik Sprint
Dalam penguasaan teknik sprint terdapat faktor-faktor yang sangat mendukung demi tecapainya penguasaan teknik yang baik. Menurut Thomson Peter J.L (1993; 68) ada 5 (lima) kemampuan biomotor dasar yang merupakan unsur-unsur kesegaran atau komponen-komponen fitnes yaitu kekuatan, dayatahan, kecepatan, kelentukan, dan koordinasi.
a)   Kekuatan.
Adalah kemampuan badan dalam menggunakan daya. Kekuatan dapat dirinci menjadi tiga tipe atau bentuk, yaitu:
1.    Kekuatan maksimum, yaitu daya atau tenaga terbesar yang dihasilkan oleh otot yang berkontraksi. Kekuatan maksimum tidak memerlukan betapa cepat suatu gerakan dilakukan atau berapa lama gerakan itu dapat diteruskan
2.    Kekuatan elastis, yaitu kekuatan yang diperlukan sehingga sebuah otot dapat bergerak cepat terhadap suatu tahanan. Kombinasi dari kecepatan kontraksi dan kecepatan gerak kadang-kadang disebut sebagai “power = daya”. Kekuatan ini sangat penting bagi even eksplosip dalam lari, lompat, dan lempar.
3.    Daya tahan kekuatan, yaitu kemampuan otot-otot untuk terus-menerus menggunakan daya dalam menghadapi meningkatnya kelelahan. Daya tahan kekuatan adalah kombinasi antara kekuatan dan lamanya gerakan.
b)   Daya Tahan.
Daya tahan mengacu pada kemampuan melakukan kerja yang ditentukan intensitasnya dalam waktu tertentu. Faktor utama yang membatasi dan pada waktu yang sama mengakhiri prestasi adalah kelelahan. Seorang atlet dikatakan memiliki dayatahan apabila tidak mudah lelah atau dapat terus bergerak dalam keadaan kelelahan. Daya tahan, dari semua kemampuan biomotor harus dikembangkan lebih dahulu. Tanpa dayatahan adalah sulit untuk mengadakan pengulangan terhadap tipe atau macam latihan yang lain yang cukup untuk mengembangkan komponen biomotor lain. Ada dua tipe macam daya tahan, yaitu; dayatahan aerobik dan dayatahan anaerobik. Dayatahan aerobik yaitu kerja otot dan gerakan otot yang dilakukan menggunakan oksigen guna melepaskan energi dari bahan-bahan otot. Dayatahan aerobik harus dikembangkan sebelum dayatahan anaerobik. Sedangkan dayatahan anaerobik yaitu kerja otot dan gerakan otot dengan menggunakan energi yang telah tersimpan didalam otot. Dayatahan anaerobik terbagi menjadi dua yaitu anaerobik laktik dan anaerobik alaktik.
c)    Kecepatan.
Adalah kemampuan untuk barjalan atau bergerak dengan sangat cepat. Kecepatan berlari sprint yang asli berkenaan dengan kemamapuan alami untuk mencapai percepatan lari yang sangat tinggi dan untuk menempuh jarak pendek dalam waktu yang sangat pendek.
d)   Kelentukan.
Yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan persendian melalui jangkauan gerak yang luas. Kelentukan terbatas atau tertahan adalah suatu sebab umum terjadinya teknik yang kurang baik dan prestasi rendah. Kelentukan jelek juga menghalangi kecepatan dan dayatahan karena otot-otot harus bekerja lebih keras untuk mengatasi tahanan menuju kelangkah yang panjang.
e)    Koordinasi.
Yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan dengan tingkat kesukaran dengan tepat dan dengan efesien dan penuh ketepatan. Seorang atlet dengan koordinasi yang baik tidak hanya mampu melakukan skill dengan baik, tetapi juga dengan tepat dan dapat menyelesaikan suatu tugas latihan.
Selain faktor-faktor fisik yang telah dijelaskan diatas, dalam penguasaan teknik sprint terdapat pula faktor lain yang tidak kalah penting pengaruhnya, yaitu faktor psikologis. Seperti dikatakan Thomson Peter J.L. (1993; 134) psikologi ini adalah sama pentingnya bagi seorang pelatih guna membantu individu-individu (atlet) mengembangkan bagaimana mereka memikirkan kecakapan mental mereka, tetapi juga penting untuk mengembangkan ketangkasan fisik mereka. Ini jelas adalah aspek psikologis dalam melatih namun juga benar bahwa tak ada bagian dari pelatihan/coaching yang tanpa aspek psikologis. Adapun faktor-faktor psikologis tersebut diantaranya yaitu;
a)   Ketangkasan mental.
Ketangkasan mental ini sangat berguna/penting bagi para pelatih dan atlet. Ketangkasan mental ini bukan hanya suatu sarana untuk menghindari bencana ataupun pemulihan kembali dari cedera tetapi ketangkasan mental juga memainkan peranan penting dalam mengatur/mengorganisir praktek dan latihan secara efektif sehingga segala sesuatu berjalan dengan benar. Kebanyakan atlet dan pelatih mengakui bahwa perkembangan fisik ssaja tidak menjamin dapat sukses dalam atletik. Seorang atlet harus memiliki kerangka pemikiran yang benar. Persiapan psikologis sama pentingnya dengan latihan kondisioning fissik. Menyiapkan keduanya bersama-sama akan menciptakan prestasi terbaik. Ketangkasan mental ini memerlukan latihan praktek dengan cara yang sama seperti pada skill fisik/jasmaniah. Dengan skill/ketangkasan fisik, beberapa individu akan mengambil/memperoleh ketangkasan mental lebih gampang dibanding dengan orang lain. Dengan praktek, setiap orang dapat meningkatkan ketangkasan mental mereka.
















BAB III
METODOLOGI
A.      Metode
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan metode penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah dari responden berupa informasi dan dokumen, Bentuk metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Moleong dalam S. Margono (2005:36) menyatakan, “Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah  prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata penulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”
Hadari Nawawi dalam S. Margono (2005:118) mendefinisikan bahwa,: “Populasi adalah keseluruhan objek yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.” Populasi dalam penelitian ini yaitu : atlet atletik
Populasi dan sampel ini atlet atletik kalbar yang sedang menjalani pekan olahraga nasional yang berjumlah sebelas atlet.
Menurut Margono (2005:121), “Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.” Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster random sampling. Margono (2005:127) menyatakan, “Cluster random sampling digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan dari kelompok-kelompok individu atau cluster”. Yang menjadi sampel penelitian ini yaitu atlet atletik PASI Kal-Bar.
B.     TEMPAT PENELITIAN
PROVINSI RIAU tangan 6-21 september tahun 2012 di setadion jagabaring.
C.     Populasi
        Populasi dalam penelitian ini atlet kalbar yang mengikuti pon di riau tahun 2012
D.     Sampel
        Sampel penelitian ini atlet atletik kalbar di riau tahun 2012
E.       Analisis data
       Anlisis data mengunakan hasil  apa yang di dapat atlet kalbar dalam rangka kegiatan pon kalbar.















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.                      Hasil
Secara umum pon di riau untuk provinsi kalimantan barat mengalami peningkatan yang siknifikan itu di tandai dari peningkatan tingkat 21 menjadi 16, namun perlu di fahami bahwa masih banyak tarjet – tarjet yang lepas dimana cabang olahraga seperti dayung, angkat besi, belyat dan atletik hanya memberikan poin kecil dari yang di ingginkan, namun di balik itu ada nomor baru untuk kalbar bisa mendapatkan perunggu di cabang aeromoderling, sepaktakraw, untuk cabang olahraga atletik dari sekian nomor yang pertandingkan baik nomor lari, lompat, lempar,jalan hanya lompat dan jalan yang mendapatkan perunggu, dari hasil wawancara dengan atlet atletik kalbar setelah pon selesai peneliti sempat menanyakan beberapa hal terkait dengan hasil pon di riau antara lain bahwa aatlet mengalami persiapan latihan yang kurang maksimal karen dari waktu yang sangat minim / singkat menyebabkan atlet kurang bergairah ketika saat bertanding selain itu atlet juga mengalami hal – hal yang lain seperti terkait dengan gizi, sarana prasarana, dan untuk cabang atetik tidak terlalu banyak menargetkan di situ sebenarnya merupakan titik kelemahan pertama bagi atlet apbila dari pelatih atau manager tidak menargetkan sesuatu yang menjadi kebangaan, kondisi atlet pada saat bertanding mengalami penurunan di faktor mental di situ penyebab pertamanya adalah minimnya treout untuk pengembangan diri atlet, atlet juga mengalami kurangnya adaptasi pada situasi pertandingan disini faktor cuaca yang sangat berbeda dari provinsi kalbar dengan provinsi riau/ sumatra, di nomo jalan cepat dan lompat jauh saja yang menyumbangkan perunggu untuk nomor yang lain belum ada penyumbangan dikarenakan iklim yang berbeda, dan mengalami penurunan mental .
B.                    Pembahasan
Dari hasil yang di dapatkan untuk atlet atletik kalbar menglami kesetabilan dari tahun – tahun sebelumnya, untuk nomor lompat jauh dan nomor jalan cepat saja yang menyumbangkan hasil yang baik pada provinsi kalbar, disini sangat berlawanan dengan apa yang sudah disiapkan sebelumnya pada saat pon berlangsung di tinjau dari faktor pengembangan fisik , tehnik, taktik dan mental bahwa dengan persiapan latihan sudah cukup berlangsung baik setiap pagi dan sore aktif latihan satu mingu mengunakan interval lima kali artinya udah cukup bagus namun dari program latihan yang dilakukan oleh atlet cendrung membosankan karena dari waktu ke waktu minimya metode yang baru buat atlet untuk menerima dosis latihan yang baru dan menantang, kekurangan dan keunggulan dari program latihan sudah ideal dan porsi sesuai dengan kebutuhan di tinjau dari kemampuan dan usia, namun dari semunya itu terjadi kesenjangan antara lain kurang disiplinya atlet dalam kemampuan latihan baik faktor interen dan esteren juga mempengaruhi program latihan atlet.










BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
1.       Atlet mengalami perubahan yang siknifikan ketika bertanding sehinnga menyebabkan menurunya mental pada atlet
2.       Atlet banyak pada kondisi yang kurang prima
3.       Atlet memiliki kekurangan energi baik aerobik mupun an aerobik pada saat bertanding
B.      Saran
1.       Perlu di adakan pembinaan dari usia dini sehingga perkembangan ke depan lebih siap dalam mempersiapkan iven – iven baik tingkat nasional maupun internasional
2.       Selalu di adakan tes setandar nasional sehingga para atlet selelu memberikan kemampuan terbaiknya ntah pada saat latihan maupun pertandinggan
3.       Di perbanyak uji tanding agar mental semakin kuat dan kokoh









DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, M. Yusuf. Olahraga Pilihan Atletik, Jakarta: LP2TK. Dirjen Dikti. 1992.

Bompa, Tudor O. Periodization Training for Sport. York University: Human Kinetics. 1999.

Doherty, S Kenneth. (1963). Modren Track and Field. Prentice Hall, INC. Englewood, Cliffs.

Depdiknas. 2000.  Pedoman dan Modal Pelatihan Kesehatan Olah Raga Bagi PelatihOlahragawan Pelajar. Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Fox, edwar L. Dan Bowers Richard W. Sports Physiology, third edition, Dubuque, Iowa: Wm. C. Brown Publishers, 1992.
Harsono. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung. Pioner jaya. 1988.

Kosasih Engkos,(1985) Olahraga Teknik dan Program Latihan. Penerbit Akademika. Presendo. CV.Jakarta

Kosasih Engkos,(1985) Olahraga Teknik dan Program Latihan. Penerbit Akademika. Presendo. CV.Jakarta

Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Citra.
Subana. M, Sudrajat.2009.  Dasar-dasar penelitian ilmiah.Bandung: Pustaka Setia
Pyke, Frank S. (1980). Toward Better Coadhing. Canberra Australian Government Publishing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar