BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atletik merupakan
salah satu cabang Olahraga yang komplek karena memiliki ketentuan ketentuan dan peraturan peraturan yang rinci dan ketat. Atletik juga merupakan cabang olahraga yang tidak
membahayakan diri sendiri maupun lawan. Atletik juga sering mengadakan berbagai kejuaraan dari tingkat Kabupaten hingga Dunia. Dikabupaten,
Pemda menyeleksi para Atlet yang berbakat untuk mengikuti kejuaraan
berikutnya ditingkat Propinsi danseterusnya. Olah raga atletik merupakan olah
raga yang santai tapi berat,maksudnya
yaitu dalam melakukan latihan kita bisa dengan santai tapi juga serius
dalam latihan.
Olahraga atletik di kalimantan barat
merupakan olahraga unggulan sebagai olahraga yang di prioritskan oleh karena
itu atletik menjadi sorotan pemerintah baik di tingkat daerah maupun provinsi
dan perkembangan olahraga atletik dari waktu ke waktu sangat meningkat baik di
dukung oleh adanya sarana dan prasarana yaang sudah memadai, kondisi latihan
yang kontiyu dan di dukung adanya menu yang khusus baik yang di kelola maupun
mandiri, di tinjau dari karakteristik memang untuk kalimantan barat lebih cocok
menjadi pencipta atlet atletik karena dari tahun ke tahun kalimantan barat
dapat berkontribusi baik melalui pembinaan PPLP DAN PPLM namun untyuk beberapa
tahun terakhir ini ada moratorium pplm di provinsi kalbar.
Sejauh ini atletik kalbar sudah
banyak membina atlet baik dari usia dini, junio, senior melalui proses latihan
di stadion SSA pontianak yang di bawahi langsung dari pelatih yang puya potensi
di bidang atletik melalui pelatihan – pelatihan dari situlah prestasi pelan
pelan bisa di raih dari cabang nomor apapun baik lompat, lari, jalan dan lempar
bahkan sekarang ada salah satu atlet yang sudah di orbitkan menjadi PNS,
latihan merupakan hal yang membosankan bagi atlet dari hari ke hari pagi dan
sore atlet berkecimpung di lapangan baik yang lompat, lari, lempar dan jalan
semua hanya untuk membawa nama baik provinsinya baik di kancah regional maupun
nasional.
Untuk
mencapai prestasi yang baik di dalam atletik perlu didukung
dengan latihan yang baik melalui pendekatan-pendekatan ilmiah dengan melibatkan
berbagai ilmu pengetahuan. Kaitannya dengan latihan untuk mencapai prestasi ada
beberapa unsur yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan. Unsur tersebut menurut
M. Sajoto (1988 : 15) diantaranya adalah:
1) unsur fisik yang lebih popular dengan kondisi fisik, 2) unsur tehnik, 3)
unsur mental, 4) unsur kematangan juara. Dari keempat unsur tersebut, ialah
satu unsur yang merupakan faktor utama yaitu kondisi fisik, seperti pendapat
dari Depdiknas (2000 : 101) bahwa salah satu unsur atau faktor penting untuk
meraih suatu prestasi dalam olahraga adalah kondisi fisik, disamping penguasaan
tehnik, taktik dan kemampuan mental. Kreatifitas
pelatih sangat di tunggu oleh atlet agar tidak mengalami kejenuhan atlet pada
saat latihan untuk memberikan Variasi dan pengembangan dalam proses latihan.
Permasalahan yang sering terjadi
adalah mengenai persiapan atlet yang kurang matang, mungkin
disebabkan karena banyak sekali faktor penyebabnya, misalnya: kurangnya
pengawasan dan bimbingan jangka panjang yang sejak usia dini atau anak-anak
untuk mencari atlet yang handal, kurang meratanya sarana dan pra sarana standar
internasional di setiap daerah, kurangnya pengalaman pelatih baik dari segi
waktu dan IPTEK, kurangnya pengawasan status gizi atlet, kurang fokusnya atlet
mengikuti latihan akibat kesibukan pribadi baik dalam pekerjaan maupun
pendidikan. Ada juga terjadi penyaringan atau seleksi atlet tidak terbuka untuk
umum akhirnya atlet yang diambil bukan atlet terbaik, di kampung-kampung banyak
sekali potensi yang sangat luar biasa yang memiliki bakat alam yang hebat-hebat
namun tidak pernah terlihat oleh para pelatih, kebanyakan pelatih hanya
menyeleksi atlet yang dikenal saja melalui prosedur yang tidak terbuka. Masalah
lain yaitu masih banyak atlet yang dibimbing dari sekolah-sekolah umum bukan
sekolah khusus kelas olahraga akibatnya waktunya terbagi-bagi untuk sekolah,
les, membantu orang tua dan bahkan bekerja untuk mencari nafkah sendiri dan
akhirnya prestasi yang diraih belum maksimal selain itu masalah yang paling
menjadi momok yaitu kurangnya dana untuk mendukung setiap kegiatan atletik.
Atlet atletik di kalimantan berjumlah
sebelas orang terdiri dari lari enam pemain, jalan dua pemain, lompat dua
pemain, sejauh ini persiapan latihan baik secara kontinyu dan berkesinambungan
namun dari segi mental agak lemah di karenakan minimnya uji tanding dan baik
secara resmi maupun tidak resmi hal itu di maklumi karena minimnya pendanaan
dan kesadaran akan adanya kemampuan atlet untuk mencari pengalaman
Selain pada masa persiapan ternyata
pada masa perlombaan atletik juga terdapat masalah yang sering kali terjadi,
baik secara fisik maupun psikis, secara fisik terkadang atlet yang telah
dipersiapkan untuk mengikuti perlombaan mengalami sakit atau cereda, ada
beberapa atlet juga mengalami kelelahan latihan sebelum mengikuti lomba
sehingga hasil prestasi yang diharapkan menjadi sirna. Sedangkan secara psikis
terkadang atlet yang berlomba mengalami minder, down, grogi dan bahkan takut
untuk bertanding, ini menjadi masalah mental yang perlu diperhatikan pelatih.
Penyebabnya misalnya pengalaman (jam terbang) bertanding yang masih kurang,
komposisi tubuh yang berbeda dengan lawan, ultimatum atau ancaman dari berbagai
pihak yang menuntut untuk juara, masalah pribadi baik dengan keluarga maupun
orang terdekat, kurangnya ikatan emosi dengan tim atau pelatih, dan masih
banyak lagi permasalah yang perlu dipahami oleh para insan dunia atletik untuk
mendalaminya.
Setelah bertanding ternyata juga
masih ada masalah lagi misalnya gaji atlet yang tidak sesuai, kurangnya
perhatian dari instansi pemerintah padahal atlet sudah memberikan yang terbaik
untuk daerahnya namun nasibnya kurang diprioritaskan, belum lagi
terbengkalainya pekerjaan dan pendidikannya, kurang terjaminnya masa depan
atlet menjadi penghalang yang sangat mampengaruhi prestasi atlet. Banyak orang
menganggap bahwa menjadi atlet tidak menjamin kehidupannya karena masyarakat
banyak melihat atlet-atlet terdahulu yang telah mati-matian mengharumkan nama
bangsa hidupnya tidak perdulikan pemerintah, banyak yang setelah pensiun atau
mundur dari olahraga hidupnya susah. Untuk mencari penyebab-penyebab
permasalahan tersebut maka perlu untuk dikaji lebih dalam lagi mengenai atlet
atletik, inilah yang melatar belakangi dilaksanakannya penelitian ini.
B. Masalah Penelitian
Bagaimana kajian
atlet atletik kalbar di pekan olahraga nasional ke XVIII DI RIAU tahun 2012
C. Tujuan Penelitian
Untuk menkaji
atlet atletik kalbar di pekan olahraga nasional ke XVII di RIAU tahun 2012
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi atlet sebagai bahan penunjang peningkatan
dalam prestasi dalam jangka panjang
2.
Bagi pelatih sebagai bahan evaluasi dimana
kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanakan tugas sehari – hari
3.
Bagi pengurus untuk memperhatikan bagaimana
sistem kepengurusan yang baik dan komprehensif
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Atlet
Menurut Arman
Starji (2012:175) Atlet (sering pula dieja sebagai atlet; dari bahasa Yunani:
athlos yang berarti "kontes") adalah orang yang ikut serta dalam
suatu kompetisi olahraga kompetitif. Pernyataan tersebut sejalan dengan
pernyataan dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Atlet
Atlet (sering pula dieja sebagai atlet; dari bahasa Yunani: athlos yang berarti
"kontes") adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga
kompetitif.
Dalam KBBI (2003:75)
menyatakan atlet adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau
pertandingan (kekuatan, ketangkasan,kecepatan).
Dari beberapa
pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa atlet merupakan seorang
olahragawan yang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kompetisi
olaharaga.
Ciri-ciri
atlet menurut Putri Kristina Arisanti dan Henny E. Wirawan dalam
Putrikristinaarisanti@yahoo.com yaitu:
memiliki keberanian mengambil resiko dan berusaha tampil sebaik mungkin.
B.
Atletik
Sejarah atletik tidak lepas dari sejarah
olimpiade. Sebab, atletik adalah satu-satunya olahraga yang dipertandingkan di
olimpiade pertama di Yunani kuno pada 776 Masehi. Nama “atletik” berasal dari
bahasa Yunani “athlon” yang artinya
pertandinga. Satu-satunya pertandingan dalam olimpiade itu adalah lomba lari
mengelilingi lapangan pemenang pertandingan olimpiade pertama adalah Coroebus.
Secara umum olahraga atletik telah
meresap dalam kehidupan social agama di Yunani dan Romawi. Di Yunani atletik
awalnya menjadi bagian dari peribadatan. Beberapa diantaranya diadakan untuk
memuja dewa-dewa, beberapa lagi sebagai persembahan dalam suatu perayaan agama.
Olimpiade kuno diadakan pada musim bulan semi setiap empat tahun sekali,
sebagai bentuk pemujaan kepada dewa Zeus di Olympia.
Atletik adalah sekumpulan olahraga yang
meliputi lari, jalan, lompat, dan lempar, yang telah menjadi aktivitas olahraga
tertua dalam peradaban manusia. Olahraga, dalam budaya Inggris dan beberapa
negara lainya dikenal dengan istilah track
and field, yang artinya lintasan dan lapangan. Seorang olahragawan yang
menekuni olahraga atletik disebut dengan atlet.
Nomor-nomor atletik yang diperlombakan
terdiri dari lari jarak pendek, lari jarak menengah, dan lari jarak jauh.
Adapun nomor lompat terdiri dari lompat galah, lompat tinggi, lompat jauh, dan
lompat jangkit. Sementara itu nomor lempar mencakup tolak peluru, lempar
lembing, lempar cakram, dan lempar martil.
Disamping itu, terdapat nomor perlombaan
khusus, yaitu lari estafet, lari halang rintang, lari lintas alam, dan jalan
cepat. Adapula nomor perlombaan campuran yaitu pancalomba (pentathlon), saptalomba (heptathlon),
dan dasalomba (decathlon).
1.
Lompat
Jangkit
Dalam satu
perlombaan, para atlet dapat melompat tiga sampai enam kali. Biasanya diberikan
kesempatan melompat sebanyak mungkin (maksimum 6 kali) dalam waktu yang
tersedia.
Lompat jangkit
adalah suatu keterampilan yang kompleks, menyangkut koordinasi dari kecepatan
awalan dengan beberapa tolakan dan pendaratan. Juga adalah satu nomor yang
paling mudah diajarkan dalam atletik. Peraturan dari lompat jangkit menentukan
apa yang diperbolehkan dalam tolakan dan pendaratan, dan peraturan-peraturan
ini harus terlebih dahulu dimengerti sepenuhnya sebelum pelajaran dimulai.
Dalam Amateur Athletic Association Handbook peraturan nomor 81 disebutkan,
bahwa : Jingkat dibuat sedemikian sehingga pelomba mendarat pada kaki yang sama
seperti pada waktu ia menolak, pada waktu langkah ia mendarat pada kaki yang
lain, setelah mana dilakukan lompatan.
Peraturan yang
sama juga menyebutkan: “ Jika seseorang pelomba, waktu melakukan lompatan,
menyentuh tanah dengan kakinya yang tergantung, ia di anggap gagal”.
Waktu
mengajarkan lompat jangkit, perhatian harus dicurahkan pada peraturan dasar
ini. Jika nantinya lompat jangkit berlangsung secara tidak betul sebagai akibat
dari pengajaran yang buruk, maka hasilnya adalah serentetan lompatan yang tidak
sah.
Lompat jangkit
adalah nomor yang berirama dan tujuan dekatnya adalah penempatan kaki yang
betul sebagaimana tercantum dalam peraturan 81, irama yang betul, dan mencegah
kaki yang menggantung menyentuh tanah waktu melompat.
Lompat jangkit
dapat sangat melelahkan kaki, pergelangan kaki dan tungkai bawah. Sebelum
pelajaran dimulai, persyaratan berikut hendaknya dipenuhi:
Para atlet memakai
sepatu yang kuat dengan sol yang tebal. Dapat berupa sepatu tennis dengan alas
kaki spons atau sepatu atletik
Daerah tolakan dan
pendaratan harus bebas bahaya, kokoh dan anti selip
Pengaturan kelas
dan prosedur pengajaran. Tahap awal dapat dilakukan di dalam ruangan senam, di
lapangan tennis atau basket, atau di lintasan lari yang lain.
Mula-mula harus
diajukan teknik dasar, kemudian perlombaan dengan awalan pendek atau dari sikap
berdiri.
a. Tolakan dan jingkat
Sesudah menolak
pada balok tumpuan, seorang pelompat jangkit harus membuat lengkungan yang
lebih datar dibandingkan dengan pelompat jauh. Ini membantu menyempurnakan
kecepatan awalan sepanjang ketiga tahap berikutnya.
Si atlet harus
tegak waktu melakukan tolakan, sehingga keseimbangan dapat dipertahankan
sepanjang lompatan. Sekali keseimbangan itu hilang, tak dapat diraih lagi. Paha
yang aktif harus diangkat sejajar dengan tanah waktu pertengahan jingkat, siap
untuk mendarat secara aktif pada akhir jingkat dan selanjutnya membuat langkah.
Dibutuhkan
banyak penguasaan keterampilan waktu mendarat pada akhir jingkat. Pendaratan
mati/dengan kaki atau kaki terlalu jauh dan badan, akan berarti mengerem
kecepatan.
b. Langkah
Waktu
kaku jingkat turun untuk mendarat, harus ada cukup antara di antara kedua paha
sehingga kaki yang tidak berjingkat dapat diayunkan dengan kuat untuk
melangkah. Kaki ini akan menjadi bagian yang aktif pada akhir tahap langkah.
Kaki ini diayunkan sehingga kedua paha sejajar. Dengan tumit ditekukkan ke
dalam. Lagi-lagi harus ada cukup antara di antara kedua paha, sehingga kaki
yang tidak mendarat dapat diayunkan untuk suatu lompatan. Pendaratan harus
aktif dan segala kecenderungan untuk menjulurkan kaki dan tungkai bawah ke
depan harus dicegah.
c.
Lompatan
Kaki
yang bebas harus diayunkan dari langkah menjadi lompatan. Sesudah ini seorang
pelompat jangkit mempunyai tujuan yang sama seperti seorang pelompat jauh,
yaitu berusaha mencapai ketinggian sebanyak mungkin. Ia juga berusaha mencapai
posisi mendarat sebaik mungkin, dengan kedua kakinya bersama-sama dan di muka
badan, adalah cukup memadai untuk kebanyakan pelompat.
C.
Lompat
Tinggi
Lompat
tinggi merupakan suatu gerakan yang diawali dengan lari, menolak, melayang
untuk melewati mistar yang dipasang diatas penopang tiang yang tinggi dan
mendarat. Berkaitan nomor atletik tersebut terdapat dalam event, dalam hal ini
lompat tinggi gaya flop merupakan bentuk gerakan melompat keatas untuk
melewati mistar, dimana untuk melewati mistar dengan posisi terlentang dan
mendarat dengan bagian punggung terlebih dahulu. Lompat tinggi gaya flop
ini merupakan salah satu gaya lompat tinggi yang cukup sulit jika dibandingkan
dengan gaya lainnya. Selain itu memiliki ciri tersendiri atau memiliki
keunikan, seperti halnya pada posisi badan yang terlentang.
Lompat
tinggi gaya flop mulai dikenal sejak olimpiade XIX dikota Mexico pada
tahun 1968. Ricard Fosbury, salah satu pemuda dari Amerika Serikat yang menampilkan lompat tinggi gaya yang baru
dan berhasil menjadi juara. Sampai saat ini gaya lompat tinggi tersebut dikenal
dengan gaya Fuosbury Flop atau dikenal dengan nama singkatnya
“lompat tinggi gaya flop”.
Tujuan
utama lompat tinggi adalah mencapai lompatan setinggi-tingginya. Untuk mencapai
lompatan yang setinggi-tingginya dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Gunter
Bernhard ( 1993 : 155 ), unsur-unsur dasar bagi suatu prestasi lompat tinggi
adalah :
Faktor-faktor kondisi :
perkembangan khusus dari tenaga loncat yang mutlak, perasaan irama,
keterampilan reaksi dan gerakan bagi lebarnya langkah serta penyebaran.
Faktor-faktor teknik : dalam
hubungannya dengan perkembangan kondisi, pengambilan secara tuntas fase-fase
gerakan yang paling penting (ancang-ancang, persiapan loncatan dan pemindahan,
perjalanan dengan bilah dan pendaratan).
Ditinjau
dari kondisi fisik, Tamsir Riyadi ( 1985 : 69 ) menyatakan bahwa, “ unsur-unsur
kondisi fisik dalam lompat tinggi adalah daya ledak, kecepatan, kekuatan,
kelincahan, koordinasi dan kelentukan”.
D. Teknik
Lompat Tinggi Gaya Flop
Pada
dasarnya teknik lompat tinggi adalah sama yaitu terdiri atas : awalan, tolakan,
sikap badan diatas mistar dan pendaratan. Penguasaan teknik lopat tinggi ini
sangat penting guna mendukung pencapaian prestasi secara maksimal. Rusli Lutan
dkk (1992: 149) menyatakan bahwa, “ prestasi dalam lompat tinggi dipengaruhi
oleh penguasaan unsur teknik yang baik”.
Berkaitan
dengan lompat tinggi gaya flop, Soenaryo Basuki (2000: 33) menyatakan bahwa
teknik lompat tinggi gaya flop dibedakan menjadi empat bagian yaitu :
(1) awalan, (2) tumpuan, (3) melewati mistar, dan (4) mendarat”.
1. Awalan
(Run-up atau Approach Run)
Lari
awalan pada lompat tinggi gaya flop yang harus diperhatikan adalah harus
dapat dilakukan dengan cepat dan menikung (Curved run-up). Dari mulai
start harus dengan sedikit menikung, kemudian semakin tajam tikungannya. Bentuk
lari awalan tersebut membawa si pelompat kepada sikap lari yang khas pada
lompat tinggi gaya flop, yaitu badan akan condong atau miring kedalam.
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan gambar arah awalan lompat tinggi gaya flop
sebagai berikut
2. Tolakan
(Take off)
Apabila
pelompat menggunakan tolakan dengan kaki kanan, maka lari awalannya dilakukan
dari sebilah kiri mistar. Akan tetapi bila menggunakan tolakan dengan kaki
kiri, lari awalan dilakukan dari sebelah kanan mistar. Jumlah langkah dalam
menentukan lari awalan antara 5 sampai 9 langkah. Berikut disajikan gambar
uraian langkah bila menggunakan tolakan kaki kanan. Sedangkan bila menggunakan
tolakan kaki kiri sebaliknya.
Arah
badan pada saat melayang diatas mistar adalah serong menyilang diatas mistar
dan arah kaki tolak ( kaki kanan) pada saat menolak adalah serong menuju ke
mistar. Tungkai ayun pada lompat tinggi gaya flop tidak diayunkan atau
dilemparkan lurus kearah mistar seperti pada lompat tinggi gaya straddle atau
gaya-gaya lainnya, melainkan diayun dengan santai (rilex) tetapi keras kearah
yang berlawanan dengan mistar dengan lutut ditekuk dan diangkat tinggi disertai
dengan mengayunkan atau mengangkat kedua lengan keatas samping kepala. Pada
saat kaki tolak lepas dari tanah dan badan melayang diatas mistar, kepala
ditengokkan kekiri mata melihat ke jari-jari tangan. Untuk lebih jelasnya
disajikan gambar berikut :
3. Sikap
badan Saat Melewati Mistar.
Sikap
badan saat melewati mistar merupakan faktor yang menentukan berhasil atau
tidaknya lompatan yang dilakukan. Dengan kata lain, jika saat melewati mistar
bilah lompat tidak jatuh berarti lompatannya berhasil atau sebaliknya. Agar
saat melewati mistar berhasil dengan baik maka harus membuat gerakan atau
membuat posisi tubuh seefektif mungkin. Menururt Aip Syarifuddin (1992 : 93)
sikap dan posisi tubuh pada saat melayang dan melintasi mistar sebagai berikut
:
Badan seakan-akan
terlempar mundur melintasi mistar, yaitu setelah menolak dari tanah.
Badan diatas
mistar terlentang agak serong diatas mistar, jadi perut dan muka menghadap
keatas.
Kedua lengan
diayun keatas disamping kepala dan terbuka
Kepala menengok
kekiri, yaitu bila kaki tolak kaki kanan dan mata melihat jari-jari tangan.
Sikap seluruh
badan seperti sikap melenting atau menggantung ( hang style) pada lompat
jauh.
Kesalahan
teknik saat melewati mistar memungkinkan tubuh atau bagian tubuh akan menyentuh
mistar dan jatuh, sehingga lompatannya menjadi gagal. Selain sikap melewati
mistar tersebut diatas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sikap badan
dan gerakan tungkai setelah melewati mistar yaitu :
Si pelompat harus
melompat pada punggung dan tengkuk secara keseluruhan, kedua lengan terentang.
Pada saat
melintasi atau melewati mistar, kedua tungkai harus dilemparkan keatas dan lurur agar tidak
menyentuh mistar. (Aip Syarifuddin, 1992:93)
Berdasarkan teknik melewati mistar
dan sikap badan setelah melewati mistar tersebut diatas menunjukkan bahwa,
sikap mendarat pada lompat tinggi gaya flop adalah dengan punggung dan
seluruh pundak atau tengkuknya
E.
Lari Sprint
Atletik adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau dapat
diadu berdasarkan gerak dasar manusia, yaitu seperti berjalan, berlari, melempar,
dan melompat. Atletik seperti yang kita ketahui sekarang, dimulai sejak
diadakan olympiade modern yang pertama kali diselenggarakan di kota Athena pada
tahun 1896 dan sampai terbentuknya badan dunia federasi athletik amatir
internasional tahun 1912. Atletik pertama kali diperkenalkan di Indonesia
dengan sebutan Netherlands Indische Athletick Unie (NIBU) tanggal 12 Juli 1917
dan dalam perkembangannya terbentuk suatu organisasi yang bergerak dibidang
atletik dengan nama Persatuan
Sprint atau lari cepat merupakan salah satu nomor lomba
dalam cabang olahraga atletik. Sprint atau lari cepat merupakan semua
perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang
jarak yang ditempuh. Sampai dengan jarak 400 meter masih digolongkan dalam lari
cepat atau print. Menurut Arma abdoellah (1981; 50) pada dasarnya gerakan lari
itu untuk semua jenis sama. Namun dengan demikian dengan adanya perbedaan jarak
tempuh, maka sekalipun sangat kecil terdapat pula beberapa perbedaan dalam
pelaksanaannya. Sedangkan yang dimaksud dengan perbedaan atau pembagian jarak
dalam nomor lari adalah lari jarak pendek (100 – 400 meter), lari menengah (800
– 1500 meter), lari jauh (5000 meter atau lebih). Lari jarak pendek atau sprint
adalah semua jenis lari yang sejak start ampai finish dilakukan dengan
kecepatan maksimal. Beberapa faktor yang mutlak menentukan baik buruknya dalam
sprint ada tiga hal yaitu start, gerakan sprint, dan finish.
Penguasaan teknik merupakan kemampuan untuk memahami atau mengetahui suatu rangkaian spesifik gerakan atau bagian pergerakan olahraga dalam memecahkan tugas olahraga dan dapat menggunakan pengetahuan yang dimiliki tersebut. Penguasaan teknik sprint diartikan sebagai kemampuan atlet dalam mengetahui atau memahami teknik lari sprint dan dapat menggunakan teknik lari sprint dengan baik.
Penguasaan teknik merupakan kemampuan untuk memahami atau mengetahui suatu rangkaian spesifik gerakan atau bagian pergerakan olahraga dalam memecahkan tugas olahraga dan dapat menggunakan pengetahuan yang dimiliki tersebut. Penguasaan teknik sprint diartikan sebagai kemampuan atlet dalam mengetahui atau memahami teknik lari sprint dan dapat menggunakan teknik lari sprint dengan baik.
Penguasaan teknik dipengaruhi beberapa dua faktor, yaitu:
1.
Pengetahuan
Menurut Jujun S. Suriasumantri (1993: 103) pengetahuan pada
hakekatnya adalah merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek
termasuk kedalamnya ilmu. Sedangkan menurut Sidi Gazalba dalam Amsal Bakhtiar
(2006; 85) pengetahuan adalah apa yang kita ketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan
pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian
pengetahuan merupakan proses dari usaha manusia untuk tahu.
2.
Aplikasi atau penerapan
Aplikasi teknik merupakan penerapan penggunaan teknik lari
sprint yang dilakukan oleh atlet didalam perlombaan. Didalam suatu perlombaan
atlet akan berusaha untuk mengeluarkan semua kemampuan yang dimiliki untuk
mencapai penampilan terbaik dan prestasi maksimal. Setiap atlet memiliki
kemampuan yang berbeda dan cara yang berbeda pula dalam menerapkan atau
mengaplikasikan teknik sprint dalam perlombaan. Seperti yang dikatakan IAAF
(1993; 115) kemampuan untuk melakukan suatu teknik yang sempurna adalah tidak
sama sebagai seorang pelaku yang penuh ketangkasan. Atlet yang tangkas memiliki
teknik yang baik dan konsisten dan juga tahu kapan dan bagaimana menggunakan
teknik guna menghasilkan prestasi yang baik.
a.
Sprint
a)
Pengertian sprint
Lari cepat atau sprint adalah semua
perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang
jarak yang harus ditempuh, sampai dengan jarak 400 meter masih dapat
digolongkan dalam lari cepat. Menurut Muhajir (2004) sprint atau lari cepat
yaitu, perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh yang
menempuh jarak 100 m, 200 m, dan 400 m.
Nomor lomba atau event lari sprint
menjangkau jarak dari 50 meter, yang bagi atlet senior hanya dilombakan indoor
saja, sampai dengan dan termasuk jarak 400 meter. Kepentingan relatif dari
tuntutan yang diletakkan pada seorang sprinter adalah beragam sesuai dengan
event-nya, namun kebutuhan dari semua lari-sprint yang paling nyata adalah
‘kecepatan’. Kecepatan dalam lari sprint adalah hasil dari kontraksi yang kuat
dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan yang halus,
lancar-efisien dibutuhkan bagi berlari dengan kecepatan tinggi.
Kelangsungan gerak lari cepat atau
sprint dapat dibagi menjadi tiga, yaitu; (A) Start, (B) gerakan lari cepat, (C)
Gerakan finish.
b)
Pengertian teknik
Teknik merupakan blok-blok bengunan
dasar dari tingginya prestasi. Teknik adalah cara yang paling efesien dan
sederhana dalam memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dan
dibenarkan dalam lingkup peraturan (lomba) olahraga (Thomson Peter J.L, 1993;
115). Menurut suharno (1983) yang dikutip Djoko Pekik Irianto (2002; 80) teknik
adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin
untuk menyelesaikan tugas yang perlu dalam cabang olahraga. Teknik merupakan
cara paling efesien dan sederhana untuk memecahkan kewajiban fisik atau masalah
yang dihadapi dalam pertandingan yang dibenarkan oleh peraturan.
c)
Teknik lari sprint
Teknik adalah sangat kritis terhadap
prestasi selama suatu lomba lari sprint. Melalui tahapan lomba tuntutan teknik
sprint beragam seperti halnya aktivitas otot-otot, pola waktu mereka dan
aktivitas metabolik para atlet dari tahap reaksi sampai tahap transisi tujuan
utamanya adalah untuk mengembangkan kecepatan dari suatu sikap diam di tempat.
Tujuan utama lari sprint adalah untuk memaksimalkan kecepatan horizontal, yang dihasilkan dari dorongan badan kedepan. Kecepatan lari ditentukan oleh panjang-langkah dan frekuensi-langkah. untuk bisa berlari cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-duanya. Tujuan teknik-sprint selama perlombaan adalah untuk mengerahkan jumlah optimum daya kepada tanah didalam waktu yang pendek. Teknik yang baik ditandai oleh mengecilnya daya pengereman, lengan lengan efektif, gerakan kaki dan badan dan suatu koordinasi tingkat tinggi dari gerakan tubuh keseluruhan (IAAF, 1993;22).
Teknik lari sprint lari 100m dapat dirinci menjadi tahap-tahap sebagai berikut:
Tujuan utama lari sprint adalah untuk memaksimalkan kecepatan horizontal, yang dihasilkan dari dorongan badan kedepan. Kecepatan lari ditentukan oleh panjang-langkah dan frekuensi-langkah. untuk bisa berlari cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-duanya. Tujuan teknik-sprint selama perlombaan adalah untuk mengerahkan jumlah optimum daya kepada tanah didalam waktu yang pendek. Teknik yang baik ditandai oleh mengecilnya daya pengereman, lengan lengan efektif, gerakan kaki dan badan dan suatu koordinasi tingkat tinggi dari gerakan tubuh keseluruhan (IAAF, 1993;22).
Teknik lari sprint lari 100m dapat dirinci menjadi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap reaksi dan dorongan
2. Tahap lari akelerasi
3. Tahap transisi/perubahan
4. Tahap kecepatan maksimum
5. Tahap pemeliharaan kecepatan
6. Finish
Lomba lari sprint yang lain
mengikuti pola dasar yang sama, tetapi panjang dan pentingnya tahapan relatif
bervariasi. Dalam aspek biomekanika kecepatan lari ditentukan oleh panjang
langkah dan frekuensi langkah (jumlah langkah dalam per satuan waktu). Untuk
bisa berlari lebih cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-duanya.
Hubungan optimal antara panjang langkah dan frekuensi langkah bervariasi bagi
tahap-tahap lomba yang berbeda-beda. Dalam lari sprint terdapat beberapa
tahapan yaitu:
1.
Start
Menurut IAAF (2001;6) suatu start
yang baik ditandai dengan sifat-sifat berikut:
a)
Konsentrasi
penuh dan menghapus semua gangguan dari luar saat dalam posisi aba-aba
“bersediaaaaa”
b)
Meng-adopsi
sikap yang sesuai pada posisi saat aba-aba “siaaap”
c)
Suatu
dorongan explosif oleh kedua kaki terhadap start-blok, dalam sudut start yang
maksimal
Teknik yang digunakan untuk start
harus menjamin bahwa kemungkinan power yang terbesar dapat dibangkitkan oleh
atlet sedekat mungkin dengan sudut-start optimum 450. setelah kemungkinan
reaksi yang tercepat harus disusul dengan suatu gerak (lari) percepatan yang
kencang dari titik-pusat gravitasi dan langkah-langkah pertama harus menjurus
kemungkinan maksimum.
Ada tiga variasi dalam start-jongkok
yang ditentukan oleh penempatan start-blok relatif terhadap garis start: a.
Start-pendek (bunch-start), b. Start-medium (medium-start), c. Start-panjang
(elongated-start). Start medium adalah umumnya yang disarankan, ejak ini
memberi peluang kepada para atlet untuk menerapkan daya dalam waktu yang lebih
lama daripada start-panjang (menghasilkan kecepatan lebih tinggi), tetapi tidak
menuntut banyak kekuatan seperti pada start-pendek (bunch-start). Suatu
pengkajian terhadap teknik start-jongkok karenanya dapat dimulai dengan start
medium. Ada tiga bagian dalam gerakan start, yaitu:
1)
Posisi “bersediaaa”
Pada posisi ini sprinter mengambil
sikap awal atau posisi “bersediaaa”, kaki yang paling cepat/tangkas ditempatkan
pada permukaan sisi miring blok yang paling depan. Tangan diletakkan dibelakang
garis start dan menopang badan. Kaki belakang ditempatkan pada permukaan blok
belakang, mata memandang tanah kedepan, leher rileks, kepala segaris dengan
tubuh.
Menurut IAAF (2001;8) posisi
“siaaap” ini adalah kepentingan dasar bahwa seorang atlet menerima suatu postur
dalam posisi start “siaaap” yang menjamin suatu sudut optimum dari tiap kaki
untuk mendorongnya, suatu posisi yang sesuai dari pusat gravitasi ketika kaki
diluruskan dan pegangan awal otot-otot diperlukan bagi suatu kontraksi explosif
dari otot-otot kaki.
Tanda-tanda utama suatu posisi “siaaap” yang optimum daya adalah;
Tanda-tanda utama suatu posisi “siaaap” yang optimum daya adalah;
Berat badan dibagikan seimbang, Poros pinggul lebih tinggi
daripada poros bahu, Titik pusat gravitasi kedepan, Sudut lutut 900 pada kaki
depa,, Sudut lutut 1200 pada kaki belakang, kaki diluruskan menekan start blok
2)
Posisi (aba-aba) “ya”
Daya dorong tungkai dan kaki dalam
start dapat dianalisa dengan menggunakan papan-pengalas daya dibangu pada start
blok. Bila kaki-kaki menekan pada papan itu pada pada saat start, impuls dapat
disalurkan ke dan ditampilkan pada suatu dinamo-meter. Kekuatan impuls arah dan
lamanya, juga timing dari dorongan dari tiap kaki dapat dicatat.
Ciri kunci yang untuk diperhatikan adalah:
Ciri kunci yang untuk diperhatikan adalah:
Kaki belakang bergerak lebih dahulu.
Pola daya kekuatan menunjukkan bahwa daya kekuatan yang puncaknya sangat tinggi
dikenakan mengawali gerak akselerasi dari titik-pusat gravitasi atlet dengan
cepat menurun.
Penerapan daya kekuatan dari kaki
depan dimulai sedikit lambat yang memungkinkan gerak akselerasi titik-pusat
gravitasi untuk berlanjut setelah dorongan kaki belakang menghilang, dan
berlangsung dalam waktu yang lebih lama. Kenyataannya, daya kekuatan daya
kekuatan digunakan oleh kaki-depan kira-kira dua kali lipat dari daya
kaki-belakang.
Tahap pemulihan (recovery).
Otot-otot flexor lutut mengangkat tumit kedepan pantat dengan pembengkokan
(flexio) kedepan serentak dari otot-otot paha. Tungkai bawah tetap ditekuk
ketat terhadap paha mengurai momen inertia. Lutut yang memimpin dipersiapkan
untuk suatu ayunan ke depan yang relax dari tungkai bawah dalam langkah
mencakar berikutnya. Lutut dorong yang aktif mennyangga pengungkit pendek dari
kaki ayun. Kecepatan sudut optimal pada paha berayun kedepan menolong menjamin
frekuensi langkah lari yang tinggi.
Tujuan dan fungsi dari tahap ini
adalah agar kaki dorong putus kontak dengan tanah. Kaki rilex, mengayun aktif
menuju pembuatan langkah diatas lutut kaki sangga dan sebagai tahap lanjutan
dan persiapan angkatan lutut.
Adapun ciri-ciri atu tangda-tanda
tahap ini adalah:
1) Ayunan rilex kaki belakang yang
tidak disangga sampai tumit mendekati panta. Bandul pendek ini sebagai hasil
kecepatan sudut yang tinggi memungkinkan membuat langkah yang cepat.
2) Angkatan tumit karena dorongan aktif
lutut, dan harus menampilkan relaksasi total dari semua otot yang terlibat.
3) Perjalanan horizontal pinggul dipertahankan
sebagai hasil dari gerakan yang dijelaskan
3)
Tahap ayunan depan.
Tahap angkat lutut. Tahap ini
menyumbangkan panjang langkah dan dorongan pinggang. Persiapan efektif dengan
kontak tanah. Sudut lutut yang diangkat kira-kira 150 dibawah horizontal.
Gerakan kebelakang dari tungkai bawah sampai sutau gerakan mencakar aktif dari
kaki diatas dari dasar persendian jari-jari kaki dalm posisi supinasi dari
kaki. Kecepatan kaki dicapai dengan bergerak kebawah/kebelakang sebagai suatu
indikator penanaman aktif dari hasil dalam suatu kenaikan yang cepat dari
komponen daya vertikal.
Tujuan dan fungsi tahap ini adalah
agar lutut diangkat, bertanggung jawab terhadap panjang langkah yang efektif ,
dalam kaitan dengan ayunan lengan yang intensif. Teruskan dan jamin jalur
perjalanan pinggang yang horizontal. Persiapan untuk mendarat engan suatu
gerakan mencakar dan sedikit mungkin hambatan dalam tahap angga depan. Tahap
ini memiliki sifat-sifat atau tanda-tanda, yaitu:
Angkatan paha/lutut horizontal
hampir horizontal, melangkahkan kaki sebaliknya sebagai prasyarat paling
penting dari suatu langkah-panjang cepat dan optimal.,Gerakan angkat lutut
dibantu oleh penggunaan lengan berlawanan diametris yang intenssif., Siku diangkat
keatas dan kebelakang, Dlam lanjutan dengan ayunan kedepan yang rilex dari
tungkai bawah karena pelurusan paha secara aktif, dengan niat memulai gerak
mencakar dari kaki aktif.
4)
Tahap sangga/topang depan
Tahap amortisasi. Pemulihan dari
tekanan pendaratan adalah ditahan. Ada alat peng-aktifan awal otot-otot yang
tersedia didalam yang diawali dalam tahap sebelumnya. Ide-nya guna menghindari
adanya efek pengereman/hambatan yang terlalu besar dengan membuat lama waktu
tahap sangga/topang sependek mungkin.
Tahap ini mempunyai tujuan dan
fungsi sebagai tahap amortisasi tahap kerja utama. Mengontrol tekanan kaki
pendarat oleh otot-otot paha depan yang diaktifkan sebelumnya dan otot-otot
kaki bertujuan untuk membuat ssuatu gerak explossif memperpanjang langkah
sebelumnya. Tahapan ini memiliki sifa atau tanda sebagai berikut: Gerakan
mencakar aktif dari sisi luar telapak kaki dengan jari-jari keatas. Jangkauan
kedepan aktif harus tidak menambah panjang-langkah secara tak wajar, namun
mengizinkan pinggang (pusat gravitassi tubuh) berjalan cepat diatas titik sanggah
kaki. Hindari suatu daya penghambat yang berlebih-lebihan., Waktu kontakl dalam
angga depan harus esingkat mungkin.
5)
Tahap sangga/topang belakang
Besarnya impuls dan dorongan
horizontal diberi tanda. Lama penyanggaan itu adalah singkat saja. Sudut dorongan
sedekat mungkin dengan horizontal. Ada suatu perluasan elastik dari dari sendi
kaki, lutut dan pinggul. Menunjang gerakan ayunan linier lengan oleh suatu
angkatan efektif dari siku dalam ayunan kebelakang, dan ayunan kaki
meng-intensifkan dorongan dan menentukan betapa efektifnya titik pusat massa
tubuh dikenai oleh gerakan garis melintang dari perluasan dorongan. Togok badan
menghadap kedepan.
Keriteria untuk tahap-tahap
penyanggaan ini adalah: Waktu singkat dari periode sangga/topang keseluruhan Suatu
impuls akselerasi yang signifikan pada tahap topang belakang, Suatu waktu
optimum dari impuls percepatan pada tahap topang/sangga belakang, Hampir tidak
ada daya pengereman/hambatan pada tahap sanggahan.
Tujuan dan fungsi dari tahap ini
adalah sebagai tahap akselerasi ulang, penyangga untuk waktu singkat, dan
sebagai persiapan dan pengembangan suatu dorongan horizontal yang cepat. Tahap
ini memiliki sifat-sifat atau tanda, yaitu:
Menempatkan kaki dengan aktif, disusl dengan pelurusan
sendi-sendi: kaki, lutut, pinggul.
Menggunakan otot-otot plantar-flexor dan emua otot-otot
pelurus kaki korset.
Badan lurus segaris dan condong kedepan kurang lebih 850
dengan lintasan.
Penggunaan yang aktif lengan yang ditekuk kurang lebih 900
ke arah berlawanan dari arah lomba.
Siku memimpin gerakan lengan
Otot-otot kepala, leher, bahu dan badan dalam keadaan rilex.
Tahap permulaan gerak kaki ayun lutut diangkat.
b.
Penguasaan Teknik Sprint
Dalam penguasaan teknik sprint terdapat faktor-faktor yang
sangat mendukung demi tecapainya penguasaan teknik yang baik. Menurut Thomson
Peter J.L (1993; 68) ada 5 (lima) kemampuan biomotor dasar yang merupakan
unsur-unsur kesegaran atau komponen-komponen fitnes yaitu kekuatan, dayatahan,
kecepatan, kelentukan, dan koordinasi.
a)
Kekuatan.
Adalah kemampuan badan dalam menggunakan daya. Kekuatan
dapat dirinci menjadi tiga tipe atau bentuk, yaitu:
1. Kekuatan maksimum, yaitu daya atau
tenaga terbesar yang dihasilkan oleh otot yang berkontraksi. Kekuatan maksimum
tidak memerlukan betapa cepat suatu gerakan dilakukan atau berapa lama gerakan
itu dapat diteruskan
2. Kekuatan elastis, yaitu kekuatan
yang diperlukan sehingga sebuah otot dapat bergerak cepat terhadap suatu
tahanan. Kombinasi dari kecepatan kontraksi dan kecepatan gerak kadang-kadang
disebut sebagai “power = daya”. Kekuatan ini sangat penting bagi even eksplosip
dalam lari, lompat, dan lempar.
3. Daya tahan kekuatan, yaitu kemampuan
otot-otot untuk terus-menerus menggunakan daya dalam menghadapi meningkatnya
kelelahan. Daya tahan kekuatan adalah kombinasi antara kekuatan dan lamanya
gerakan.
b)
Daya Tahan.
Daya tahan mengacu pada kemampuan melakukan kerja yang
ditentukan intensitasnya dalam waktu tertentu. Faktor utama yang membatasi dan
pada waktu yang sama mengakhiri prestasi adalah kelelahan. Seorang atlet
dikatakan memiliki dayatahan apabila tidak mudah lelah atau dapat terus
bergerak dalam keadaan kelelahan. Daya tahan, dari semua kemampuan biomotor
harus dikembangkan lebih dahulu. Tanpa dayatahan adalah sulit untuk mengadakan
pengulangan terhadap tipe atau macam latihan yang lain yang cukup untuk
mengembangkan komponen biomotor lain. Ada dua tipe macam daya tahan, yaitu;
dayatahan aerobik dan dayatahan anaerobik. Dayatahan aerobik yaitu kerja otot
dan gerakan otot yang dilakukan menggunakan oksigen guna melepaskan energi dari
bahan-bahan otot. Dayatahan aerobik harus dikembangkan sebelum dayatahan
anaerobik. Sedangkan dayatahan anaerobik yaitu kerja otot dan gerakan otot
dengan menggunakan energi yang telah tersimpan didalam otot. Dayatahan anaerobik
terbagi menjadi dua yaitu anaerobik laktik dan anaerobik alaktik.
c)
Kecepatan.
Adalah kemampuan untuk barjalan atau bergerak dengan sangat
cepat. Kecepatan berlari sprint yang asli berkenaan dengan kemamapuan alami
untuk mencapai percepatan lari yang sangat tinggi dan untuk menempuh jarak
pendek dalam waktu yang sangat pendek.
d)
Kelentukan.
Yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan persendian melalui
jangkauan gerak yang luas. Kelentukan terbatas atau tertahan adalah suatu sebab
umum terjadinya teknik yang kurang baik dan prestasi rendah. Kelentukan jelek
juga menghalangi kecepatan dan dayatahan karena otot-otot harus bekerja lebih
keras untuk mengatasi tahanan menuju kelangkah yang panjang.
e)
Koordinasi.
Yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan dengan tingkat
kesukaran dengan tepat dan dengan efesien dan penuh ketepatan. Seorang atlet
dengan koordinasi yang baik tidak hanya mampu melakukan skill dengan baik,
tetapi juga dengan tepat dan dapat menyelesaikan suatu tugas latihan.
Selain faktor-faktor fisik yang telah dijelaskan diatas, dalam penguasaan teknik sprint terdapat pula faktor lain yang tidak kalah penting pengaruhnya, yaitu faktor psikologis. Seperti dikatakan Thomson Peter J.L. (1993; 134) psikologi ini adalah sama pentingnya bagi seorang pelatih guna membantu individu-individu (atlet) mengembangkan bagaimana mereka memikirkan kecakapan mental mereka, tetapi juga penting untuk mengembangkan ketangkasan fisik mereka. Ini jelas adalah aspek psikologis dalam melatih namun juga benar bahwa tak ada bagian dari pelatihan/coaching yang tanpa aspek psikologis. Adapun faktor-faktor psikologis tersebut diantaranya yaitu;
Selain faktor-faktor fisik yang telah dijelaskan diatas, dalam penguasaan teknik sprint terdapat pula faktor lain yang tidak kalah penting pengaruhnya, yaitu faktor psikologis. Seperti dikatakan Thomson Peter J.L. (1993; 134) psikologi ini adalah sama pentingnya bagi seorang pelatih guna membantu individu-individu (atlet) mengembangkan bagaimana mereka memikirkan kecakapan mental mereka, tetapi juga penting untuk mengembangkan ketangkasan fisik mereka. Ini jelas adalah aspek psikologis dalam melatih namun juga benar bahwa tak ada bagian dari pelatihan/coaching yang tanpa aspek psikologis. Adapun faktor-faktor psikologis tersebut diantaranya yaitu;
a)
Ketangkasan mental.
Ketangkasan mental ini sangat berguna/penting bagi para
pelatih dan atlet. Ketangkasan mental ini bukan hanya suatu sarana untuk
menghindari bencana ataupun pemulihan kembali dari cedera tetapi ketangkasan
mental juga memainkan peranan penting dalam mengatur/mengorganisir praktek dan
latihan secara efektif sehingga segala sesuatu berjalan dengan benar.
Kebanyakan atlet dan pelatih mengakui bahwa perkembangan fisik ssaja tidak
menjamin dapat sukses dalam atletik. Seorang atlet harus memiliki kerangka
pemikiran yang benar. Persiapan psikologis sama pentingnya dengan latihan
kondisioning fissik. Menyiapkan keduanya bersama-sama akan menciptakan prestasi
terbaik. Ketangkasan mental ini memerlukan latihan praktek dengan cara yang
sama seperti pada skill fisik/jasmaniah. Dengan skill/ketangkasan fisik,
beberapa individu akan mengambil/memperoleh ketangkasan mental lebih gampang
dibanding dengan orang lain. Dengan praktek, setiap orang dapat meningkatkan
ketangkasan mental mereka.
BAB III
METODOLOGI
A. Metode
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan metode
penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah dari responden
berupa informasi dan dokumen, Bentuk metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Moleong dalam S.
Margono (2005:36) menyatakan, “Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif
adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata penulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”
Hadari Nawawi dalam
S. Margono (2005:118) mendefinisikan bahwa,: “Populasi adalah keseluruhan objek
yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala,
nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.” Populasi dalam penelitian
ini yaitu : atlet atletik
Populasi dan sampel ini atlet atletik kalbar yang sedang menjalani
pekan olahraga nasional yang berjumlah sebelas atlet.
Menurut Margono
(2005:121), “Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang
diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.” Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik Cluster
random sampling. Margono (2005:127) menyatakan, “Cluster random sampling digunakan bilamana populasi tidak terdiri
dari individu-individu, melainkan dari kelompok-kelompok individu atau cluster”. Yang menjadi sampel penelitian
ini yaitu atlet atletik PASI Kal-Bar.
B. TEMPAT PENELITIAN
PROVINSI RIAU
tangan 6-21 september tahun 2012 di setadion jagabaring.
C. Populasi
Populasi dalam penelitian ini atlet kalbar yang mengikuti pon di riau
tahun 2012
D. Sampel
Sampel penelitian ini atlet atletik kalbar di riau tahun 2012
E. Analisis data
Anlisis data mengunakan hasil apa
yang di dapat atlet kalbar dalam rangka kegiatan pon kalbar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Secara umum pon di riau untuk provinsi
kalimantan barat mengalami peningkatan yang siknifikan itu di tandai dari
peningkatan tingkat 21 menjadi 16, namun perlu di fahami bahwa masih banyak
tarjet – tarjet yang lepas dimana cabang olahraga seperti dayung, angkat besi, belyat
dan atletik hanya memberikan poin kecil dari yang di ingginkan, namun di balik
itu ada nomor baru untuk kalbar bisa mendapatkan perunggu di cabang
aeromoderling, sepaktakraw, untuk cabang olahraga atletik dari sekian nomor
yang pertandingkan baik nomor lari, lompat, lempar,jalan hanya lompat dan jalan
yang mendapatkan perunggu, dari hasil wawancara dengan atlet atletik kalbar
setelah pon selesai peneliti sempat menanyakan beberapa hal terkait dengan
hasil pon di riau antara lain bahwa aatlet mengalami persiapan latihan yang
kurang maksimal karen dari waktu yang sangat minim / singkat menyebabkan atlet
kurang bergairah ketika saat bertanding selain itu atlet juga mengalami hal –
hal yang lain seperti terkait dengan gizi, sarana prasarana, dan untuk cabang
atetik tidak terlalu banyak menargetkan di situ sebenarnya merupakan titik
kelemahan pertama bagi atlet apbila dari pelatih atau manager tidak menargetkan
sesuatu yang menjadi kebangaan, kondisi atlet pada saat bertanding mengalami
penurunan di faktor mental di situ penyebab pertamanya adalah minimnya treout
untuk pengembangan diri atlet, atlet juga mengalami kurangnya adaptasi pada
situasi pertandingan disini faktor cuaca yang sangat berbeda dari provinsi
kalbar dengan provinsi riau/ sumatra, di nomo jalan cepat dan lompat jauh saja
yang menyumbangkan perunggu untuk nomor yang lain belum ada penyumbangan
dikarenakan iklim yang berbeda, dan mengalami penurunan mental .
B.
Pembahasan
Dari hasil yang di dapatkan untuk
atlet atletik kalbar menglami kesetabilan dari tahun – tahun sebelumnya, untuk
nomor lompat jauh dan nomor jalan cepat saja yang menyumbangkan hasil yang baik
pada provinsi kalbar, disini sangat berlawanan dengan apa yang sudah disiapkan
sebelumnya pada saat pon berlangsung di tinjau dari faktor pengembangan fisik ,
tehnik, taktik dan mental bahwa dengan persiapan latihan sudah cukup
berlangsung baik setiap pagi dan sore aktif latihan satu mingu mengunakan
interval lima kali artinya udah cukup bagus namun dari program latihan yang
dilakukan oleh atlet cendrung membosankan karena dari waktu ke waktu minimya
metode yang baru buat atlet untuk menerima dosis latihan yang baru dan
menantang, kekurangan dan keunggulan dari program latihan sudah ideal dan porsi
sesuai dengan kebutuhan di tinjau dari kemampuan dan usia, namun dari semunya
itu terjadi kesenjangan antara lain kurang disiplinya atlet dalam kemampuan
latihan baik faktor interen dan esteren juga mempengaruhi program latihan
atlet.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Atlet
mengalami perubahan yang siknifikan ketika bertanding sehinnga menyebabkan
menurunya mental pada atlet
2. Atlet
banyak pada kondisi yang kurang prima
3. Atlet
memiliki kekurangan energi baik aerobik mupun an aerobik pada saat bertanding
B. Saran
1. Perlu
di adakan pembinaan dari usia dini sehingga perkembangan ke depan lebih siap
dalam mempersiapkan iven – iven baik tingkat nasional maupun internasional
2. Selalu
di adakan tes setandar nasional sehingga para atlet selelu memberikan kemampuan
terbaiknya ntah pada saat latihan maupun pertandinggan
3. Di
perbanyak uji tanding agar mental semakin kuat dan kokoh
DAFTAR
PUSTAKA
Adisasmita, M. Yusuf. Olahraga
Pilihan Atletik, Jakarta: LP2TK. Dirjen Dikti. 1992.
Bompa, Tudor O. Periodization
Training for Sport. York University: Human Kinetics. 1999.
Doherty, S Kenneth. (1963). Modren
Track and Field. Prentice Hall, INC. Englewood, Cliffs.
Depdiknas.
2000. Pedoman dan Modal Pelatihan Kesehatan Olah Raga Bagi PelatihOlahragawan
Pelajar. Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Fox, edwar L. Dan Bowers Richard W.
Sports Physiology, third edition, Dubuque, Iowa: Wm. C. Brown Publishers, 1992.
Harsono. Coaching dan Aspek-aspek
Psikologis dalam Coaching. Bandung. Pioner jaya. 1988.
Kosasih Engkos,(1985) Olahraga
Teknik dan Program Latihan. Penerbit Akademika. Presendo. CV.Jakarta
Kosasih Engkos,(1985) Olahraga
Teknik dan Program Latihan. Penerbit Akademika. Presendo. CV.Jakarta
Margono, S.
2005. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Rineka Citra.
Subana. M, Sudrajat.2009. Dasar-dasar penelitian ilmiah.Bandung:
Pustaka Setia
Pyke, Frank S. (1980). Toward Better
Coadhing. Canberra Australian Government Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar