Minggu, 19 Juli 2015

lempar cakram mahasisiwi prodi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi jurusan ilmu keolahragaan fkip untan



TEKNIK DASAR LEMPAR CAKRAM MAHASISWI ANGKATAN 2014

Ahmad Atiq
Email: atikachmad@gmail.com, 085325299283



ABSTRACT

Discus throwing is one of the throwing events in athletics, where the tools were cast in the form of discs with a certain weight and size. Number discus throwing is always competed in every championship multy special event or championship for athletics, both for the individual as well as a mixture of boys and girls (Dasa Competition) for example, the official championships such as PON, SEA Games, Asian Games, Olympics etc.
Sports discus throwing is one of the main numbers throwing competitions in athletics. However, in the indoor athletics, discus throwing numbers not raced. This sport has been around since the ancient Olympic Games. In discus throwing competition, athletes compete throwing a disc-shaped object as far as possible to follow the regulations. In the race's official athletics, each athlete was given the opportunity to throw as much as three times. Then, from a number of athletes at the beginning baba, will be selected eight best athletes, who will be given the opportunity three times to roll again. Discus throwing athletes raced for both men and women's health physical education and recreation, amounting to 25 student with good category 10 students with a percentage of 40% and categories were 8 students with a percentage of 32% and less than 7 student categories by percentage of 28% for the necessary kontiyu do exercises that basic throwing techniques in particular can be a better daughter.

Keywords : basic techniques of throwing students of 2014

ABSTRAK

Lempar cakram adalah salah satu nomor lempar dalam cabang olahraga atletik, dimana alat yang dilemparkan berupa cakram dengan berat dan ukuran tertentu. Nomor lempar cakram ini selalu dilombakan dalam setiap kejuaraan multy event atau kejuaraan yang khusus untuk cabang olahraga atletik, baik untuk nomor perorangan putra dan putri maupun campuran (Dasa Lomba) misalnya, kejuaraan resmi seperti PON, Sea Games, ASEAN Games, Olimpiade dll.
Olahraga lempar cakram adalah salah satu nomor perlombaan lempar yang utama dalam atletik. Namun, dalam perlombaan atletik indoor, nomor lempar cakram tidak diperlombakan. Olahraga ini telah ada sejak Olimpiade kuno. Dalam perlombaan lempar cakram, atlet berlomba melemparkan objek berbentuk cakram sejauh mungkin dengan mengikuti peraturan yang berlaku. Dalam perlombaan atletik resmi, setiap atlet diberi kesempatan melempar sebanyak tiga kali. Kemudian, dari sejumlah atlet pada baba awal, akan dipilih delapan atlet terbaik, yang akan diberi kesempatan tiga kali lemparan lagi.  Lempar cakram diperlombakan bagi atlet-atlet laki-laki ataupun perempuan pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi yang berjumlah 25 mahasiswi dengan kategori baik 10 mahasiswa dengan persentasi 40% dan kategori sedang 8 mahasiswa dengan persentasi 32% dan kategori kurang 7 mahasiswi dengan persentasi 28 % untuk perlu dilakukan latihan yang kontiyu agar tehnik dasar lempar cakram khususnya putri bisa bisa lebih baik.

Kata Kunci : tehnik dasar lempar cakram mahasiswi angkatan 2014

A.     PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Selain memiliki teknik serta alat yang berbeda dan unik, nomor-nomor olahraga lempar semuanya dimulai dari ritme, kekuatan, dan mungkin yang paling penting kemapuan serta  keterampilan serta teknik dasar yang kuat. Ritme lemparan dapat dilihat dan di dengarkan oleh pelatih. Pada semua nomor lempar, dapat dilihat akselerasi atlet dan peralatannya, serta dapat mendengar akselerasi kaki atlet tersebut. Ritme kecepatan kaki saat melempar sangat berhubungan dengan kecepatan laju alat lempar, yang pada akhirnya menghasilkan kecepatan yang tinggi, yaitu lemparan yang jauh.
Untuk menghasilkan lemparan yang optimal, diperlukan adanya kekuatan dan daya. Namun, kekuatan yang terlalu besar justru akan mengganggu pola gerakan alami atlet. (Mark Guthrie, 2008) jika seorang atlet menggunakan terlalu banyak kekuatan dalam usahanya untuk menjadi lebih kuat, otot-ototnya akan mengalami rasa sakit sehingga menurunkan kualitas dan perkembangan teknik pada latihan berikutnya. Dengan melihat hal tersebut, cara terbaik untuk meningkatkan kekuatan atlet adalah dengan menggunakan pendekatan bertingkat. Hal ini berarti semakin jauh jarak lempar seseorang, maka semakin besar pula kekuatan yang diperlukannya. Suatu kekuatan harus dibentuk secara perlahan, tanpa mengorbankan teknik yang tepat.
Gerakan pada lempar cakram dimulai dari arah belakang menghadap ke arah 15° sampai ke -15° (atau 345°). Seorang pelatih atau atlet dapat memilih posisi awal sesuka hatinya, tetapi hal tersebut tidak berpengaruh pada hasil lemparan, apalagi peningkatan tenaga lemparan. Namun posisi awal pada posisi -15° memberikan jarak yang lebih panjang untuk percepatan (Mark Guhtrie, 2008).
Nomor lempar cakram menyerupai putaran pada tolak peluru, hanya saja ritmenya lebih cepat, tuasnya lebih panjang, dan memiliki sudut lemparan yang lebih rendah.
Untuk memulai gerakan lempar cakram, pelempar berputar searah jarum jam dengan menggunakan kedua kakinya, tetapi sumbunya adalah kaki kiri. Tenaga putaran tidak banyak berperan disini. Yang paling penting adalah pelempar memiliki keseimbangan dan mulai dalam ritme untuk melempar. Telapak tangan kiri diletakkan di atas dan pelempar melihat melalui arah tangan kiri. Kedua kaki tetap menapak ditanah selama beberapa saat.
 Di titik ini, pelempar dengan tangan kanan langsung melempar dari arah kiri. Lengan kiri dan kaki kiri berputar secara sinkronis. Langkah selanjutnya adalah mengangkat lutut kanan menuju posisi di sector kiri disertai dengan pergelangan kaki menegang, jari-jari dan lutut kanan diangkat. Posisi bahu dan lengan kiri tetap, sedangkan lengan kanan diangkat 220° ke arah sector kiri dan lengan kiri menghadap bawah.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mendapatkan prestasi lemparan yang maksimal, seorang pelempar harus dapat melakukan gerakan-gerakan lempar cakram dengan sempurna. Untuk dapat melakukan hal tersebut tidak lah mudah untuk dilakukan, seorang pelempar harus dapat memahami dan melakukan serangkaian gerakan lempar cakram dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, maka sangat perlu bagi atlet lempar dan pelatih serta guru penjasorkes di sekolah untuk mengetahui teknik dasar lempar cakram yang sesuai dengan mekanisme mekanika gerak dalam lempar cakram.
Secara umum pembahasan didalam makalah ini diarahkan untuk memberikan gambaran tentang teknik-teknik gerak dasar dalam melakukan lempar cakram.   Secara khusus pembahasan akan diarahkan pada pelaksanaan gerak dasar memegang cakram, tahap ayunan, tahap putaran, tahap melepaskan cakram, dan tahap pemulihan (recovery).
Secara teoritis diharapkan pembahasan mengenai teknik dasar lempar cakram  ini dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya cabang olahraga atletik nomor lempar cakram. Sedangkan secara praktis, diharapkan pembahasan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya untuk menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai cara menulis sebuah karya ilmiah, bagi pelatih sebagai bahan untuk mempertimbangan dan memperbaiki gerakan atlet, bagi guru penjasorkes dapat dijadikan tambahan pengetahuan tentang gerak dasar lempar cakram.

B.   KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Lempar Cakram
Lempar cakram adalah salah satu nomor lempar dalam cabang olahraga atletik, dimana alat yang dilemparkan beruka cakram dengan berat dan ukuran tertentu. Nomor lempar cakram ini selalu dilombakan dalam setiap kejuaraan multy event atau kejuaraan yang khusus untuk cabang olahraga atletik, baik untuk nomor perorangan putra dan putrid maupun campuran (Dasa Lomba) misalnya, kejuaraan resmi seperti PON, Sea Games, ASEAN Games, Olimpiade dll (Khomsin, 2008)
Olahraga lempar cakram adalah salah satu nomor perlombaan lempar yang utama dalam atletik. Namun, dalam perlombaan atletik indoor, nomor lempar cakram tidak diperlombakan. Olahraga ini telah ada sejak Olimpiade kuno. Dalam perlombaan lempar cakram, atlet berlomba melemparkan objek berbentuk cakram sejauh mungkin dengan mengikuti peraturan yang berlaku. Dalam perlombaan atletik resmi, setiap atlet diberi kesempatan melempar sebanyak tiga kali. Kemudian, dari sejumlah atlet pada baba awal, akan dipilih delapan atlet terbaik, yang akan diberi kesempatan tiga kali lemparan lagi.  Lempar cakram diperlombakan bagi atlet-atlet laki-laki ataupun perempuan (Winendra Adi, dkk : 2008).
Untuk dapat melempar cakram dengan benar dan hasilnya maksimum, maka seorang pelempar harus memahami persyaratan yang diperlukan bagi seorang pelempar, baik dari aspek fisik, teknik, taktik, strategi dan psikis. Keempat komponen ini harus dikembangkan secara komprehensif untuk menjadi atlet yang handal (Khomsin, 2008).
Berat Cakram
            Berat cakram yang dipergunakan untuk perlombaan untuk nomor lempar cakram untuk kelompok putra berat cakram yang digunakan dibedakan berdasarkan usia, sedangkan untuk kelompok putrid berat cakram yang digunakan tidak dibedakan antara kelompok umur yang satu dengan yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Berat Cakram berdasarkan jenis Kelamin dan Kelompok Usia

Kelompok Umur
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
< Usia 15 tahun
1,25 kg
1 kg
< Usia 17 tahun
1,50 kg
1 kg
< Usia 19 tahun
1,75 kg
1kg
Dewasa
2 kg
1 kg
(Sumber: PB PASI, 1986)
            Menurut (Khomsin, 2008), Untuk keperluan pelajaran, terutama untuk anak-anak, cakram yang digunakan dapat dimodifikasi oleh guru atau pelatih dengan menggunakan bahan-bahan yang ada dilingkungan dan memiliki tingkat keselamatan yang tinggi. Misalnya, cakram dapat dibuat dari kayu yang secara khusus  adalah baik sekali, atau menggunakan alat bantu berupa ban luar sepeda mini atau vespa. Untuk keperluan perlombaan dapat diakui cakram yang 1 kg atau yang khusus ¾ kg (Khomsin, 2008). Cara pembuatan cakram dai bahan kayu adalah sangat cocok untuk pembelajaran penjasorkes di sekolah. Buatlah dari kayu lunak setebal ½ atau ¼ inci (inci = 2 ½ cm).
Lapangan Untuk Lempar Cakram
            Lapangan lempar cakram berbentuk lingkaran dengan diameter 2,50 m, sesuai dengan peraturan IAAF 2005, sector untuk lempar cakram adalah 34,92°.
Teknik Dasar Lempar Cakram
            Dalam belajar dan berlatih lempar cakram ada beberapa teknik dasar yang perlu di kuasai oleh seorang siswa atau atlet, agar prestasi yang dihasilkan dapat mencapai sasaran yang optimal. Untuk kepentingan mengajar atau melatih, sebaiknya guru atau pelatih mengajarkan semua gerakan dalam cabang olahraga lempar cakram tidak dilakukan secara keseluruhan (berkesinambungan). Sebelum menuju ke teknik dasara dalam melakukan lempar cakram terlebih perlu kita ketahui tahap memegang cakram (Khomsin : 2008).

Tahap Memegang Cakram
Pada tahap memegang cakram ini merupakan tahap pertama dari serangkaian gerakan dalam cabang lempar cakram. Berikut ini akan diuraikan tentang tujuan, petunjuk pelaksanaan, dan saran-saran perbaikan atas beberapa kesalahan yang sering terjadi (Khomsin : 2008).
Untuk melempar dengan tangan kanan, cakram diletakkan di atas yang kiri sebagai landasan (fungsi tangan kiri seperti “tee” untuk bola golf). Tangan kanan diletakkan di atas cakram, jari-jari direnggangkan tetapi tidak tegang, ruas pertama jari-jari melingkari pinggiran cakram. Cakram tidak boleh sekali-kali dicengkeram, adalah gerakan yang menyebabkan cakram tetap berada dalam posisinya begitu terlepas dari tangan kiri sebagai landasannya (Khomsin : 2008).
a.    Tujuan Latihan
Tujuan latihan memegang cakram dalam nomor lempar  cakram ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1)    Mendapatkan pegangan yang paling efisien, sehingga penyaluran tenaga yang cukup efektif pada saat cakram tersebut dilemparkan sehingga hasil lemparan dapat optimal
2)    Memberikan putaran searah jarum jam pada cakram yang dilemparkan, sehingga dapat melayang dengan stabil.

b.    Petunjuk Pelaksanaan
Menurut (Khomsin : 2008).Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan latihan memegang cakram, agar dapat memperoleh pegangan yang paling nyaman, maka seorang pelempar harus:
1)    Cakram harus diletakkan dalam telapak tangan dengan jari-jari dan ibu jari yang tersebar, posisi jari-jari tangan tidak boleh menimbulkan kejanggalan
2)    Pinggiran cakram hendaknya terletak di puncak sendi pada ruas jari pertama dari ke empat jari selain ibu jari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:









Gambar 1
Cara Memegang Cakram Yang Benar
(Sumber, Khomsin : 2008)

c.    Saran Perbaikan atas Beberapa Kesalahan yang Sering Terjadi
Saran perbaikan atas beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam tahap ini, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)    Hindari memegang cakram seperti sedang mencengkeram, dengan cara mencegah jangan sampai sendi pertama jari-jari tangan berada di sekitar pinggiran cakram
2)    Usahakan agar cakram tidak terjatuh meskipun tangan yang memegang cakram diarahkan ke bawah.

TAHAP TEKNIK DASAR LEMPAR CAKRAM
Menurut (Khomsin : 2008), untuk teknik dasar lempar cakram ada 4 tahapan gerak yang harus dipahami dengan baik, di antaranya adalah: 1) tahap ayunan (Swing), 2) tahap putaran (Turn), 3) Tahap lemparan (delivery), dan 4) tahap kembali ke posisi awal (Recovery). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar:
Gambar 2
Gerak Dasar Lempar Cakram
(Sumber, IAAF : 2000)

1.    Tahap Ayunan
Tahap ayunan dalam lempar cakram dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.       Punggung menghadap arah lemparan
b.       Kaki-kaki terpisah selebar bahu
c.       Lutut sedikit ditekuk, berat badan pada telapak kedua kaki
d.       Cakram diayun ke belakang dan di belakang naik sampai proyeksi vertical dari tumit kiri
e.       Badan diputar pada waktu yang sama, lengan di upayakan agar berada tetap setinggi bahu.
Tujuan dari tahap ayunan adalah untuk mempersiapkan gerakan memutar dan untuk memberi pre-tegangan pada badan, bahu & lengan.
Gambar 3
Tahap Ayunan
(Sumber, IAAF : 2000)
2.    Tahap Putaran
Tahap putaran di bagi menjadi tahap putaran pertama dan kedua, tahap pertama bertujuan untuk mempercepat gerak pelempar dan cakram untuk mempersiapkan bagain yang tanpa pendukung (Khomsin : 2008), gerakan ini dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
a.    Lutut kiri, lengan kiri dan telapak kaki diputar secara aktif dan serentak searah dengan lemparan
b.    Berat badan di pindahkan diatas kaki kiri yang ditekuk
c.    Bahu pelempar diupayakan ada dibelakang badan
d.    Kaki kanan diayun rendah dan lebar melewati lingkaran lempar, lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini:
Gambar 4
Tahap Putaran yang pertama
(Sumber, IAAF : 2000)

Pada tahap putaran yang kedua mempunyai tujuan untuk mempercepat pelempar dan cakram dan membangun pra-tegangan di dalam badan (Khomsin : 2008), tahap putaran yang kedua ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a.    Kaki kiri mendorong ke depan ketika jari-jarinya menunjukan ke arah lemparan
b.    Lompatan datar dengan pelurusan yang tak penuh dari kaki pendorong
c.    Lengan pelempar ada di atas tingginya pinggul dan dibelakang badan
d.    Kaki kanan mendarat dengan aktif pada telapak kaki, memutar kedalam seperti biasa
e.    Lengan kiri ditahan menyilang dada
f.      Kaki kiri melintas melewati lutut kanan dalam perjalanan ke lingkaran lempar bagian depan. Lebih lanjut lihat gambar dibawah ini:
Gambar 5
Tahap ayunan bagian kedua
(Sumber, IAAF : 2000)

3.    Tahap Melepaskan Cakram
Menurut (Khomsin : 2008), tahap melepaskan cakram terdiri dari tiga tahap, tahap yang pertama bertujuan untuk memelihara momentum dan memulai gerak percepatan akhir dari cakram. Tahapan ini dilakkan dengan cara sebagai berikut:
a.       Tungkai kanan ditekuk
b.       Kaki kanan segera diputar ke arah lemparan
c.       Lengan kiri menunjuk ke arah belakang lingkaran lempar
d.       Cakram setinggi kepala
e.       Kaki kiri mendarat segera setelah kaki kanan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7.
Tahap pelepasan yang kedua bertujuan untuk memulai gerak percepatan akhir. Tahapan ini dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a.       Berat badan ditumpukan pada kaki kanan yang ditekuk
b.       Poros bahu ada diatas kaki kanan
c.       Kaki-kaki ada dalam posisi tumit jari-jari
d.       Cakram terlihat dibelakang badan (dari pandangan samping) lebih jelasnya lihat pada gambar 8.
Gambar 6
Tahap melepaskan cakram Bagian Pertama
(Sumber, IAAF 2000)

Gambar 7
Tahap Melepaskan Cakram Bagian Kedua
(Sumber, IAAF 2000)

Tahap pelepasan yang ketiga bertujuan untuk memulai gerak percepatan akhir. Seperti pada gambar 9 (Khomsin : 2008). Tahap ini dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a.    Tungkai kanan diputar/dipilin dan diluruskan secara eksplosif
b.    Pinggul kanan memutar kea rah depan lingkaran lempar
c.    Sisi kiri badan dihalangi oleh pelurusan kaki kiri dan memasang siku kiri yang ditekuk rapat dengan badan
d.    Berat badan digeser dari kanan ke kiri
e.    Lengan pelempar ditarik setelah kedua kaki membuat kontak dengan tanah dan pinggul telah diputar
f.      Cakram meninggalkan tangan pada atau sedikit di bawah ketinggian bahu (bahu adalah parallel).
Gambar 8
Tahap Melepaskan Cakram Bagian Ketiga
(Sumber, IAAF : 2000)

4.    Tahap Pemulihan (Recovery)
Tahap pemulihan ini mempunyai tujuan untuk menyeimbangkan pelempar dan mencegah pembuatan kesalahan (Khomsin : 2008). Tahap pemulihan ini dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a.    Kaki-kaki bertukar dengan cepat setelah cakram lepas
b.    Kaki kanan ditekuk
c.    Badan bagian atas diturunkan
d.    Kaki kiri di ayun ke belakang.

C.   Metode  dan Sampel Penelitian
Menurt Suharsimi Arikunto (2010:3) penelitian deskriptif adalah penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat dan terjadi dalam sebuah kancah, lapangan atau wilayah tertentu, data yang terkumpul diklasifikasikan dan dikelompokan menurut jenisnya, sifat, atau kondisinya. Kemudian dibuat kesimpulan.Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Sumadi Suryabrata (2011:76)
Menurut Zuldafrial (2006 : 57), “sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti dimana kesimpulan hasil penelitian berlaku untuk seluruh populasi” Penelitian Kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012 : 118), “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data diskriftif kuantitatif dengan survey tes dimana mahasiswi putri  melakukan tes lempar cakram dengan rubrik penilaian




No
Tahapan
Nilai

Persiapan : posisi badan rilek, kedua kaki berada di posisi sejajar baik diagonal atau horizontal, pandangan kearah cakram, tangan diayunkan dengan memegang cakram dari arah atas ke bawah dan di jepit keempat telunjuk jari.
Pelaksanaan: tubuh diputarkan dengan kecepatan maksimal, lemparan cakram kearah depan dengan sitinggi bahu mengarah keatas dan lurus didepan mata pada saat cakram dilepas, cakram memutar kearah jarum jam dengan diawali klik ibu jari menyeluruh tiga jari susulan.
Akhiran : posisi tetap di lapangan cakram dengan menahan keseimbangan tubuh agar tidak kluar areal.
4
( Ahmad Atiq : 2013 : 34)

D.   Hasil penelitian
Pada saat pembelajaran lempar cakram berlangsung mahasiswi sebelumnya sudah disarankan untuk melakukan pembelajaran dahulu sehingga diharapkan agar tidak mengalami kendala yang berlebihan seperti putaran cakram pada saat lepas dari pegangan, ketidak tepatan pada saat melakukan awalan dan yang lebih menonjol cakram tidak mau berjalan diudara oleh karena itu mahasiswi diberikan penguatan agar pada saat melakukan lemparan cakram bisa berjalan dengan baik,
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan terhadap mahasiswi angkatan tahun 2014 yang berjumlah 25 terjadi tiga kategori, bisa dilihat ditabel bawah ini :
Tabel 1
data tehnik lempar cakram Mahasiswi angkatan 2014

No
kategori
Jumlah
Persentasi
1
Baik
10
40 %
2
Sedang
8
32 %
3
Kurang
7
28%
E.   PENUTUP
            Lempar cakram mahasiswi angkatan 2014 secara operasional masih belum menguasai tahapan – tahapan yang dilakukan pada saat melempar cakram hal ini disebabkan kurangnya pertemuan pada saat pembelajaran dari sesi pertemuan yang berlangsung

DAFTAR PUSTAKA

Atiq Ahmad (2013) bahan ajar atletik. Ilmu olahraga
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Khomsin. (2008). Atletik 2 Dasar-dasar Pembelajaran Atletik. Lompat Jangkit, Lari Gawang, Lempar Lembing, Lompat Tinggi, Lempar Cakram, Lari Estafet, Jalan Cepat dan Peraturan Perlombaan. Semarang : UNNES PRESS
Mark Guthrie. (2008). Sukses Melatih Atletik. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani
Suryabrata, Sumadi. (2011). Metodologi Penelitian. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet.
IAAF. (1993). Pengenalan Kepada Teori Pelatihan. Program Pendidikan dan Sistem Sertifikasi Pelatih Atletik. Jakarta : PASI
Winendra Adi, Kharisma Adi, dan Joe Manuk.  (2008). Seri Olahraga Atletik Lari, Lompat, Lempar. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani