Rabu, 07 Desember 2011

pembentukan karakter dalam olahraga sepakbola



PEMBENTUKAN KARAKTER DALAM OLAHRAGA SEPAKBOLA
Oleh
Ahmad Atiq M.Pd
198303042009121002



PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2011
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .........................................................................................     i


BAB. I
A. Latar Belakang .......................................................................    1
B. Masalah ...................................................................................    1
C. Tujuan .....................................................................................    1
D. Aplikasi....................................................................................    2


BAB. II
A. Kajian Pustaka
          1. Pembentukan karakter....................................................    4   
          2. Sepakbola.......................................................................     5

BAB. III
          B. Sintesis ...................................................................................     6
          C. Evaluasi .................................................................................      8

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................       9






BAB I
 PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Sudah lebih dari setenggah abad bangsa Indonesia merdeka namun sampai sekarang justru bangsa Indonesia semakin mengalami degradasi atau keterpurukan  karakter dalam masyarakat dan berolahraga, Meningkatnya ketidak percayaan antar teman, tindakan kriminal dan semakin menjadi-jadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di bangsa ini menunjukan bahwa masyarakat Indonesia sedang kehilangan jati diri,olah hati dan karisma, Belum lagi ancaman disintegrasi bangsa yang menggejala di berbagai daerah semakin menguatkan bahwa bangsa ini sedang mengalami kriris moral karakter kebangsaan. Pendidikan yang semestinya menjadi motor ”perbaikan” sekaligus ”pembentukan” karakter  justru mengalami kegagalannya. Meskipun mengalami kegagalan, pendidikan masih menjadi sarana yang paling efektif untuk membentuk karakter dalam diri masyarakat Indonesia yang sesungguhnya.Reorientasi pendidikan dengan mendorong peran pemerintah lebih optimal serta revitalisasi pendidik merupakan langkah awal yang harus ditempuh untuk menjadikan pendidikan sebagai motor perbaikan dan pembentukan karakter . Pendidikan jasmani  merupakan sebuah tawaran solutif atas implementasi pembelajaran yang berlansung baik secara otak dan otot melalui ranah koknitif,afektif dan sikomotor yang selama ini telah menyebabkan pendidikan terdikotomi dan parsial. Misalnya olahraga sepakbola yang mungkin bisa mewujudkanya di tinjau dari aspek apapun olahraga sepakbola merupakan olahraga yang bisa mempersatukan ras,suku,budaya,adat istiadat dan keyakinan berupa agama,.

B.     MASALAH
A.    Bagaimana pembentukan karakter dalam olahraga sepakbola

B.     TUJUAN

A.    Untuk mengetahui pembentukan karakter dalam olahraga sepakbola

D. Aplikasi
Olahraga adalah bentuk kegiatan untuk melatih tubuh seseorang atau jasmani dan rohani seseorang. Mungkin kita masih ingat akan falsafah olahraga yang tak asing lagi yaitu didalam tubuh yang kuat akan terdapat jiwa yang sehat pula, Dengan aktivitas olahraga kita banyak mendapatkan hal-hal yang positif, Olahraga bukan sekedar kegiatan yang berorientasi kepada faktor fisik belaka, Dengan olahraga juga dapat melatih sikap dan mental kita baik formal dan non formal.
Aktivitas olahraga sebaiknya juga kita tekankan kepada anak-anak baik di tingkat SD,SMP Maupun SMA Banyak hal yang kita dapatkan apabila anak-anak didik kita dapat melakukan aktivitas olahraga, apalagi jika si anak tersebut memiliki potensi dan bakat khusus dibidang olahraga. Peran orang tua sangat penting untuk bisa mengantarkan dan membuka pintu-pintu prestasi, Sudah menjadi kewajiban kita sebagai orang tua untuk selalu sabar dan berusaha mengontrol segala kegiatan anak didik masing-masing orang tua juga berusaha untuk  memberikan fasilitas atau alat-alat yang dibutuhkan seorang anak untuk melakukan aktivitas olahraga.
Beberapa alasan yang perlunya kita fahami adalah anak-anak memiliki rasa yang kecenderungan senang terhadap berbagai macam permainan. Oleh karenanya orang tua dapat mengarahkan dan memberikan pilihan-pilihan bentuk permainan yang ada di aktivitas olahraga, syukur jika kita dapat memasukkan anak dalam club-club olahraga yang ada di tempat sekitar kita.
Misalnya sepakbola maupun olahraga lain yang mendukung. Cara-cara ini akan mendidik dan berlatih anak untuk mengenal diri sendiri dan bersosialisasi kepada sesamanya dengan saling menghargai, mempercayai,bekerjasama dalam mencapai prestasi tinggi. Selain itu melalui latihan-latihan yang rutin anak juga terdidik untuk melakukan program pembiasaan yaitu saling berjabat tangan pada saat memulai dan mengakhiri latihan, baik dengan teman, orang tua serta dengan semua yang hadir di tempat latihan. Pembiasaan lain adalah melatih kedisiplinan anak untuk menghargai waktu, jika ada diantara anak  yang datang tidak tepat waktu tanpa alasan yang jelas,  maka  anak diberikan  punishment atau hukuman yang bersifat positif. Bentuk-bentuk hukuman seperti lari mengelilingi lapangan dan  push up atau sejenisnya adalah hal yang biasa dalam dunia olahraga. Self-diciplin diharapkan dapat terbentuk.


Hal lain yang dapat kita peroleh dari aktivitas olahraga adalah melatih anak untuk memiliki semangat  juang yang tinggi baik pada saat latihan ataupun pada saat menghadapi pertandingan-pertandingan yang resmi. Nilai-nilai mental lain juga terbentuk, mengakui kemenangan orang lain dan menerima kekalahan adalah bentuk penanaman nilai  berupa penghargaan dan nilai keadilan
,rasa sosial yang besar dalam pembentukan karakter.


















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pembentukan karakter
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
Dalam buku The Psychology of Moral Development (1927), Lawrence Kohlberg menyimpulkan terhadap hasil penelitian empiriknya terhadap perkembangan moralitas anak-anak dari berbagai latar belakang agama, yaitu Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, dan Islam, bahwa agama dan institusi agama tidak memiliki pengaruh terhadap perkembangan moral seseorang. Teori yang dihasilkan dari penelitian Kohlberg dikenal dengan teori kognitif-developmental, yaitu 3 (tiga) tingkatan dan 6 (enam) tahapan perkembangan moral yang menegaskan bahwa pada intinya moralitas mewakilil seperangkat pertimbangan dan putusan rasional yang berlaku untuk setiap kebudayaan, yaitu prinsip kesejahteraan dan prinsip keadilan. Menurutnya, prinsip keadilan merupakan komponen pokok dalam proses perkembangan moral yang kemudian diterapkan dalam proses pendidikan moral.
Sementara jauh sebelumnya, Sigmund Freud memiliki pendapat tentang potensi pada diri manusia yang sangat berpengaruh terhadap karakternya, yaitu: id, ego, dan superego (es, ich, ueberich). Menurutnya, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psiko-seksual tertentu pada enam tahun pertama dalam kehidupannya. Berdasarkan teorinya tersebut, Freud menyimpulkan bahwa moralitas merupakan sebuah proses penyesuaian antara id, ego, dan superego. Titik lemah terbesar Freud dan para penganutnya bukan pada kesalahan teorinya, tetapi adalah over generalisasi dari teori tersebut, sehingga dalam kacamata Freud, manusia dapat dikatakan tidak berbeda dengan binatang, bahkan lebih menderita karena tidak sebebas binatang dalam melampiaskan nafsunya.
B.     Sepakbola
Menurut wikipediaSepak bola adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Olahraga ini sangat terkenal dan dimainkan di 200 negara. Permainan sepak bola bertujuan untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya dengan menggunakan bola kulit berukuran 27-28 inci. Lapangan yang digunakan dalam permainan ini memiliki lebar 50-100 yard dan panjang 100-300 yard. Gawang tempat mencetak gol terletak di bagian ujung lapangan dengan dibatasi jaring berukuran tinggi 8 kaki dan lebar 24 kaki.
Menurut humanities Sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak bola kian kemari untuk diperebutkan di antara pemain-pemain yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang sendiri agar tidak kemasukan bola. Di dalam permainan sepak bola, setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan. Hanya penjaga gawang atau kiper yang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan. Sepak bola merupakan permainan beregu yang masing-masing regu terdiri atas sebelas pemain. Biasanya permainan sepak bola dimainkan dalam dua babak (2x45 menit) dengan waktu istirahat (10 menit) di antara dua babak tersebut. Mencetak gol ke gawang merupakan sasaran dari setiap kesebelasan. Suatu kesebelasan dinyatakan sebagai pemenang apabila kesebelasan tersebut dapat memasukkan bola ke gawang lebih banyak dan kemasukan bola lebih sedikit jika dibandingkan dengan lawannya.
Menurut wordpress Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-masing kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya kelompok tersebut juga dinamakan kesebelasan.



BAB III
SINTESIS DAN EVALUASI

A.    SINTESIS
Dalam mengajarkan Etika dan Nilai moral sebaiknya lebih bersifat contoh, pepatah mengatakan bahwa tindakan lebih baik baik dari kata-kata. Lutan mengatakan Nilai Moral itu beraneka macam, termasuk loyalitas, kebajikan, kehormatan, kebenaran, respek, keramahan, integritas, keadilan, kooperasi, tugas dll. Lebih lanjut dikatakan ada 4 nilai moral yang menjadi inti dan bersifat universal yaitu :
1. Keadilan.
Keadilan ada dalam beberapa bentuk ; distributif, prosedural, retributif dan kompensasi. Keadilan distributif berarti keadilan yang mencakup pembagian
dan beban secara relatif. Keadilan prosedural mencakup persepsi terhadap g dinilai sportif atau fair dalam menentukan hasil. Keadilan retributif mencakup persepsi yang fair sehubungan dengan hukuman yang dijatuhkan bagi pelanggar hukum. Keadilan kompensasi mencakup persepsi mengenai kebaikan atau keuntungan yang diperoleh penderita atau yang diderita pada waktu sebelumnya.
Seorang wasit bila ragu memutuskan apakah pemain penyerang berada pada posisi off-side dalam sepakbola, ia minta pendapat penjaga garis. Semua pemain penyerang akan protes, meskipun akhirnya harus dapat menerima, jika misalnya wasit dalam kasus lainnya memberikan hukuman tendangan penalti akibat pemain bertahana menyentuh bola dengan tanganya, atau sengaja menangkap bola di daerah penalti. Tentu saja ia berusaha berbuat seadil mungkin. Bila ia kurang yakin, mungkin cukup dengan memberikan hukuman berupa tendangan bebas.
2.      Kejujuran
Kejujuran dan kebajikan selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan terpercaya selalu terkait dengan kesan tidak berdusta, menipu atau memperdaya. Hal ini terwujud dalam tindak dan perkataan.
Semua pihak percaya bahwa wasit dapat mempertaruhkan integritasnya dengan membuat keputusan yang fair. Ia terpercaya karena keputusannya mencerminkan kejujuran.
3.      Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab ini adalah pertanggungan perbuatan sendiri. Seorang atlet harus bertanggung jawab kepada timnya, pelatihnya dan kepada permainan itu sendiri. Tanggung jawab ini merupakan nilai moral terpenting dalam olahraga.
4.      Kedamaian
Kedamaian mengandung pengertian : a)tidak akan menganiaya, b)mencegah penganiayaan, c) menghilangkan penganiaan, dan d)berbuat baik. Bayangkan bila ada pelatih yang mengintrusksikan untuk mencederai lawan agar tidak mampu bermain?
Dengan menekankan 4 nilai diatas pembentukan karakter akan mudah dicapai seperti apa yang kita harapkan. Karena 4 nilai di atas merupakan kunci utama untuk membentuk karakter seseorang.
B.     EVALUASI
         Dari uraian di atas maka kita bisa  menghasilkan pengetahuan baru melalui penelitian peningkatan pada aktivitas manusia menyebabkan peningkatan kinerja manusia, kesehatan dan kualitas hidup. perkembangan karakter menjadi bagian yang krusial dalam pengalaman olahraga pada level anak didik menuju remaja yang berkualitas, Olahraga adalah sebuah lingkungan yang menyimbolkan nilai-nilai budaya dan menjadi media dimana orang muda dapat belajar tentang pengalaman banyak nilai-nilai inti yang terkandungnya. Karakter dapat diajarkan dan dipelajari dalam setting olahraga. Pengalaman olahraga dapat membangun karakter, kecuali jika lingkungannya dibentuk, dinyatakan, dan direncanakan untuk mencapai tujuan mengembangkan karakter.













DAFTAR PUSTAKA

Kompas, Pembentukan karakter bangsa: hendaknya berangakat dari budaya lokal, Senin 24 Januari 2000
Rusli Lutan (ed)., (2001) Olahraga dan Etika Fair Play. Direktorat
Pemberdayaan IPTEK Olahraga, Dirjen OR, Depdiknas, Jakarta: CV.
Berdua Satutujuan.


William H. Freeman, 6th ed. (2001) Physical Education and sport in a changing
society. Boston: Allyn & Bacon.

________, Membangun karakter bangsa lewat pendidikan; Selasa 7 Maret 2000

http://sangpembuatjejak.com/education/pendidikan-karakter-solusi-masalah-indonesia





Tidak ada komentar:

Posting Komentar