TEKNIK DASAR LEMPAR CAKRAM MAHASISWI
ANGKATAN 2014
Ahmad Atiq
ABSTRACT
Discus throwing is one of the throwing
events in athletics, where the tools were cast in the form of discs with a
certain weight and size. Number discus throwing is always competed in every
championship multy special event or championship for athletics, both for the
individual as well as a mixture of boys and girls (Dasa Competition) for
example, the official championships such as PON, SEA Games, Asian Games,
Olympics etc.
Sports discus throwing is one of the main numbers throwing competitions in athletics. However, in the indoor athletics, discus throwing numbers not raced. This sport has been around since the ancient Olympic Games. In discus throwing competition, athletes compete throwing a disc-shaped object as far as possible to follow the regulations. In the race's official athletics, each athlete was given the opportunity to throw as much as three times. Then, from a number of athletes at the beginning baba, will be selected eight best athletes, who will be given the opportunity three times to roll again. Discus throwing athletes raced for both men and women's health physical education and recreation, amounting to 25 student with good category 10 students with a percentage of 40% and categories were 8 students with a percentage of 32% and less than 7 student categories by percentage of 28% for the necessary kontiyu do exercises that basic throwing techniques in particular can be a better daughter.
Sports discus throwing is one of the main numbers throwing competitions in athletics. However, in the indoor athletics, discus throwing numbers not raced. This sport has been around since the ancient Olympic Games. In discus throwing competition, athletes compete throwing a disc-shaped object as far as possible to follow the regulations. In the race's official athletics, each athlete was given the opportunity to throw as much as three times. Then, from a number of athletes at the beginning baba, will be selected eight best athletes, who will be given the opportunity three times to roll again. Discus throwing athletes raced for both men and women's health physical education and recreation, amounting to 25 student with good category 10 students with a percentage of 40% and categories were 8 students with a percentage of 32% and less than 7 student categories by percentage of 28% for the necessary kontiyu do exercises that basic throwing techniques in particular can be a better daughter.
Keywords
: basic techniques of
throwing
students of
2014
ABSTRAK
Lempar cakram adalah salah satu nomor lempar dalam cabang
olahraga atletik, dimana alat yang dilemparkan berupa cakram dengan berat dan
ukuran tertentu. Nomor lempar cakram ini selalu dilombakan dalam setiap
kejuaraan multy event atau kejuaraan
yang khusus untuk cabang olahraga atletik, baik untuk nomor perorangan putra
dan putri maupun campuran (Dasa Lomba) misalnya, kejuaraan resmi seperti PON,
Sea Games, ASEAN Games, Olimpiade dll.
Olahraga lempar cakram adalah salah satu nomor perlombaan
lempar yang utama dalam atletik. Namun, dalam perlombaan atletik indoor, nomor
lempar cakram tidak diperlombakan. Olahraga ini telah ada sejak Olimpiade kuno.
Dalam perlombaan lempar cakram, atlet berlomba melemparkan objek berbentuk
cakram sejauh mungkin dengan mengikuti peraturan yang berlaku. Dalam perlombaan
atletik resmi, setiap atlet diberi kesempatan melempar sebanyak tiga kali.
Kemudian, dari sejumlah atlet pada baba awal, akan dipilih delapan atlet
terbaik, yang akan diberi kesempatan tiga kali lemparan lagi. Lempar cakram diperlombakan bagi atlet-atlet
laki-laki ataupun perempuan pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi yang
berjumlah 25 mahasiswi dengan kategori baik 10 mahasiswa dengan persentasi 40%
dan kategori sedang 8 mahasiswa dengan persentasi 32% dan kategori kurang 7
mahasiswi dengan persentasi 28 % untuk perlu dilakukan latihan yang kontiyu
agar tehnik dasar lempar cakram khususnya putri bisa bisa lebih baik.
Kata Kunci : tehnik dasar lempar cakram mahasiswi angkatan 2014
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Selain memiliki teknik serta alat yang berbeda dan unik, nomor-nomor
olahraga lempar semuanya dimulai dari ritme, kekuatan, dan mungkin yang paling
penting kemapuan serta keterampilan
serta teknik dasar yang kuat. Ritme lemparan dapat dilihat dan di dengarkan
oleh pelatih. Pada semua nomor lempar, dapat dilihat akselerasi atlet dan
peralatannya, serta dapat mendengar akselerasi kaki atlet tersebut. Ritme
kecepatan kaki saat melempar sangat berhubungan dengan kecepatan laju alat
lempar, yang pada akhirnya menghasilkan kecepatan yang tinggi, yaitu lemparan
yang jauh.
Untuk menghasilkan lemparan yang optimal, diperlukan adanya
kekuatan dan daya. Namun, kekuatan yang terlalu besar justru akan mengganggu
pola gerakan alami atlet. (Mark Guthrie, 2008) jika seorang atlet menggunakan
terlalu banyak kekuatan dalam usahanya untuk menjadi lebih kuat, otot-ototnya
akan mengalami rasa sakit sehingga menurunkan kualitas dan perkembangan teknik
pada latihan berikutnya. Dengan melihat hal tersebut, cara terbaik untuk
meningkatkan kekuatan atlet adalah dengan menggunakan pendekatan bertingkat.
Hal ini berarti semakin jauh jarak lempar seseorang, maka semakin besar pula
kekuatan yang diperlukannya. Suatu kekuatan harus dibentuk secara perlahan,
tanpa mengorbankan teknik yang tepat.
Gerakan pada lempar cakram dimulai dari arah belakang
menghadap ke arah 15° sampai ke -15° (atau 345°). Seorang pelatih atau atlet
dapat memilih posisi awal sesuka hatinya, tetapi hal tersebut tidak berpengaruh
pada hasil lemparan, apalagi peningkatan tenaga lemparan. Namun posisi awal
pada posisi -15° memberikan jarak yang lebih panjang untuk percepatan (Mark
Guhtrie, 2008).
Nomor lempar cakram menyerupai putaran pada tolak peluru,
hanya saja ritmenya lebih cepat, tuasnya lebih panjang, dan memiliki sudut
lemparan yang lebih rendah.
Untuk memulai gerakan lempar cakram, pelempar berputar
searah jarum jam dengan menggunakan kedua kakinya, tetapi sumbunya adalah kaki
kiri. Tenaga putaran tidak banyak berperan disini. Yang paling penting adalah
pelempar memiliki keseimbangan dan mulai dalam ritme untuk melempar. Telapak
tangan kiri diletakkan di atas dan pelempar melihat melalui arah tangan kiri.
Kedua kaki tetap menapak ditanah selama beberapa saat.
Di titik ini,
pelempar dengan tangan kanan langsung melempar dari arah kiri. Lengan kiri dan
kaki kiri berputar secara sinkronis. Langkah selanjutnya adalah mengangkat
lutut kanan menuju posisi di sector kiri disertai dengan pergelangan kaki
menegang, jari-jari dan lutut kanan diangkat. Posisi bahu dan lengan kiri
tetap, sedangkan lengan kanan diangkat 220° ke arah sector kiri dan lengan kiri
menghadap bawah.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mendapatkan prestasi
lemparan yang maksimal, seorang pelempar harus dapat melakukan gerakan-gerakan
lempar cakram dengan sempurna. Untuk dapat melakukan hal tersebut tidak lah
mudah untuk dilakukan, seorang pelempar harus dapat memahami dan melakukan
serangkaian gerakan lempar cakram dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, maka
sangat perlu bagi atlet lempar dan pelatih serta guru penjasorkes di sekolah
untuk mengetahui teknik dasar lempar cakram yang sesuai dengan mekanisme
mekanika gerak dalam lempar cakram.
Secara umum pembahasan didalam makalah ini diarahkan untuk
memberikan gambaran tentang teknik-teknik gerak dasar dalam melakukan lempar
cakram. Secara khusus pembahasan akan
diarahkan pada pelaksanaan gerak dasar memegang cakram, tahap ayunan, tahap
putaran, tahap melepaskan cakram, dan tahap pemulihan (recovery).
Secara teoritis diharapkan pembahasan mengenai teknik dasar
lempar cakram ini dapat memberikan
sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya cabang olahraga
atletik nomor lempar cakram. Sedangkan secara praktis, diharapkan pembahasan
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya untuk menambah pengalaman dan
pengetahuan mengenai cara menulis sebuah karya ilmiah, bagi pelatih sebagai
bahan untuk mempertimbangan dan memperbaiki gerakan atlet, bagi guru
penjasorkes dapat dijadikan tambahan pengetahuan tentang gerak dasar lempar
cakram.
B. KAJIAN
PUSTAKA
Pengertian Lempar Cakram
Lempar cakram adalah salah satu nomor lempar dalam cabang
olahraga atletik, dimana alat yang dilemparkan beruka cakram dengan berat dan
ukuran tertentu. Nomor lempar cakram ini selalu dilombakan dalam setiap
kejuaraan multy event atau kejuaraan
yang khusus untuk cabang olahraga atletik, baik untuk nomor perorangan putra
dan putrid maupun campuran (Dasa Lomba) misalnya, kejuaraan resmi seperti PON,
Sea Games, ASEAN Games, Olimpiade dll (Khomsin, 2008)
Olahraga lempar cakram adalah salah satu nomor perlombaan
lempar yang utama dalam atletik. Namun, dalam perlombaan atletik indoor, nomor
lempar cakram tidak diperlombakan. Olahraga ini telah ada sejak Olimpiade kuno.
Dalam perlombaan lempar cakram, atlet berlomba melemparkan objek berbentuk
cakram sejauh mungkin dengan mengikuti peraturan yang berlaku. Dalam perlombaan
atletik resmi, setiap atlet diberi kesempatan melempar sebanyak tiga kali.
Kemudian, dari sejumlah atlet pada baba awal, akan dipilih delapan atlet
terbaik, yang akan diberi kesempatan tiga kali lemparan lagi. Lempar cakram diperlombakan bagi atlet-atlet
laki-laki ataupun perempuan (Winendra Adi, dkk : 2008).
Untuk dapat melempar cakram dengan benar dan hasilnya
maksimum, maka seorang pelempar harus memahami persyaratan yang diperlukan bagi
seorang pelempar, baik dari aspek fisik, teknik, taktik, strategi dan psikis.
Keempat komponen ini harus dikembangkan secara komprehensif untuk menjadi atlet
yang handal (Khomsin, 2008).
Berat
Cakram
Berat cakram yang dipergunakan untuk
perlombaan untuk nomor lempar cakram untuk kelompok putra berat cakram yang
digunakan dibedakan berdasarkan usia, sedangkan untuk kelompok putrid berat
cakram yang digunakan tidak dibedakan antara kelompok umur yang satu dengan
yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Berat
Cakram berdasarkan jenis Kelamin dan Kelompok Usia
Kelompok Umur
|
Jenis Kelamin
|
|
Pria
|
Wanita
|
|
<
Usia 15 tahun
|
1,25
kg
|
1
kg
|
<
Usia 17 tahun
|
1,50
kg
|
1
kg
|
<
Usia 19 tahun
|
1,75
kg
|
1kg
|
Dewasa
|
2
kg
|
1
kg
|
(Sumber: PB PASI, 1986)
Menurut (Khomsin, 2008), Untuk
keperluan pelajaran, terutama untuk anak-anak, cakram yang digunakan dapat
dimodifikasi oleh guru atau pelatih dengan menggunakan bahan-bahan yang ada
dilingkungan dan memiliki tingkat keselamatan yang tinggi. Misalnya, cakram
dapat dibuat dari kayu yang secara khusus
adalah baik sekali, atau menggunakan alat bantu berupa ban luar sepeda
mini atau vespa. Untuk keperluan perlombaan dapat diakui cakram yang 1 kg atau
yang khusus ¾ kg (Khomsin, 2008). Cara pembuatan cakram dai bahan kayu adalah
sangat cocok untuk pembelajaran penjasorkes di sekolah. Buatlah dari kayu lunak
setebal ½ atau ¼ inci (inci = 2 ½ cm).
Lapangan Untuk Lempar Cakram
Lapangan lempar cakram berbentuk
lingkaran dengan diameter 2,50 m, sesuai dengan peraturan IAAF 2005, sector
untuk lempar cakram adalah 34,92°.
Teknik Dasar Lempar Cakram
Dalam belajar dan berlatih lempar
cakram ada beberapa teknik dasar yang perlu di kuasai oleh seorang siswa atau
atlet, agar prestasi yang dihasilkan dapat mencapai sasaran yang optimal. Untuk
kepentingan mengajar atau melatih, sebaiknya guru atau pelatih mengajarkan
semua gerakan dalam cabang olahraga lempar cakram tidak dilakukan secara
keseluruhan (berkesinambungan). Sebelum menuju ke teknik dasara dalam melakukan
lempar cakram terlebih perlu kita ketahui tahap memegang cakram (Khomsin :
2008).
Tahap Memegang Cakram
Pada tahap memegang cakram ini
merupakan tahap pertama dari serangkaian gerakan dalam cabang lempar cakram.
Berikut ini akan diuraikan tentang tujuan, petunjuk pelaksanaan, dan
saran-saran perbaikan atas beberapa kesalahan yang sering terjadi (Khomsin :
2008).
Untuk melempar dengan tangan kanan,
cakram diletakkan di atas yang kiri sebagai landasan (fungsi tangan kiri
seperti “tee” untuk bola golf). Tangan kanan diletakkan di atas cakram,
jari-jari direnggangkan tetapi tidak tegang, ruas pertama jari-jari melingkari
pinggiran cakram. Cakram tidak boleh sekali-kali dicengkeram, adalah gerakan
yang menyebabkan cakram tetap berada dalam posisinya begitu terlepas dari
tangan kiri sebagai landasannya (Khomsin : 2008).
a. Tujuan
Latihan
Tujuan latihan memegang cakram dalam nomor lempar cakram ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1)
Mendapatkan
pegangan yang paling efisien, sehingga penyaluran tenaga yang cukup efektif
pada saat cakram tersebut dilemparkan sehingga hasil lemparan dapat optimal
2)
Memberikan
putaran searah jarum jam pada cakram yang dilemparkan, sehingga dapat melayang
dengan stabil.
b. Petunjuk
Pelaksanaan
Menurut (Khomsin : 2008).Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada saat melakukan latihan memegang cakram, agar dapat memperoleh
pegangan yang paling nyaman, maka seorang pelempar harus:
1)
Cakram
harus diletakkan dalam telapak tangan dengan jari-jari dan ibu jari yang
tersebar, posisi jari-jari tangan tidak boleh menimbulkan kejanggalan
2)
Pinggiran cakram hendaknya terletak di
puncak sendi pada ruas jari pertama dari ke empat jari selain ibu jari. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1
Cara
Memegang Cakram Yang Benar
(Sumber,
Khomsin : 2008)
c. Saran
Perbaikan atas Beberapa Kesalahan yang Sering Terjadi
Saran perbaikan atas beberapa kesalahan
yang sering terjadi dalam tahap ini, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
Hindari
memegang cakram seperti sedang mencengkeram, dengan cara mencegah jangan sampai
sendi pertama jari-jari tangan berada di sekitar pinggiran cakram
2)
Usahakan
agar cakram tidak terjatuh meskipun tangan yang memegang cakram diarahkan ke
bawah.
TAHAP TEKNIK DASAR LEMPAR CAKRAM
Menurut (Khomsin : 2008), untuk teknik dasar lempar cakram
ada 4 tahapan gerak yang harus dipahami dengan baik, di antaranya adalah: 1)
tahap ayunan (Swing), 2) tahap
putaran (Turn), 3) Tahap lemparan (delivery), dan 4) tahap kembali ke
posisi awal (Recovery). Untuk lebih
jelasnya dapat di lihat pada gambar:
Gambar 2
Gerak
Dasar Lempar Cakram
(Sumber,
IAAF : 2000)
1. Tahap
Ayunan
Tahap
ayunan dalam lempar cakram dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.
Punggung
menghadap arah lemparan
b.
Kaki-kaki
terpisah selebar bahu
c.
Lutut
sedikit ditekuk, berat badan pada telapak kedua kaki
d.
Cakram
diayun ke belakang dan di belakang naik sampai proyeksi vertical dari tumit
kiri
e.
Badan
diputar pada waktu yang sama, lengan di upayakan agar berada tetap setinggi
bahu.
Tujuan dari tahap ayunan adalah untuk mempersiapkan gerakan
memutar dan untuk memberi pre-tegangan pada badan, bahu & lengan.
Gambar 3
Tahap
Ayunan
(Sumber,
IAAF : 2000)
2. Tahap
Putaran
Tahap putaran di bagi menjadi tahap putaran pertama dan
kedua, tahap pertama bertujuan untuk mempercepat gerak pelempar dan cakram
untuk mempersiapkan bagain yang tanpa pendukung (Khomsin : 2008), gerakan ini
dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
a.
Lutut
kiri, lengan kiri dan telapak kaki diputar secara aktif dan serentak searah
dengan lemparan
b.
Berat
badan di pindahkan diatas kaki kiri yang ditekuk
c.
Bahu
pelempar diupayakan ada dibelakang badan
d.
Kaki
kanan diayun rendah dan lebar melewati lingkaran lempar, lebih jelasnya lihat
gambar dibawah ini:
Gambar 4
Tahap
Putaran yang pertama
(Sumber,
IAAF : 2000)
Pada tahap putaran yang kedua mempunyai tujuan untuk
mempercepat pelempar dan cakram dan membangun pra-tegangan di dalam badan
(Khomsin : 2008), tahap putaran yang kedua ini dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a.
Kaki
kiri mendorong ke depan ketika jari-jarinya menunjukan ke arah lemparan
b.
Lompatan
datar dengan pelurusan yang tak penuh dari kaki pendorong
c.
Lengan
pelempar ada di atas tingginya pinggul dan dibelakang badan
d.
Kaki
kanan mendarat dengan aktif pada telapak kaki, memutar kedalam seperti biasa
e.
Lengan
kiri ditahan menyilang dada
f.
Kaki
kiri melintas melewati lutut kanan dalam perjalanan ke lingkaran lempar bagian
depan. Lebih lanjut lihat gambar dibawah ini:
Gambar 5
Tahap
ayunan bagian kedua
(Sumber,
IAAF : 2000)
3. Tahap
Melepaskan Cakram
Menurut (Khomsin : 2008), tahap melepaskan cakram terdiri
dari tiga tahap, tahap yang pertama bertujuan untuk memelihara momentum dan
memulai gerak percepatan akhir dari cakram. Tahapan ini dilakkan dengan cara
sebagai berikut:
a.
Tungkai
kanan ditekuk
b.
Kaki
kanan segera diputar ke arah lemparan
c.
Lengan
kiri menunjuk ke arah belakang lingkaran lempar
d.
Cakram
setinggi kepala
e.
Kaki
kiri mendarat segera setelah kaki kanan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
7.
Tahap pelepasan yang kedua bertujuan untuk memulai gerak
percepatan akhir. Tahapan ini dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a.
Berat
badan ditumpukan pada kaki kanan yang ditekuk
b.
Poros
bahu ada diatas kaki kanan
c.
Kaki-kaki
ada dalam posisi tumit jari-jari
d.
Cakram
terlihat dibelakang badan (dari pandangan samping) lebih jelasnya lihat pada
gambar 8.
Gambar 6
Tahap
melepaskan cakram Bagian Pertama
(Sumber,
IAAF 2000)
Gambar 7
Tahap
Melepaskan Cakram Bagian Kedua
(Sumber,
IAAF 2000)
Tahap pelepasan yang ketiga bertujuan untuk memulai gerak
percepatan akhir. Seperti pada gambar 9 (Khomsin : 2008). Tahap ini dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
a.
Tungkai
kanan diputar/dipilin dan diluruskan secara eksplosif
b.
Pinggul
kanan memutar kea rah depan lingkaran lempar
c.
Sisi
kiri badan dihalangi oleh pelurusan kaki kiri dan memasang siku kiri yang
ditekuk rapat dengan badan
d.
Berat
badan digeser dari kanan ke kiri
e.
Lengan
pelempar ditarik setelah kedua kaki membuat kontak dengan tanah dan pinggul
telah diputar
f.
Cakram
meninggalkan tangan pada atau sedikit di bawah ketinggian bahu (bahu adalah
parallel).
Gambar 8
Tahap
Melepaskan Cakram Bagian Ketiga
(Sumber,
IAAF : 2000)
4. Tahap
Pemulihan (Recovery)
Tahap pemulihan ini mempunyai tujuan untuk menyeimbangkan
pelempar dan mencegah pembuatan kesalahan (Khomsin : 2008). Tahap pemulihan ini
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a.
Kaki-kaki
bertukar dengan cepat setelah cakram lepas
b.
Kaki
kanan ditekuk
c.
Badan
bagian atas diturunkan
d.
Kaki
kiri di ayun ke belakang.
C. Metode
dan Sampel Penelitian
Menurt Suharsimi Arikunto (2010:3)
penelitian deskriptif adalah penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa
yang terdapat dan terjadi dalam sebuah kancah, lapangan atau wilayah tertentu,
data yang terkumpul diklasifikasikan dan dikelompokan menurut jenisnya, sifat,
atau kondisinya. Kemudian dibuat kesimpulan.Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau
kejadian-kejadian (Sumadi Suryabrata (2011:76)
Menurut
Zuldafrial (2006 : 57), “sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti
dimana kesimpulan hasil penelitian berlaku untuk seluruh populasi” Penelitian Kuantitatif. Menurut Sugiyono
(2012 : 118), “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili).
penelitian yang digunakan untuk mendapatkan
data diskriftif kuantitatif dengan survey tes dimana mahasiswi putri melakukan tes lempar cakram dengan rubrik
penilaian
No
|
Tahapan
|
Nilai
|
|
Persiapan
:
posisi badan rilek, kedua kaki berada di posisi sejajar baik diagonal atau
horizontal, pandangan kearah cakram, tangan diayunkan dengan memegang cakram
dari arah atas ke bawah dan di jepit keempat telunjuk jari.
Pelaksanaan:
tubuh diputarkan dengan kecepatan maksimal, lemparan cakram kearah depan
dengan sitinggi bahu mengarah keatas dan lurus didepan mata pada saat cakram
dilepas, cakram memutar kearah jarum jam dengan diawali klik ibu jari
menyeluruh tiga jari susulan.
Akhiran :
posisi tetap di lapangan cakram dengan menahan keseimbangan tubuh agar tidak
kluar areal.
|
4
|
( Ahmad Atiq : 2013 : 34)
D. Hasil
penelitian
Pada
saat pembelajaran lempar cakram berlangsung mahasiswi sebelumnya sudah
disarankan untuk melakukan pembelajaran dahulu sehingga diharapkan agar tidak
mengalami kendala yang berlebihan seperti putaran cakram pada saat lepas dari
pegangan, ketidak tepatan pada saat melakukan awalan dan yang lebih menonjol
cakram tidak mau berjalan diudara oleh karena itu mahasiswi diberikan penguatan
agar pada saat melakukan lemparan cakram bisa berjalan dengan baik,
Dari
hasil penelitian yang sudah dilakukan terhadap mahasiswi angkatan tahun 2014
yang berjumlah 25 terjadi tiga kategori, bisa dilihat ditabel bawah ini :
Tabel
1
data
tehnik lempar cakram Mahasiswi angkatan 2014
No
|
kategori
|
Jumlah
|
Persentasi
|
1
|
Baik
|
10
|
40 %
|
2
|
Sedang
|
8
|
32 %
|
3
|
Kurang
|
7
|
28%
|
E. PENUTUP
Lempar cakram mahasiswi angkatan 2014
secara operasional masih belum menguasai tahapan – tahapan yang dilakukan pada
saat melempar cakram hal ini disebabkan kurangnya pertemuan pada saat
pembelajaran dari sesi pertemuan yang berlangsung
DAFTAR PUSTAKA
Atiq Ahmad (2013) bahan ajar atletik.
Ilmu olahraga
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT
Khomsin.
(2008). Atletik 2 Dasar-dasar
Pembelajaran Atletik. Lompat Jangkit, Lari Gawang, Lempar Lembing, Lompat
Tinggi, Lempar Cakram, Lari Estafet, Jalan Cepat dan Peraturan Perlombaan. Semarang
: UNNES PRESS
Mark
Guthrie. (2008). Sukses Melatih Atletik. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani
Suryabrata, Sumadi. (2011). Metodologi Penelitian. PT RajaGrafindo
Persada: Jakarta.
Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet.
IAAF.
(1993). Pengenalan Kepada Teori
Pelatihan. Program Pendidikan dan Sistem Sertifikasi Pelatih Atletik.
Jakarta : PASI
Winendra
Adi, Kharisma Adi, dan Joe Manuk.
(2008). Seri Olahraga Atletik
Lari, Lompat, Lempar. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar