Rabu, 07 Desember 2011

pembentukan karakter dalam olahraga sepakbola



PEMBENTUKAN KARAKTER DALAM OLAHRAGA SEPAKBOLA
Oleh
Ahmad Atiq M.Pd
198303042009121002



PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2011
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .........................................................................................     i


BAB. I
A. Latar Belakang .......................................................................    1
B. Masalah ...................................................................................    1
C. Tujuan .....................................................................................    1
D. Aplikasi....................................................................................    2


BAB. II
A. Kajian Pustaka
          1. Pembentukan karakter....................................................    4   
          2. Sepakbola.......................................................................     5

BAB. III
          B. Sintesis ...................................................................................     6
          C. Evaluasi .................................................................................      8

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................       9






BAB I
 PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Sudah lebih dari setenggah abad bangsa Indonesia merdeka namun sampai sekarang justru bangsa Indonesia semakin mengalami degradasi atau keterpurukan  karakter dalam masyarakat dan berolahraga, Meningkatnya ketidak percayaan antar teman, tindakan kriminal dan semakin menjadi-jadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di bangsa ini menunjukan bahwa masyarakat Indonesia sedang kehilangan jati diri,olah hati dan karisma, Belum lagi ancaman disintegrasi bangsa yang menggejala di berbagai daerah semakin menguatkan bahwa bangsa ini sedang mengalami kriris moral karakter kebangsaan. Pendidikan yang semestinya menjadi motor ”perbaikan” sekaligus ”pembentukan” karakter  justru mengalami kegagalannya. Meskipun mengalami kegagalan, pendidikan masih menjadi sarana yang paling efektif untuk membentuk karakter dalam diri masyarakat Indonesia yang sesungguhnya.Reorientasi pendidikan dengan mendorong peran pemerintah lebih optimal serta revitalisasi pendidik merupakan langkah awal yang harus ditempuh untuk menjadikan pendidikan sebagai motor perbaikan dan pembentukan karakter . Pendidikan jasmani  merupakan sebuah tawaran solutif atas implementasi pembelajaran yang berlansung baik secara otak dan otot melalui ranah koknitif,afektif dan sikomotor yang selama ini telah menyebabkan pendidikan terdikotomi dan parsial. Misalnya olahraga sepakbola yang mungkin bisa mewujudkanya di tinjau dari aspek apapun olahraga sepakbola merupakan olahraga yang bisa mempersatukan ras,suku,budaya,adat istiadat dan keyakinan berupa agama,.

B.     MASALAH
A.    Bagaimana pembentukan karakter dalam olahraga sepakbola

B.     TUJUAN

A.    Untuk mengetahui pembentukan karakter dalam olahraga sepakbola

D. Aplikasi
Olahraga adalah bentuk kegiatan untuk melatih tubuh seseorang atau jasmani dan rohani seseorang. Mungkin kita masih ingat akan falsafah olahraga yang tak asing lagi yaitu didalam tubuh yang kuat akan terdapat jiwa yang sehat pula, Dengan aktivitas olahraga kita banyak mendapatkan hal-hal yang positif, Olahraga bukan sekedar kegiatan yang berorientasi kepada faktor fisik belaka, Dengan olahraga juga dapat melatih sikap dan mental kita baik formal dan non formal.
Aktivitas olahraga sebaiknya juga kita tekankan kepada anak-anak baik di tingkat SD,SMP Maupun SMA Banyak hal yang kita dapatkan apabila anak-anak didik kita dapat melakukan aktivitas olahraga, apalagi jika si anak tersebut memiliki potensi dan bakat khusus dibidang olahraga. Peran orang tua sangat penting untuk bisa mengantarkan dan membuka pintu-pintu prestasi, Sudah menjadi kewajiban kita sebagai orang tua untuk selalu sabar dan berusaha mengontrol segala kegiatan anak didik masing-masing orang tua juga berusaha untuk  memberikan fasilitas atau alat-alat yang dibutuhkan seorang anak untuk melakukan aktivitas olahraga.
Beberapa alasan yang perlunya kita fahami adalah anak-anak memiliki rasa yang kecenderungan senang terhadap berbagai macam permainan. Oleh karenanya orang tua dapat mengarahkan dan memberikan pilihan-pilihan bentuk permainan yang ada di aktivitas olahraga, syukur jika kita dapat memasukkan anak dalam club-club olahraga yang ada di tempat sekitar kita.
Misalnya sepakbola maupun olahraga lain yang mendukung. Cara-cara ini akan mendidik dan berlatih anak untuk mengenal diri sendiri dan bersosialisasi kepada sesamanya dengan saling menghargai, mempercayai,bekerjasama dalam mencapai prestasi tinggi. Selain itu melalui latihan-latihan yang rutin anak juga terdidik untuk melakukan program pembiasaan yaitu saling berjabat tangan pada saat memulai dan mengakhiri latihan, baik dengan teman, orang tua serta dengan semua yang hadir di tempat latihan. Pembiasaan lain adalah melatih kedisiplinan anak untuk menghargai waktu, jika ada diantara anak  yang datang tidak tepat waktu tanpa alasan yang jelas,  maka  anak diberikan  punishment atau hukuman yang bersifat positif. Bentuk-bentuk hukuman seperti lari mengelilingi lapangan dan  push up atau sejenisnya adalah hal yang biasa dalam dunia olahraga. Self-diciplin diharapkan dapat terbentuk.


Hal lain yang dapat kita peroleh dari aktivitas olahraga adalah melatih anak untuk memiliki semangat  juang yang tinggi baik pada saat latihan ataupun pada saat menghadapi pertandingan-pertandingan yang resmi. Nilai-nilai mental lain juga terbentuk, mengakui kemenangan orang lain dan menerima kekalahan adalah bentuk penanaman nilai  berupa penghargaan dan nilai keadilan
,rasa sosial yang besar dalam pembentukan karakter.


















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pembentukan karakter
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
Dalam buku The Psychology of Moral Development (1927), Lawrence Kohlberg menyimpulkan terhadap hasil penelitian empiriknya terhadap perkembangan moralitas anak-anak dari berbagai latar belakang agama, yaitu Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, dan Islam, bahwa agama dan institusi agama tidak memiliki pengaruh terhadap perkembangan moral seseorang. Teori yang dihasilkan dari penelitian Kohlberg dikenal dengan teori kognitif-developmental, yaitu 3 (tiga) tingkatan dan 6 (enam) tahapan perkembangan moral yang menegaskan bahwa pada intinya moralitas mewakilil seperangkat pertimbangan dan putusan rasional yang berlaku untuk setiap kebudayaan, yaitu prinsip kesejahteraan dan prinsip keadilan. Menurutnya, prinsip keadilan merupakan komponen pokok dalam proses perkembangan moral yang kemudian diterapkan dalam proses pendidikan moral.
Sementara jauh sebelumnya, Sigmund Freud memiliki pendapat tentang potensi pada diri manusia yang sangat berpengaruh terhadap karakternya, yaitu: id, ego, dan superego (es, ich, ueberich). Menurutnya, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psiko-seksual tertentu pada enam tahun pertama dalam kehidupannya. Berdasarkan teorinya tersebut, Freud menyimpulkan bahwa moralitas merupakan sebuah proses penyesuaian antara id, ego, dan superego. Titik lemah terbesar Freud dan para penganutnya bukan pada kesalahan teorinya, tetapi adalah over generalisasi dari teori tersebut, sehingga dalam kacamata Freud, manusia dapat dikatakan tidak berbeda dengan binatang, bahkan lebih menderita karena tidak sebebas binatang dalam melampiaskan nafsunya.
B.     Sepakbola
Menurut wikipediaSepak bola adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Olahraga ini sangat terkenal dan dimainkan di 200 negara. Permainan sepak bola bertujuan untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya dengan menggunakan bola kulit berukuran 27-28 inci. Lapangan yang digunakan dalam permainan ini memiliki lebar 50-100 yard dan panjang 100-300 yard. Gawang tempat mencetak gol terletak di bagian ujung lapangan dengan dibatasi jaring berukuran tinggi 8 kaki dan lebar 24 kaki.
Menurut humanities Sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak bola kian kemari untuk diperebutkan di antara pemain-pemain yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang sendiri agar tidak kemasukan bola. Di dalam permainan sepak bola, setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan. Hanya penjaga gawang atau kiper yang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan. Sepak bola merupakan permainan beregu yang masing-masing regu terdiri atas sebelas pemain. Biasanya permainan sepak bola dimainkan dalam dua babak (2x45 menit) dengan waktu istirahat (10 menit) di antara dua babak tersebut. Mencetak gol ke gawang merupakan sasaran dari setiap kesebelasan. Suatu kesebelasan dinyatakan sebagai pemenang apabila kesebelasan tersebut dapat memasukkan bola ke gawang lebih banyak dan kemasukan bola lebih sedikit jika dibandingkan dengan lawannya.
Menurut wordpress Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-masing kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya kelompok tersebut juga dinamakan kesebelasan.



BAB III
SINTESIS DAN EVALUASI

A.    SINTESIS
Dalam mengajarkan Etika dan Nilai moral sebaiknya lebih bersifat contoh, pepatah mengatakan bahwa tindakan lebih baik baik dari kata-kata. Lutan mengatakan Nilai Moral itu beraneka macam, termasuk loyalitas, kebajikan, kehormatan, kebenaran, respek, keramahan, integritas, keadilan, kooperasi, tugas dll. Lebih lanjut dikatakan ada 4 nilai moral yang menjadi inti dan bersifat universal yaitu :
1. Keadilan.
Keadilan ada dalam beberapa bentuk ; distributif, prosedural, retributif dan kompensasi. Keadilan distributif berarti keadilan yang mencakup pembagian
dan beban secara relatif. Keadilan prosedural mencakup persepsi terhadap g dinilai sportif atau fair dalam menentukan hasil. Keadilan retributif mencakup persepsi yang fair sehubungan dengan hukuman yang dijatuhkan bagi pelanggar hukum. Keadilan kompensasi mencakup persepsi mengenai kebaikan atau keuntungan yang diperoleh penderita atau yang diderita pada waktu sebelumnya.
Seorang wasit bila ragu memutuskan apakah pemain penyerang berada pada posisi off-side dalam sepakbola, ia minta pendapat penjaga garis. Semua pemain penyerang akan protes, meskipun akhirnya harus dapat menerima, jika misalnya wasit dalam kasus lainnya memberikan hukuman tendangan penalti akibat pemain bertahana menyentuh bola dengan tanganya, atau sengaja menangkap bola di daerah penalti. Tentu saja ia berusaha berbuat seadil mungkin. Bila ia kurang yakin, mungkin cukup dengan memberikan hukuman berupa tendangan bebas.
2.      Kejujuran
Kejujuran dan kebajikan selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan terpercaya selalu terkait dengan kesan tidak berdusta, menipu atau memperdaya. Hal ini terwujud dalam tindak dan perkataan.
Semua pihak percaya bahwa wasit dapat mempertaruhkan integritasnya dengan membuat keputusan yang fair. Ia terpercaya karena keputusannya mencerminkan kejujuran.
3.      Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab ini adalah pertanggungan perbuatan sendiri. Seorang atlet harus bertanggung jawab kepada timnya, pelatihnya dan kepada permainan itu sendiri. Tanggung jawab ini merupakan nilai moral terpenting dalam olahraga.
4.      Kedamaian
Kedamaian mengandung pengertian : a)tidak akan menganiaya, b)mencegah penganiayaan, c) menghilangkan penganiaan, dan d)berbuat baik. Bayangkan bila ada pelatih yang mengintrusksikan untuk mencederai lawan agar tidak mampu bermain?
Dengan menekankan 4 nilai diatas pembentukan karakter akan mudah dicapai seperti apa yang kita harapkan. Karena 4 nilai di atas merupakan kunci utama untuk membentuk karakter seseorang.
B.     EVALUASI
         Dari uraian di atas maka kita bisa  menghasilkan pengetahuan baru melalui penelitian peningkatan pada aktivitas manusia menyebabkan peningkatan kinerja manusia, kesehatan dan kualitas hidup. perkembangan karakter menjadi bagian yang krusial dalam pengalaman olahraga pada level anak didik menuju remaja yang berkualitas, Olahraga adalah sebuah lingkungan yang menyimbolkan nilai-nilai budaya dan menjadi media dimana orang muda dapat belajar tentang pengalaman banyak nilai-nilai inti yang terkandungnya. Karakter dapat diajarkan dan dipelajari dalam setting olahraga. Pengalaman olahraga dapat membangun karakter, kecuali jika lingkungannya dibentuk, dinyatakan, dan direncanakan untuk mencapai tujuan mengembangkan karakter.













DAFTAR PUSTAKA

Kompas, Pembentukan karakter bangsa: hendaknya berangakat dari budaya lokal, Senin 24 Januari 2000
Rusli Lutan (ed)., (2001) Olahraga dan Etika Fair Play. Direktorat
Pemberdayaan IPTEK Olahraga, Dirjen OR, Depdiknas, Jakarta: CV.
Berdua Satutujuan.


William H. Freeman, 6th ed. (2001) Physical Education and sport in a changing
society. Boston: Allyn & Bacon.

________, Membangun karakter bangsa lewat pendidikan; Selasa 7 Maret 2000

http://sangpembuatjejak.com/education/pendidikan-karakter-solusi-masalah-indonesia





Selasa, 06 Desember 2011

pengaruh metode kondisi fisik pada pendidikan jasmani


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan  bangsa  berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan bangsa dan kemajuan suatu negara. Dengan adanya pendidikan bangsa indonesia akan mengalami kemajuan dan meninggalkan suatu bentuk keterpurukan, seperti sekarang ini. Untuk itu pemerintah harus lebih berkosentrasi terhadap pendidikan di indonesia dan juga harus membuat suatu kebijakan yang mengarahkan pada perkembangan pendidikan di indonesia.
Pendidikan merupakan cara yang srategis untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dengan kebijakan yang berkelanjutan khususnya dalam dunia pendidikan di indonesia, bukan mustahil pendidikan di indonesia akan menciptakan SDM yang berwawasan luas dan berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan membawa pada kemajuan bangsa terutama dalam menjadikan masyarakat madani. Sehingga dengan adanya pendidikan yang bermutu maka semua hal yang berhubungan dengan masalah pendidikan akan cepat terselesaikan. Salah satu Pendidikan yang mengarahkan pada perkembangan perkembangan keseluruhan aspek manusia adalah pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu baik secara jasmani dan rohani. Sehingga pendidikan jasmani merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting dan utama untuk kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis ,terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Badan Standart Nasional Pendidikan (2006:729) menyatakan bahwa:
Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Upaya peningkatan dan pencapaian tujuan dari pendidikan jansmani tersebut selain di laksanakan dalam proses belajar mengajar juga dapat dicapai melalui pembinaaan latihan-latihan yang mengarah kepada kondisi fisik,karena tujuan utama pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kualitas kebugaran peserta didik.
Berlandaskan  latar belakang diatas maka di dalam makalah ini akan membahas  metode kondisi fisik diterap pada pendidikan jasmani kesehatan.

B.     PERMASALAHAN
Adapun permasalahan yang dimuat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
metode kondisi fisik diterap pada pendidikan jasmani kesehatan.

C.    PENDEKATAN MASALAH
Adapun pendekatan masalah yang dilakukan adalah:
1.   Survey ke perpustakaan
2.   Browsing di internet

D.    TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.   Mengetahui bagaimana hubungan antara metode kondisi fisik dengan pendidikan jasmani kesehatan
2.   Mengetahui bagaimana penerapan metode kondisi fisik terhadap pendidikan jasmani kesehatan
3.   Sebagai sumber referensi pembelajaran.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONDISI FISIK
Pengertian kondisi fisik adalah pengertian yang sangat kompleks, oleh karena itu untuk mengetahui dan memahami secara mendalam perlu mempelajari komponen-komponen yang membentuk dan saling bertautan antara yang satu dengan yang lainnya. Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:24) menjelaskan bahwa komponen-komponen kondisi fisik adalah:
1.    Kekuatan
Kekuatan atau strength, adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot dalam menjalankan aktivitas (Dwiyogo dan Sulistyorini, 1991:25). Tetapi menurut Kirkendall dkk (1980:226) kekuatan adalah kemampuan atau kekuatan otot tubuh yang bekerja mengeluarkan energi untuk mengatasi atau melawan kontraksi dari luar yang berfungsi untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain atau memindahkan benda mendekati tubuh atau menjauhi tubuh.
Dari pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpilan bahwa kekuatan adalah kemampuan otot untuk mengatasi atau melawan beban dengan usaha yang maksimal dalam melaksanakan aktivitas tertentu.
2.    Daya Tahan
Daya tahan otot tidak hanya dikenal pada istilah kekuatan tetapi juga kemampuan otot berkontraksi dalam beberapa waktu tanpa mengalami kelelahan. Suharno (dalam Budiwanto, 2004:35)) menjelaskan bahwa daya tahan adalah kemampuan organ atlet untuk melawan kelelahan yang timbul saat melakukan aktivitas olahraga dalam waktu yang lama.
Daya tahan atau endurance dalam hal ini dikenal dua macam daya tahan, yakni: daya tahan umum atau general endurance kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama. Daya tahan otot atau local endurance yaitu kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa daya tahan/endurance merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani yang paling penting untuk dilatih, karena daya tahan ini secara langsung juga untuk melatih otot, kelenturan dan komponen kesegaran jasmani lainnya.
3.    Power
Menurut Kirkendall dkk (1980:228) power adalah masa kerja dibagi dengan waktu atau lama kerja. Dijelaskan pula bahwa power dapat diperoleh dalam melakukan kegiatan tertentu.
Power menurut pendapat Gabbard dkk (dalam Budiwanto, 2004:34) adalah gabungan antara kekuatan dan daya ledak (kecepatan), kontraksi otot dengan kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum. Sedangkan definisi yang dikemukakan oleh Kent (dalam Budiwanto, 2004:34), power adalah kemampuan untuk mengubah energi fisik ke dalam kekuatan yang sangat cepat dan tergantung pada banyaknya adenosine triphosphat (ATP) yang diproduksi setiap satuan waktu.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa power itu adalah kemampuan tubuh untuk memadukan kekuatan dan kecepatan dalam waktu yang bersamaan.
4.    Kecepatan
Kecepatan atau speeds, adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya. Seperti dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda, smash dalam bulutangkis, dan lain-lain (Dwiyogo dan Sulistyorini, 1991:29).
Kecepatan menurut Kirkendall dkk (1980:243) adalah jarak dibagi waktu; kecepatan diukur dengan satuan jarak dibagi dengan satuan waktu. Menurut Kent (dalam Budiwanto, 2004:37) kecepatan adalah jarak tempuh per satuan waktu yang diukur dalam menit atau skala kuantitas, kecepatan adalah kemampuan melakukan gerakan dalam periode waktu yang pendek.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kecepatan adalah kemampuan tubuh atau bagian tubuh untuk melakukan gerakan dalam waktu yang pendek.
5.    Kelincahan
Kelincahan atau agility adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu. Seseorang yang mampu mengubah posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik.
Menurut Kirkendall dkk (1980:243) kelincahan adalah kemampuan badan untuk mengubah arah tubuh atau bagian tubuh lainnya dengan sangat cepat dan efisien. Jadi kelincahan tidak hanya memerlukan suatu kecepatan saja,
akan tetapi juga memerlukan fleksibilitas yang baik dari sendi-sendi anggota tubuh.  Untuk melatih kecepatan, dibutuhkan bentuk latihan yang sesuai dan mengharuskan orang itu untuk dapat bergerak dengan cepat dan mengubah arah dengan lincah. Seseorang dikatakan memiliki kelincahan cukup baik apabila mampu merubah satu posisi ke posisi yang berbeda dengan kecepatan tinggi dan koordinasi gerakan yang baik.
Sedangkan kelincahan menurut Verducci (dalam Budiwanto, 2004:39) disampaikan bahwa pembentukan kelincahan lebih sulit dari pada pembentukan yang lainnya. Kelincahan adalah hasil pembentukan dari unsur kecepatan, kekuatan dan keseimbangan.
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya kelincahan adalah kemampuan mengubah arah atau posisi badan secara cepat dan melakukan gerakan yang lain.
6.    Kelenturan
Daya lentur atau flexibility, adalah ukuran kemampuan seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas, hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat flexibility persendian pada seluruh tubuh. Bompa (dalam Budiwanto, 2004:40) menjelaskan bahwa kapasitas melakukan gerakan dengan rentangan yang luas diketahui sebagai kelenturan.
Kelenturan menurut Kirkendall dkk (1980:248) adalah kemampuan tubuh atau bagian-bagian tubuh untuk melakukan berbagai gerakan dengan leluasa dan seimbang antara kelincahan dan respon keseimbangan. Secara umum, suhu badan dan usia sangat mempengaruhi luasnya gerakan bagian-bagian tubuh.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelenturan adalah ukuran kemampuan seseorang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan yang mempunyai otot-otot yang elastis.
7.    Keseimbangan
Keseimbangan menurut Kent (dalam Budiwanto, 2004:41) adalah kemampuan memelihara suatu yang berorientasi pada keadaan stabil dan khusus dikaitkan dengan lingkungan saat itu. Sedangkan  Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:33) menjelaskan bahwa keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh agar tetap stabil.
Sedangkan Kirkendall dkk (1980:257) mengemukakan bahwa keseimbangan adalah fenomena yang kompleks yang melibatkan vestibular system pada bagian dalam telinga, penglihatan mata, otak menafsirkan secara komplek, menghasilkan berbagai respon gerakan pada situasi fisik tertentu. Di bidang olahraga banyak hal yang harus dilakukan oleh atlet dalam masalah keseimbangan ini baik dalam menghilangkan atau mempertahankan keseimbangan.
Dari beberapa uraian di atas, maka keseimbangan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan posisi badan dalam berbagai keadaan, sehingga tidak mendapat gangguan pada keseimbangannya atau bisa juga diartikan bahwa keseimbangan adalah kemampuan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan.
8.    Koordinasi
Menurut Kirkendall dkk (1980:257), koordinasi adalah kerjasama yang selaras antara sekelompok otot selama bergerak yang dilakukan dengan indikasi keterampilan yang sama. Sedangkan koordinasi menurut Kent (dalam Budiwanto, 2004:42) adalah kemampuan untuk menyatukan sistem indera, sistem syaraf dan sistem otot rangka menjadi rangkaian untuk mengatur bagian-bagian badan secara terpisah yang terlibat dalam satu pola gerak yang rumit dan mempersatukan bagian-bagian tersebut menjadi suatu gerak tunggal dan berhasil mencapai beberapa tujuan.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa koordinasi adalah kemampuan tubuh seseorang yang selaras antara sekelompok otot selama bergerak yang terlibat dalam satu pola gerak yang rumit dan mempersatukan bagian-bagian tersebut menjadi suatu gerak tunggal dan berhasil mencapai beberapa tujuan.
9.    Ketepatan
Ketetapan atau accuracy, adalah kemampuan gerak tubuh seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan jarak atau mungkin suatu objek langsung yang harus dikenal dengan salah satu bagian tubuh.
Ketepatan menurut Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:33) adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan suatu gerak ke suatu sasaran sesuai dengan tujuan. Cara mengembangkan ketepatan ialah dengan mengulang-ulang gerakan dengan frekuensi yang banyak, mempercepat gerakan, dan menjauhkan atau mempersempit gerakan.

B.     FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI FISIK
Berikut ini adala beberpa hal yang terkait dengan kondisi fisik  khususnya yang berhubungan dengan daya tahan kardiovaskuler. Moeloek (1984:3)menjelaskan tentang beberapa faktor fisiologis yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskuler antara lain adalah: 
1. Faktor Keturunan (Genetik)
Dari penelitian yang telah dilakukan, dibuat kesimpulan bahwa kesegaran jasmani dtentukan oleh faktor genetik yang hanya diubah dengan latihan sampai pada batas maksimal.
2. Faktor Usia
Menyatakan bahwa mulai anak-anak sampai sekitar usia 20 tahun, daya tahan kardiovaskuler meningkat, mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun dan kemungkinan berbanding terbalik dengan usia, sehingga pada orang yang berusia 70 tahun diperoleh daya tahan 50% dari yang dimiliki pada usia 17 tahun.
3. Faktor Jenis Kelamin
Sampai dengan usia remaja tidak terdapat perbedaan daya tahan kardiovaskuler pria dan wanita. Setelah usia tersebut nilai pada wanita lebih rendah dari pada pria. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan maximal muscular power yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, kapasitas paru dan sebagainya.
4. Faktor Aktivitas Fisik
Berdasarkan hasil penelitian efek latihan aerobik selama delapan minggu setelah istirahat memperlihatkan peningkatan daya tahan kardiovaskuler 62% dari nilai akibat itirahat dan bila dibandingkan dengan keadaan sebelum istirahat di tempat tidur maka nilai peningkatan adalah 18%. Artinya bahwa aktivitas fisik yang terarah juga dapat meningkatkan kesegaran jasmani di samping terjadi penurunan berat badan.

C.    PENJELASAN TENTANG PROGRAM LATIHAN
Seorang atlit untuk mencapai prestasi yang maksimal hendaklah atlit tersebut terus berlatih dan berlatih tanpa merasa bosan, itulah sebabnya dibutuhkan penyusunan dan perencanaan latihan yang baik dan tepat, yang mana semua itu terdapat dalam program latihan. Program latihan harus disusun secara teliti dan dilaksanakan secara tekun dan teratur sesuai dengan prinsip-prinsip latihan. Program yang demikian memungkinkan bagi seorang pelatih dapat memberikan sebanyak mungkin kesempatan kepada atlet guna perkembangan pengetahuan dan keterampilannya.
Menurut Suharno (1993:1) program latihan adalah suatu petunjuk atau pedoman yang mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan masa mendatang yang telah ditetapkan. Selain itu dalam buku yang sama juga mengungkapkan program latihan adalah cara seorang pelatih untuk mempersiapkan atletnya guna menunjang program latihan yang telah direncanakan atau terprogram.
Suharno (1993:1) Program latihan dikatakan baik dan tepat apabila rencana dibuat telah mempertimbangkan faktor-faktor penentu untuk mencapai tujuan, faktor itu antara lain: bakat atau materi atlet, kemampuan atlet, umur atlet, sarana dan prasarana, dana, lingkungan atlet, tenaga pelatih, dan waktu yang tersedia.
Suharno (1993:7) menyebutkan bahwa program latihan umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.    Program jangka panjang (5 tahun-12 tahun) tujuan rencana jangka panjang merupakan tujuan  akhir untuk cita-cita prestasi prima.
2.    program jangka menengah (2 tahun-4 tahun) rencana jangka menengah merupakan pelaksanaan langsung jangka panjang,
3.    program jangka pendek (1 tahun kebawah) merupakan pelaksanaan operasional rencana jangka menengah. Sasaran-sasaran latihan pun merupakan penjabaran sasaran dari program jangka menengah. Program latihan jangka pendek terdiri dari: program latihan tahunan, program latihan bulanan, program latihan mingguan, program latihan harian.
Dari pengertian dan penjelasan tentang program latihan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa program latihan adalah petunjuk atau pedoman latihan yang bertujuan untuk menentukan tujuan latihan, menentukan cara-cara yang efektif serta usaha-usaha untuk mencapai tujuan dari latihan yang dilakukan.

D.    PRINSIP LATIHAN
Harsono (1993:2) pengertian latihan atau training adalah sesuatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang, dan yang kian hari junlah beban latihannya kian bertambah. Menurut Kosasih (1984:46) latihan atau training adalah proses kerja yang harus dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dan jumlah beban yang diberikan semakin hari bertambah. Tetapi dalam menentukan beban latihannya harus benar-benar diperhatikan.
Suharno (1993:5) menjelaskan bahwa latihan ialah suatu proses penyempurnaan kualitas atlet secara sadar untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan diberi beban fisik dan mental secara teratur, terarah, bertahap, meningkat dan berulang-ulang waktunya. Beutelstah (1986:124) menyatakan bahwa training adalah persiapan para pemain masing-masing secara individu membimbing dan membentuk mereka sehingga dapat menampilkan prestasi tertinggi secara individual maupun regu. Sedangkan Latihan fisik adalah latihan yang betujuan untuk meningkatkan kondisi fisik, yaitu faktor yang paling penting bagi setiap atlet (Suharno 1993:1).
Untuk memperoleh prestasi yang maksimal dalam olahraga memerlukan latihan yang intensitas dan frekuensinya banyak. Latihan juga dapat didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis dalam latihan yang bertujuan untuk meningkatkan fungsdional fisik dan daya tahan latihan dalam bidang olahraga. Tujuan akhir latihan adalah untuk meningkatkan kemampuan olahraga (Dwijowinoto, 1993:317).
Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (1993:1) bahwa tujuan utama dari pelatihan olagraga prestasi adalah untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi  semaksimal mungkin. Prestasi tinggi akan dapat dicapai apabila keempat aspek, yaitu: aspek-aspek fisik, teknik, taktik, dan mental dikembangkan setinggi mungkin.
Untuk mencapai peningkatan kemampuan dalam kondisi fisik, teknik, taktik, dan mental diperlukan proses dan waktu yang relatif lama. Program latihan perlu disusun dengan prinsip-prinsip latihan, menurut Bompa (1994:29) prinsip-prinsip program latihan fisik adalah sebagai berikut:
Prinsip beban bertambah (over load), prinsip spesialisasi (specialitation), prinsip perorangan (individualization), prinsdip variasi (variety), prinsip beban meningkat bertahap (progressive increase of load), prinsip perkembangan multilateral (multilateral development), prinsip pulih asal (recovery), prinsip reversibilitas (reversibility), menghindari beban latihan berlebih (overtraining), prinsip melampaui batas latihan (the abuse of training), prinsip aktif dalam latihan dan prinsip proses latihan menggunakan model.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan prinsip-prinsip latihan adalah suatu usaha sadar yang harus dilakukan atlet untuk mencapai prestasi maksdimal yang dilakukan berulang-ulang, terarah kian hari jumlahnya semakin meningkat dengan proses yang sistematis.
Sementara itu, pengertian dari prinsip-prinsip latihan yang telah disebutkan di atas. Maka Menurut Bompa (1994:29-48) adalah sebagai berikut:
1.    Prinsip Beban Lebih (Over Load)
Pemberian beban latihan harus melebihi kebiasaan sehari-hari secara teratur. Hal ini bertujuan agar sistem fisiologis dapat menyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang dibutuhkan untuk tingkat kemampuan tinggi. Latihan yang baik harus mengakibatkan penekanan fisik dapat ditimbulkan dengan jalan pemberian beban latihan yang lebih dari batas kemampuan si atlet (Suharno, 1985:13).
Stress fisik akan menimbulkan kelemahan anatomis, fisiologis dan organisme atlet terhadap kelelahan akibat beban latihan tersebut, seterusnya atlet akan mengalami kenaikan kemampuan (superkompensasi). Stress terus menerus yang diberikan pelatih tanpa istirahat akan menimbulkan penurunan prestasi bagi atlet.
2.    Prinsip Spesialisasi
Spesialisasi menunjukkan unsur penting yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam olahraga. Spesialisasi bukan proses unilateral tetapi satu yang kompleks yang didasarkan pada suatu landasan kerja yang solid dari perkembangan multilareral. Prinsip spesialisasi harus disesuaikan pengertian dan penggunaanya untuk latihan anak-anak yunior di mana perkembangan multilateral harus berdasarkan perkembangan khusus.
Menurut Bompa (1994:32) Latihan harus bersifat khusus sesuai dengan olahraga dan pertandingan yang akan dilakukan. Dalam mengatur program latihan yang paling menguntungkan harus mengembangkan kemampuan fisiologis khusus yang diperlukan untuk melakukan keterampilan olahraga atau kegiatan tertentu yang akan dilakukan.
3.    Prinsip Individual
Latihan harus memperhatikan dan memperlakukan atlet sesuai dengan kemampuan, potensi, karakteristik belajar dan kekhususan olahraga. Seluruh konsep latihan harus direncanakan sesuai dengan karakteristik fisiologis dan psikologis atlet, sehingga tujuan latihan dapat ditingkatkan secara wajar
Individualisasi dalam latihan adalah satu kebutuhan yang penting dalam masa latihan dan itu menunjukkan pada pemikiran untuk setiap atlet, mengabaikan tingkat prestasi diperlukan secara individual sesuai kemampuan dan potensinya, karakteristik belajar dan kekhususan cabang olahraga.
4.    Prinsip Variasi
Latihan harus bervariasi dengan tujuan mengatasi sesuatu yang monoton dan membosankan saat latihan. Atlet harus memiliki disiplin latihan, tetapi mungkin lebih penting untuk memelihara motivasi dan perhatian dengan memvariasi latihan fisik dan latihan secara rutin. Masa latihan adalah suatu aktivitas yang sangat memerlukan beberapa jam kerja atlet. Volume dan intensitas latihan secara terus menerus meningkat dan latihan diulang-ulang banyak sekali.
Dalam upaya mengatasi monoton dan kebosanan dalam latihan, seseorang pelatih perlu kreatif dengan memiliki pengetahuan dan sumber latihan yang banyak yang memungkinkan dapat merubah secara periodik. Keterampilan dan latihan dapat diperkaya dengan mengadopsi pola gerakan teknik yang sama, atau dapat mengembangkan kemampuan gerak yang diperlukan dengan olahraga.
5.    Prinsip Menambah Beban Latihan secara Progresif
Pemberian beban latihan harus ditingkatkan secara bertahap, teratur dan terus-menerus sehingga mencapai beban maksimum. Program latihan harus direncanakan, beban ditingkatkan secara pelan bertahap, yang akan menjamin memperoleh adaptasi secara benar.
Prinsip beban bertambah secara pelan-pelan menjadi dasar rencana latihan olahraga, dari siklus mikro olimpiade, dan akan diikuti oleh semua atlet yang mengabaikan tingkat kemampuannya. Beban ditambah pelan-pelan pada tiga siklus mikro pertama dengan menguragi atau tahap tanpa beban, memungkinkan atlet dibentuk.
6.    Prinsip Partisipasi Aktif  dalam Latihan
Atlet yang melakukan latihan haruslah tetap berlatih diluar jam latihan wajib meskipun tanpa pengawasan dari pelatih. Kesungguhan dan aktif ikut serta dalam latihan akan dimaksimalkan jika pelatih secara periodik, ajeg mendsiskusikan kemajuan atletnya dengannya. Pengertian ini atlet akan menghubungkan keterangan obyektif dari pelatih dengan prakiraan subyektif  kemampuannya.
Partisipasi aktif tidak terbatas hanya pada latihan. Seseorang atlet akan melakukan kegiatannya meskipun tidak dibawah dan perhatian pelatih. Selama waktu bebas atlet dapat melakukan pekerjaaan dalam aktifitas sosial yang memberikan kepuasan dan ketenangan, tetapi dia tentu harus istirahat yang cukup.
7.    Prinsip Perkembangan Multilateral
Perkembangan multilateral lambat laun saling bergantung antara seluruh organ dan sistem manusia, serta antara proses fisiologis dan psikologis. Kebutuhan perkembangan multilateral muncul untuk diterima sebagai kebutuhan dalam banyak lapangan pendidikan dan usaha manusia.
Prinsip multilateral akan digunakan pada latihan anak-anak yunior. Tetapi, perkembangan multilateral secara tidak langsung atlet akan menghabiskan semua waktu latihannya hanya untuk program tersebut.
8.    Prinsip Pulih Asal
Beban latihan yang telah diberikan telah banyak mengeluarkan energi tubuh untuk itu diperlukan pemulihan untuk mengembalikan kondisi tubuh seperti semula.
9.    Prinsip Reversibilitas
Beban latihan yang diberikan pada saat latihan harus dikurangi secara perlahan-lahan pada saat akhir latihan. Oleh sebab itu latihan harus berkesinambungan untuk memelihara kondisi.
10.    Prinsip Menghindari Kelebihan Beban Latihan (Over Training)
Program latihan yang dijalani tidak akan mencapai hasil jika atlet mengalami kelelahan, untuk itu harus menghindari kelebihan beban latihan. Penyebab terjadinya overtraining antara lain: a) diberikan beban latihan over-loads secara terus menerus tanpa memperhatikan interval, b) diberikan latihan intensif secara mendadak setelah lama tidak berlatih, c) proporsi latihan dari ekstensif ke intensif tidak cepat, d) beban latihan diberikan dengan beban melompat.
11.    Prinsip Latihan Menggunakan Model
Latihan yang dilakukan didesain sedemikian rupa seakan-akan seperti pada kenyataan yang akan terjadi di lapangan pertandingan. Tujuan suatu model adalah untuk memperoleh suatu yang ideal, dan meskipun dalam keadaan abstrak ideal diatas adalah kenyataan konkrit, itu juga menggambarkan sesuatu yang diusahakan untuk dicapai, suatu peristiwa yang dapat diperoleh.
Melalui latihan model pelatih berusaha memimpin dan mengorganisasi waktu latihannya dalam cara yang obyektif, metode dan isi yang sama dengan situasi pertandingan


E.     METODE LATIHAN FISIK
Metode latihan menurut Hadisasmita dan Syarifuddin (1996:142) adalah suatu cara tertentu, system bekerja seseorang pelatih atau olahragawan sehubungan dengan pengetahuan dan kemampuannya yang cukup. Namun metode bukan suatu bentuk mengajar, karena suatu metode melayani ketentuan pengorganisasian dari suatu kegiatan.
Berikut ini akan dibahas beberapa metode dalam latihan fisik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan fisik para atlet. Metode-metode latihan fisik tersebut diantaranya yaitu:
1.    Metode latihan sirkuit (circuit training) adalah suatu sistem latihan yang selain menghasilkan perubahan-perubahan positif pada kemampuan motorik, juga memperbaiki secara serempak kesegaran jasmani daripada tubuh, kekuatan otot, daya tahan, kecepatan dan fleksibelitas (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:110)
2.    Metode latihan beban (weight training) adalah latihan-latihan yang sistematis, dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah tahanan terhadap kontraksi otot, untuk mencapai tujuan tertentu (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:109). Menurut Bompa (dalam Budiwanto, 2004:71) Weight training adalah program latihan kekuatan menggunakan tahanan yang diberikan oleh beban seperti barbel dan dumbbell
3.    Latihan Interval (Interval Training) adalah suatu system latihan yang berganti-ganti melakukan dengan giat (interval kerja) teratur dan berulang-ulang dengan periode kegiatan dengan intensitas rendah (periode sela) dalam setiap latihan (Kent dalam Budiwanto, 2004:74). Latihan interval adalah latihan kondisi yang sangat dianjurkan oleh semua pelatih terkenal karena dalam mengembangkan daya tahan dan stamina atlet hasilnya sangat positif (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:106)
4.    Metode latihan lari bermain-main kecepatan (speed play atau fartlek) adalah suatu system latihan daya tahan untuk membangun, mengembalikan atau memelihara kondisi tubuh seorang atlet (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:105). Menurut Suharno (1993:2) menyatakan bahwa speed play atau fartlek adalah suatu system latihan daya tahan yang maksudnya adalah untuk membangun, mengembalikan, atau memelihara kondisi tubuh seseorang.
5.    Metode latihan naik turun bangku (bench stepping), Pada latihan naik turun bangku ini merupakan latihan fisik yang sederhana dimana didalam melakukan latihannya menggunakan kotak, bangku atau sejenisnya menurut Hawkey (dalam Budiwanto, 2004:76),
6.    Metode latihan aerobik adalah kekuatan yang kecil atau sedang yang dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang lama menggunakan energi yang berasal dari pembakaran O2. Aerobic tidak berkaitan dengan dengan usaha peningkatan kekuatan, tenaga, kelenturan, kelincahan atau kecepatan gerakan tubuh yang sangat dibutuhkan dalam atletik, tetapi aerobic berbicara tentang tenaga aerobic yang diperlukan untuk ketahanan fisik. Tenaga aerobic adalah kemampuan tubuh untuk memanfaatkan oksigen dan disepakati sebagai cara terbaik untuk mengukur kondisi kardiovaskuler (Baley, 1986:159)
7.    Metode latihan anaerobic, pada latihan ini dijelaskan bahwa pada suatu waktu kerja dengan intensitas dan kecepatan tinggi dalam waktu yang pendek memerlukan energi segera, yang tidak diperoleh secara cepat dari sumber aerobic. Keadaan seperti ini ada proses lain yang disebut metabolisme anaerobic. Anaerobic berarti tanpa oksigen, sehingga energi anaerobic dikeluarkan jika masukan oksigen tidak cukup Getchell (dalam Budiwanto, 2004:82) 
Berdasarkan penjelasan di atas ada beberapa metode Latihan Fisik yaitu:
1.    Metode Latihan Sirkuit (Circuit Training),
2.    Metode Latihan Beban (Weight Training),
3.    Latihan Interval (Interval Training),
4.    Metode Latihan Lari Bermain-main Kecepatan (Speed Play atau Fartlek),
5.    Metode Latihan Naik Turun Bangku (Bench Stepping),
6.    Metode Latihan Aerobic,
7.    Metode Latihan Anaerobic.
Setelah memahami metode latihan fisik maka seorang pelatih dalam membuat program latihan fisik dan memberikan latihan fisik pada atletnya harus mengacu pada beberapa metode latihan fisik seperti yang telah dijelaskan diatas

F.     PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN
Bahwa pendidikan jamani adalah pendidikan dari jasmani dan perlu diberikan dilembaga pendidikan karena aktivitas jasmani yang berbentuk latihan yang memberikan manfaat bagi peserta didik dalam bentuk kesegaran jasmani dan pemeliharaan kesehatan.
Pendidikan jasmani adalah semua aktivitas manusia yang dipilih jenisnya dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Arma Abdullah dan Agus Manadji, 1994: 3). Jadi jelaslah dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang perlu dilaksanakan di lembaga pendidikan sekolah, khususnya guna mendapatkan aktivitas jasmani yang dapat memberikan manfaat bagi peserta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.

1.    Gerak Sebagai Unsur Pertama Penjas
Gerak adalah unsur pokok pendidikan jasmani penting bagi guru pendidikan jasmani dalam memahami beberapa dimensinya. Guru pendidikan jasmani perannya membantu dan mendidik peserta didik bergerak secara efisien, meningkatkan kualitas unjuk kerjanya (Performance), kemampuan belajar dan kesehatannya, gerak manusia adalah perubahan posisi dalam ruang atau terhadap bagian tubuh lainnya, dari tunduk pada azas mekanika tertentu.

2.    Olahraga dan Pendidikan Jasmani
a.    Olahraga
Sepadan dengan kata-kata “sport” dalam Bahasa Inggris yang berarti aktivitas, yang dikerjakan untuk mendapatkan kesenangan atau berarti rekreasi. Sedangkan olahraga adalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat dalam permainan, perlombaan, dan kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kesenangan, dan prestasi yang optimal (Arma Abdullah dan Agus Manadji, 1994: 9).
b.    Pendidikan Jasmani
Walaupun banyak dari aktivitas jasmani berisikan aktivitas olahraga, tetapi pelaksanaan aktivitas itu tidak memiliki karakterisitik yang memberikan makanan olahraga. Pendidikan jasmani itu sendiri adalah pendidikan yang dikaitkan dengan aktivitas jasmani, dilaksanakan dalam lembaga pendidikan, membutuhkan sarana dan prasarana yang pasti, mempunyai kurikulum, dan terdapat siswa sebagai peserta didik yang tetap, namun dalam olahraga peserta didik atau perkumpulan tidak menjadi anggota tim yang tetap, tidak ada musim, atau kompetisi formal, dan tidak dilakukan pencatatan.


3.    Tujuan Pendidikan Jasmani
Bahwa tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan dalam lima aspek sebagai berikut :

a.          Perkembangan kesehatan, jasmani atau organ-organ tubuh
b.         Perkembangan mental-sosial
c.          Perkembangan neuro Muskular
d.         Perkembangan sosial
e.          Perkembangan intelektual
Arma Abdullah dan Agus Manadji, (1994:17), jadi dapat dirumuskan tujuan pendidikan jasmani merupakan perkembangan optimal dari individu yang utuh, dan berkemampuan menyesuaikan diri secara jasmaniah, sosial, dan mental melalui pekerjaan yang terpimpin dan partisipasi dalam olahraga yang dipilih, senam irama dan senam yang dilaksanakan sesuai dengan standart sosial dan kesehatan.

G.      PENERAPAN METODE KONDISI FISIK DALAM PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN
Penerapan motode fisik dalam pendidikan jasmani kesehatan dapat dilakukan dengan beberap model latihan diantaranya :

1.    Latihan Mengubah gerak tubuh arah lurus (shuttle run)
Tujuannya : melatih mengubah gerak tubuh arah lurus.
Cara melakukannya adalah sebagai berikut :
a.    Lari bolak-balik dilakukan dengan secepat mungkin sebanyak 6 – 8 kali (jarak 4 - 5 meter).
b.    Setiap kali sampai pada suatu titik sebagai batas, si pelari harus secepatnya berusaha megubah arah untuk berlari menuju titik larinya.
c.    Perlu diperhatikan bahwa jarak antara kedua titik tidak boleh terlalu jauh, dan jumlah ulangan tidak terlampau banyak sehingga menyebabkan kelelahan bagi si pelari.
d.   Dalam latihan ini yang diperhatikan ialah kemampuan mengubah arah dengan cepat pada waktu bergerak.


2.    Latihan lari belak-belok (zig-zag)
Tujuannya : melatih mengubah gerak tubuh arah berkelok-kelok.
Cara melakukannya adalah sebagai berikut :
a.    Latihan bolak-balik dengan cepat sebanyak 2-3 kali antara beberapa titik (misalnya 4 -5 titik).
b.    Jarak setiap titik sekitar dua meter.

3.    Latihan mengubah posisi tubuh / jongkok-berdiri (squat-thrust)
Tujuannya : melatih mengubah posisi tubuh (jongkok dan berdiri tegak).
Cara melakukannya adalah sebagai berikut :
a.    Pandangan ke arah depan.
b.    Lemparkan kedua kaki belakang sampai lurus dengan sikap badan telungkup dalam keadaan terangkat.
c.    Dengan serentak kedua kaki ditarik ke depan, kemudian kembali ke tempat semula
d.   Latihan ini dilakukan berulang-ulang dengan gerakan yang sama.

4.    Latihan Kelincahan bereaksi
Tujuannya : melatih kelincahan dalam melakukan suatu reaksi gerakan.
Cara melakukannya adalah sebagai berikut :
a.    Berdiri dengan sikap ancang-ancang, kedua lengan di samping badan dengan sikap bengkok, perhatikan aba-aba peluit.
b.    Bunyi peluit pertama, lari kedepan dengan secepat-cepatnya.
c.    Bunyi peluit kedua, lari mundur secepat-cepatnya.
d.   Bunyi peluit ketiga, lari kesamping kiri secepat-cepatnya.
e.    Bunyi peluit keempat, lari ke samping kanan secepat-cepatnya
f.     Latihan ini dilakukan terus – menerus secara berangkai tanpa berhenti dahulu





BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan diatas maka disimpulkan Peningkatan kualitas fisik melaui pendidikan jasmani dan kesehatan sangatlah besar sekali mamfaatnya terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak selain itu juga melaui latihan-latihan yang dikembangkan dalam pendidikan jasmani dapat meningkatkan kualitas kebugaran peserta didik sehingga dapat menunjang dalam peningkatan kebugaran jasmani karena anak yang sehat dan bugar maka akan optimal dalam melakukan proses belajar.

B.     SARAN
Setelah mempelajari akan pentingnya pengembangan metode fisik melalui pendidikan jasmani kesehatan maka dari pada itu diharapkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka harus memperhatikan aspek-aspek yang akan dikembangkan.












DAFTAR PUSTAKA

Suparjo . 2009. Olahraga , Jakarta: jasakom Tanjungpura
2007/2008. Pengembangan kualitas jasmani. http://www.blogspot.com
----- [ tanpa tahun ]. Koni. http://wikipedia.com




























KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas petunjuk dan bimbingan serta hidayah-Nya, makalh ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak yang senantiasa memotivasi dan kritik membangun.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaa lebih lanjut.
Meskipun ini sifatnya sederhana semoga bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Pontianak, Januari  2011


                                                                                                                                       Penulis










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A.    Latar Belakang........................................................................................................... 1
B.     Permasalahan............................................................................................................. 2
C.     Pendekatan Masalah.................................................................................................. 2
D.    Tujuant Penulisan....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
A.    Kondisi Fisik ............................................................................................................. 3
B.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Fisik.................................................... 7
C.     Penjelasan Tentang Program Latihan......................................................................... 7
D.    Prinsip Latihan........................................................................................................... 8
E.     Motode Latihan Fisik................................................................................................ 13
F.      Pendidikan Jasmani Kesehatan.................................................................................. 14
G.    Penerapan Metode Kondii Fisik Dalam Pendidikan Jasmani Kesehatan.................. 16

BAB III PENUTUP............................................................................................................. .18
A.    Kesimpulan................................................................................................................ .18
B.     Saran.......................................................................................................................... .18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... .19









METODE KONDISI FISIK
DALAM PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2011