Olahraga
merupakan kegiatan jasmani yang sangat digemari di berbagai kalangan
masyarakat. Tidak memandang status, jender, dan usia semua orang dapat
berolahraga. Undang-Undang
No. 23 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, olahraga adalah segala
kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi
jasmani, rohani, dan sosial. Sebagai bentuk
aktivitas jasmani, dengan berolahraga dapat meningkatkan potensi jasmani
seperti melatih otot-otot tubuh, serta melatih sistem kerja paru-paru dan
jantung sehingga dapat memberi manfaat dalam bentuk kebugaran jasmani dan
pemeliharaan kesehatan.
Seperti yang
telah dijelaskan, tidak hanya membuat kondisi tubuh yang sehat, akan tetapi
dengan berolahraga dapat mendorong seseorang untuk dapat meraih prestasi.
Berolahraga dapat membentuk interaksi sosial dan karakter yang baik, dengan
berolahraga dapat menimbulkan jiwa sportivitas yang berarti bersedia menerima
kekalahan, fair play, dan menumbuhkan
jiwa semangat yang tidak pernah menyerah untuk terus berlatih dalam
meningkatkan kondisi fisik. Melalui pendalaman dan penguasaan ketrampilan salah
satu cabang oilahraga, tidak melepas kemungkinan tercapainya prestasi yang
diinginkan dalam bidang olahraga.
Olahraga juga
adalah salah satu hiburan bagi pencintanya karena didalam olahraga selain
mengolah tubuh ataupun membuat tubuh sehat juga mempertontonkan aksi yang
memanjakan mata dalam sebuah penampilannya yang bisa dilihat secara langsung maupun
melalui media dan bahkan juga banyak orang salah mempergunakan fungsi dan
tujuan olahraga tersebut diantaranya dari segi negatifnya banyak juga yang
menjadikan olahraga jadi bahan perjudian,
Anak
yang pertama kali berlatih renang, haruslah terlebih dahulu dikenalkan dengan
sifat-sifat air. Ketika anak telah mengetahui sifat-sifat air, tentulah
perasaan takut akan air akan hilang dan kepercayaan diri akan tumbuh.
Pengenalan air sangat diperlukan bagi
anak – anak yang usia yang baru tumbuh dan kembang karena di fase tesebut anak
sangat gemar melakukan aktifitas air baik di rumah, kolam maupun di
pantai, Pengenalan air sangat perlu
diterapkan pada semua orang yang ingin belajar renang secara khusus pada anak
tunagrahita tentu sangat penting dilakukan pengelan air.
Anak tunagrahita
adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata yang ditandai
oleh keterbatasan intelejensi dan ketidak cakapan dalam interaksi sosial. Anak
tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan
kecerdasannya sukar untuk mengkuti program pendidikan disekolah biasa secara
klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan pelayanan
pendidikan secara khusus, yakni disesuaikan dengan kemampuan anak itu, Kegiatan
latihan penegenalan air diajarkan bisa diberikan dengan memodifikasi model
latihan, dengan konteks sederhana, biasa yang hanya dilakukan dengan cara
berulang-ulang yang tentunya dapat menciptakan kejenuhan anak. Dengan padanya
penembangan ini Melalui pendekatan-pendekatan antara lain bermain, media dan
lain sebagainya pengenalan air dapat diberikan dengan mengarahkan anak
melakukan dengan baik, menciptakan suasana yang senang, sehingga dapat
menimbulkan motovasi anak dalam mengikuti latihan serta dapat meningkatkan keterampilan
pengenalan air yang diperlukan.
Kajian
teoritik
(Haake,
Dundoo, Cader, Kubak, Hartskeerl, Sejvar, & Ashford, 2002), Olahraga
pengenalan air sangat dibutuhkan oleh setiap orang baik laki – laki, perempuan,
orang dewasa, kecil, remaja dan bahkan orang tua masih menjadikan olahraga yang
bersifat pengenalan air dengan tujuan hiburan professional, kesenangan,
membuang rasa suntuk, bosan selalu didarat dan berhadapan dengan beberapa
masalah, (Ravenscroft, Church,
Taylor, Hughes, Young & Curry, 2008).Disetiap waktu, pengenalan air sendiri
ini adalah alat untuk memberikan gagasan untuk belajar berenang, dan mengarah
pada pengembangan teknik renang yang benar dengan rangakaian yang mudah dan
tepat dengan cara latihan dasar di air dan bebas, aman, menyenangkan,
menguntungkan, bahkan ada latihan yang membuat tantangan yang besar, Latihan
teknik adalah latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan
untuk mampu melakukan cabang olahraga yang di lakukan atlet (Baker, Cote, & Abernethy, 2003).
Latihan harus sesuai keadan yang inging dicapai dengan program sederhana dan
tidak membuat anak cepat jenuh dan terpikul pada saat melakukan Dalam melakukan
latihan teknik bompa menyarankan ketika terapan latihan dilakukan kepada atlet
maka antar atlet untuk supaya tidak menggunakan model atau contoh teknik elit
atlet, karena teknik mereka mungkin secara fisiologis tidak memenuhi syarat
beomekanik, maka di sini disarankan menggunakan model yang dapat diterima oleh
atlet yakni model yang sesuai beomekanik dan fisiologis atlet, (De Graaf, 2014: 12 ).Anak tuna grahita adalah
istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual
di bawah rata-rata, Dalam
kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, mental
defective, dan lain-lain. Di Indonesia tunagrahita disebut dengan istilah
lemah pikiran, terbelakang mental, bodoh atau dungu, pander, tolol,
oligofrenia, mampu didik, mampu latih, dan ketergantungan penuh.
Menurut Armatasmenyatakan bahwa
“Mental
retardation (MR) is a genetic disorder mainfested in significantly below
average overall intellectual functioning and deficits in adaptive behaviour.
Mental retardation is a particular state of functioning that begins in
childhood and is characterized by decreased intelligence and adaptive skills
and also is the most common developmental disorder”
(Armatas, 2009).
Pernyataaan di atas menyatakan bahwa
keterbelakangan mental (MR) adalah disebabkan oleh kelainan pada genetik yang
berakibat secara signifikan terhadap fungsi intelektual di bawah rata-rata
sehingga berpengaruh pada perilaku adaptif anak-anak. Keterbelakangan mental
terjadi dalam keadaan tertentu yang dimulai di masa kecil dan ditandai oleh
penurunan kecerdasan dan keterampilan adaptif dan juga adalah gangguan
perkembangan yang paling umum.Pengertian lain mengenai tunagrahita adalah
(1) fungsi intelektual
yang lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes intelegensi baku, (2)
kekurangan dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi pada masa perkembangan yaitu
antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.
Selanjutnya menurut Santrock bahwa
keterbelakangan mental adalah kondisi dengan gejala sebelum usia 18 tahun yang
melibatkan kecerdasan yang rendah yaitu IQ di bawah 70 dan kesulitan dalam
beradaptasi pada kehidupan sehari-hari (Halonen & Santrock, 1999). Hal ini
diperkuat oleh R. Schalock, et al yang mengatakan bahwa :
“Intellectual
disability is characterized by significant limitations both in intellectual
functioning and in adaptive behavior as expressed in conceptual, social, and
practical adaptive skills. This disability originates before age 18”.
Pernyataan di atas dikatakan bahwa cacat
intelektual ditandai dengan keterbatasan yang signifikan baik dalam fungsi
intelektual maupun perilaku adaptif seperti yang diungkapkan dalam konseptual,
sosial, dan praktis keterampilan adaptif. Cacat ini berasal sebelum usia
18.Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa, anak tunagrahita
adalah mereka yang kecerdasannya berada dibawah rata-rata normal, sulit dalam
penyesuaian diri dengan lingkungan, dan kurang cakap dalam memikirkan hal-hal
yang abstrak sehingga mereka sukar untuk mengikuti program pendidikan di
sekolah biasa secara klasikal. Oleh karena itu,mereka membutuhkan layanan dan
bimbingan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.
American Association on Mental Deficiency/ AAMD (Moh. Amin, 2005: 22), mendefinisikan
tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah
rata-rata, yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes dan muncul ssebelum usia 16
tahun. Endang Rochyadi dan Zainal Alimin (2005: 11) menyebutkan bahwa
“tunagrahita berkaitan erat dengan masalah perkembangan kemampuan kecerdasan
yang rendah dan merupakan sebuah kondisi”. Hal ini ditunjang dengan pernyataan
menurut Kirk (Muhammad Effendi, 2006: 88) yaitu “Mental Retarded is
not a disease but acondition”. Jadi berdasarkan pernyataan di atas dapat
dipertegas bahwasannya tunagrahita merupakan suatu kondisi yang tidak bisa
disembuhkan dengan obat apapun.
Hasil dan pembahasan
Dari hasil analisis sebagai
penelitian pendahuluan yang dilakukan
oleh peneliti pada tanggal 20 sampai 24 juli 2018 di beberapa club renang yang berada di jambi menunjukkan hasil sebagai berikut, Kriteria 8 pelatih yang melatih renang masuk dalam
kategori cukup, Kriteria 1 pelatih yang melatih di melatih renang masuk kategori kurang, Kriteria 1 pelatih yang melatih di melatih renang masuk kategori kurang sekali
Dari hasil rekapitulasi uji coba skala kecil dengan sampel berjumlah
20 dapat disimpulkan bahwa keseluruhan Model Latihan Keterampilan Pengenalan Air Pada
Anak Tunagrahita Iq 50 – 70 Di Slbn tahun masih dapat dierapkan dengan baik dan berjalan dengan lancar dan atlet merasa senang
walaupun dalam intruksi dari
pelatih saat latihan, atlet pemula merasakan puas dengan adanya model bermain tersebut dan
pelatih dapat memberikan
secara gamblang dan ludang materi – materi yang baru buat atletnya, dari hasil tersebut menunjukkan bahwa dapat dilakukan pada tahap uji coba skala besar., Dari hasil rekapiulasi uji coba skala besar (n=51) di atas dapat disampaikan bahwa keseluruhan materi latihan Model Latihan Keterampilan Pengenalan Air Pada
Anak Tunagrahita Iq 50 – 70 Di Slbn dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik dan lancar, atlet pemula merasa senang,
puas, dan mendapatkan sesuau yang baru saat melakukan model yang didalamnya materi tersebut dengan intruksi pelatih jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar