A.
Pembinaan Olahraga Secara Umum
Untuk mencapai prestasi
yang tinggi di bidang olahraga diperlukan latihan teratur, meningkat dan
berkesinambungan dalam waktu yang cukup lama, yaitu antara 8 sampai dengan 12
tahun. Latihan harus dimulai sejak umur dini dan mencapai puncak prestasi
antara umur 18 sampai dengan 25 tahun. Dalam sistem pembinaan olahraga jangka
panjang, tahap awal dimulai dengan memassalkan olahraga di seluruh kalangan
masyarakat dengan semboyan yang sudah dicanangkan pemerintah yaitu; ” memasyarakatkan
olahraga dan mengolahragakan masyarakat”. Di kalangan ineternasional dikenal
dengan istilah ”Sport For All”.
Setelah olahraga menjadi massal, akan banyak bermunculan bibit berbakat.
Melalui berbagai pendekatan ilmiah, dipili bibit berbakat untuk setiap cabang
olahraga, yang kemudian dipandu untuk mencapai prestasi yang
setinggi-tingginya.
Dalam proses yang panjang
itu diperlukan sumber daya pendukung yang terkoordinasi dengan baik serta
komitmen yang tinggi dari berbagai pihak terkait. Pembinaan ini berlangsung
sejak usia dini mulai dari pemassalahan menuju ke tahap pembibitan kemudian
dilakukan pemanduan bakat sampai pada puncak prestasi tertinggi sesuai dengan
ciri dan karakter cabang olahraga tertentu. Untuk lebih jelasnya tahap–tahap
sistem pembinaan jangka panjang tersebut seperti tabel di bawah:
Tabel 1
Sistem Pembinaan Olahraga
Prestasi Jangka Panjang
Pemasalan
|
Pembibitan
|
Pemanduan Bakat
|
Pencapaian
Puncak Prestasi
|
Sarana dan
Prasarana
|
Menjaring Atlet
Berbakat
|
Memandu Atlet
Berbakat
|
Faktor Penentu
Keberhasilan
|
·
Fasiltas dan
Alat
·
Sumber Daya
Manusia
·
Gerakan
Memasyarakatkan olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat
·
Pendidikan
Jasmani
|
Sport Search
·
Mengukur
ciri-ciri fisik
·
Mengukur
Kemampuan Gerak dasar
·
Mengukur
Kemampuan keterampilan Dasar
|
· Analisis ciri
khusus Cabang Olahraga
·
Seleksi dengan
Instrumen khusus cabang olahraga
o Seleksi Antropomentri (Kesesuaian bentuk tubuh dengan cabang olahraga)
o Biomotor
o Psikologi/mental
·
Latihan Teratur
Meningkat dan bersinabungan
·
Gerakan
Nasional Garuda Mas
·
Indonesia
Bangkit
|
Kualitas Latihan
·
Kemampuan Atlet
(motivasi dan bakat)
·
Fasiitas dan
Peralatan
·
Hasil-hasil
penelitian
·
Kompetisi yang
teratur dan berjenjang
·
Kemampuan dan
kepribadian pelatih
Manajemen Organisasi
·
Data base :
o Pengurus
o Atlet
o Pelatih
o Wasit
o Fasilitas
Dukungan Ahli
·
Dokter Olahraga
·
Psikologi
Olahraga
·
Ahli Gizi
Olahraga
·
Ahli
Kepelatihan OR
Kesejahteraan
·
Pelatih
·
Atlet
Sumber Dana
|
Sumber : Panduan Pembinaan Olahraga Prestasi KONI DIY (2005:16)
B. Hakekat pembinaan Olaharaga
Dalam sistem
pembinaan olahraga khususnya di negara – negara maju kedudukan pelajar sangat
strategis, baik dari posisi yang masih memiliki peluang cukup panjang untuk di
kembangkan bakat dan minatnya, juga kondisi fisik –motorik yang masih mudah
untuk di bentuk. Pembinaan olahraga mengisaratkan bahwa prestasi tinggi dapat
di tercapai jika para atlet terdiri dari
perorangan maupun tim melalui bibit sejak usia dini, prinsip pembinaan atlet
untuk maju mencapai prestasi tinggi yang di anut oleh negara – negara maju
dewasa ini adalah di cetak atau di buat. Sehingga penyelangaraan pembinaan dan
pengelolaan latihan di lakukan sedini mungkin dimulai sejak atlet berusia muda
atau masa kanak-kanak dan diorganisi serta di kelola memenuhi kualitas maupun sistem
dan pola latihan modern dengan cara kontiyu dan b erkesinambungan merupakan
persaratan serta kunci utama keberhasilan suatu pembinaan ataupun pengelolaan
latihan penampilkan prestasi tinggi, pada pelaksanaan latihan pelatih dan atlet
harus memperhatikan prinsip latihan antara lain prinsip beban lebih,
perkembangan menyeluruh, spesialisasi, individual, varaiasi latihan dan prinsip
latihan sebagai modal,
C. Latihan keolahragaan
Latihan adalah
upaya untuk meningkatkan kualitas fungsional organ- organ tubuh serta psikis pelakunya,
oleh sebab itu latihan yang dilakukan harus di susun dan di lakukan secara
tepat dan benar sesuai tujuan yang inggin di capai latihan dengan cara yang
tidak tepat akan mempengaruhi perkembangan anak baik secara fisiologis ataupun
psikologis.
Harsono
(1988)melihat bahwa latihan adalah suatu proses penyempunaan atlet secara sadar
untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan di beri beban fisik, tehnik,
taktik dan mental yang harus teratur, meningkat, bertahap dan berulang – ulang,
dengan kata lain bahwa latihan adalah suatu proses latihan yang sistematis dan
di lakukan secara berulang-ulang dan kian hari jumlah beban latihan kian
bertambah. Sistematis bermaksud bahwa pelatihan yang di lakukan harus teratur,
berencana, sesuai jadwal, menurut pola dan sistem tertemtu baik teknis maupun
metodis dari sederhana ke kompleks, berulang –ulang artinya bahwa gerakan yang
dilakukan harus di latih secara berulang –ulang agar gerakan yang di maksud
kelihatan sukar dan koordinasi yang masih rendah menjadi kian mudah otomatis
refleksi dan pelaksanaanya demikian pula koordinasi gerak menjadi semakin halus
sehingga semakin menghemat energi. Beban kian hari kian bertambah artinya
secara berkala beban latihan harus di tingkatkan begitu sebaliknya apabila di
di tingkatkan prestasi akan semakin turun atau tidak meningkat.
Bompa (1990)
latihan merupakan pencapaian tujuan perbaikan sistem organisme dan fungsinya
untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan olahraga. Depdiknas (2000)
latihan yang baik dan berhasil adalah dilakukan secara teratur, seksama,
sistematis, serta berkesinambungan atau
kontiyu dan terprogram sepanjang tahun dengan pembebanan latihan (training) dan
selalu meningkat dan bertahap setiap tahun.
Prosese latihan
sejak awal hingga akhir tercapainya tahapan otomatisasi perlu di buat
perencanaan yang tertuang dalam suatu program latihan yang jelas agar dapat
mencapai tujuan secara optimalsesuai keingginannyang akan dicapai dalam
mengimplementasikan program perlu diperhatikan prinsip- prinsip latihan, artinya
bahwa latihan pada hakekatnya kegiatan yang bertujuan membina atau menormalkan
keadaan tubuh, pembentukan gerakan, pembinaan prestasi, dan menekankan pada
kekuatan, kecepatan, ketahanan, dan keterampilan pada fase-fase
warming-up,latihan inti, koling-down sesuai dengan prinsip latihan untuk
mencapai ambang rangsang batas denyut nadi latihan dan keterampilan cabang
olahraga tertemtu yang di programkan secara optimal dan setiap perbedaan tujuan
latihan yang akan dilakukan akan berbeda pula jenis latihanya.
Tujuan utama
latihan olahraga prestasi untuk meningkatkan keterampilan atau prestasi
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan itu adalah :
1.
Latihan fisik
Latihan fisik adalah latihan yang
bertujuan untuk meningkatkan kondisi fisik yaitu faktor yang amat penting bagi
setiap atlet tanpa kondisi fisik yang baik atlet-atlet tidak akan dapat
mengikuti latihan- latihan apalagi bertanding dengan sempurna, beberapa unsur
kemampuan fisik dasar yang perlu di kembangkan antara lain kekuatan, daya
tahan, kelentukan, kelincahan, dan kecepatan
2.
Latihan teknik
Latihan teknik bertujuan untuk
mempermahir penguasaan keterampilan gerak dalam suatu cabang olahraga seperti
teknik menendang, melempar, menangkap,
mengiring bola, melompat, lari, dan sebagainya. Penguasaan keterampilan dari
teknik-teknik dasar amatlah penting karena akan menentukan kemahiran dalam
melakukan keseluruhan gerak dalam cabang olahraga.
3.
Latihan taktik
Latihan taktik bertujuan untuk
mengembangkan dan menumbuhkembangkan daya tafsir pada atlet ketika melaksanakan
kegiatan olahraga yang bersangkutan. Yang dilatih adalah pola-pola permainan,
setrategi dan taktik pertahanan, penyerangan, latihan taktik akan bisa berjalan
dengan baik apabila penguasaan teknik dasar seseorang atlet sudah cukup baik
demikian pulasebaliknya.
4.
Latihan mental
Latihan mental sama pentingnya dengan
ketiga aspek teknik,fisik, dan taktik . hal ini di sebabkan jika kapasitas
fisik yang sempurna tehnik yang baik dan taktik yang efektifpun maka tidak akan
seoptimal mungkin jika kondisi emosionalnya tidak stabil, sehingga aspek mental
harus sepadan dengan aspek lainya jika seorang atlet inggin dapat menampilkan
prestasi yang optimal latihan mental lebih condong pada kedewasaan serta
emosional atlet, semangat bertanding, sikap pantang menyerah, keseimbangan
emosi terutama bila bertanding berhubungan pada situasi setres , fair play, percaya diri dan kejujuran
bersama.
5.
Prinsip latihan
Proses adaptasi manusia terhadap
lingkungan tertemtu pada hakekatnya manusia memiliki sikap adaptasi yang sangat
istimewa terhadap lingkunganya terlebih bagi atlet akan beradaptasi terhadap
pertandinggan berupa fisik, teknik, dan psikologi baik pada saat latihan maupun
pertandinggan. Adaptasi latihan dan pertandinggan merupakan penyesuaian fungsi
dan struktur organisme atlet yang di akibatkan oleh pembebanan pada latihan
yang di berikan adaptasi seperti itu perlu di atur ulang dosis latihanya
melalui interval antara unit latihan satu dengan yang lainya, oleh karena itu
adaptasi positif memerlukan latihan kontinyu dan peningkatan agar prestasi
atlet tetap tinggi dan pada puncak pertandingan, apbila kondisi latihan di
angap remeh artinya kurang latihan maka yang terjadi presati negatif (Harsono 1993) mengungkapkan adaptasi kearah positif
prestasi atlet akan naik setelah melakukan latihan di sebut superkompensasi beban itu secara
teratur dan berulang – ulang a) beban latihan berat terletak di ambang rangsang
atlet, b) metode latihan tepat dan efektif c) waktu istirahat cukup untuk
beradaptasi d) gizi yang baik e) atlet dalam keadaan sehat dan bugar, adaptasi
kearah negatif beart atlet dalam keadaan stagnasi
( penghentian) di sebabkan a) beban latihan selalu jauh pada batas ambang
rangsang kemampuan atlet b) kesalahan melaksanakan teknik dasar c) keterbatasan
kemampuan pelatih dalam melatih d) umur prestasi atlet telah lewat apabila ini
terjadi maka kondisi ini dalam kepelatihan di sebut involution of performance
6.
Prinsip kontiyunitas
Dari apa yang sudah di sampaikan pada
prinsip latihan maka harus di seimbangkan dengan prinsip beban latihan
sepanjang tahun terus menerus secara teratur, terarah, dan kontiyu supaya
prestasi tetap tinggi meningkat dan fluktuasi tidak menurun secara tajam,
prinsip ini berkaitan dengan periodesasi latihan.
7.
Prinsip beban berlebih
Latihan makin lama makin meningkat
tetapi naiknya beban harus dari sedikit sedikit untuk menjaga terjadinya overtraining dan prosese adaptasi atlet
terhadap beban latihan akan terjamin keteraturanya dengan mengubah salah satu
dari ciri –ciri beban latihan seperti intensitas, volume, recovry, frekuensi.
8.
Prinsip tekanan setres
Latihan yang harus dilakukan
mengakibatkan stres fisk,mental
atlet, stres fisik dapat ditimbulkan dengan jalan pemberian beban latihan yang
lebih dari batas kemampuan si atlet (over
load) artinya kebanyakan zat asam dari udara luar ( oksigen debt) kelelahan
ini akan menimbulkan kepada anatomi dan fisiologi sedangkan stres
mental dapat ditimbulkan melalui latihan yang berat sehingga aspek kejiwaan
seperti rasa, cipta dan karsa akan mendapatkan tekanan langsung dalam latihan
adanya konsentrasi yang lemah dan keberanianya hilang, kejenuhan dalam latihan
dll.
9.
Prinsip perorangan
Setiap atlet sebagai manusia yang
terdiri dari jiwa dan raga pasti berbeda dalam segi fisik, mental dan watak dan
tingkat kemampuan itu perlu di perhatikan oleh pelatih agar pemberian dosis
latihan, metode latihan dapat serasi untuk mencapai mutu prestasi individu –
individu atlet. Jenisnya kelamin, umur, kesehatan, proposional tubuh, tingkat
keterampilan atlet, tingkat daya pikir, dan kreativitas atlet, watak – watak
atlet dan pengalaman bertanding
10.
Prinsip interval
Prinsip ini sangant penting dalam
latihan yang bersifat harian, minguan, bulanan, kwartalan dan tahunan yang
berguna untuk memulihkan fisik dan mental atlet dalam menjalankan latihan.
Kegunaan interval menghindari cedera,
memberi kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan,
pemulihan tenagakembali bagi atlet dalam proses latihan. Bentuk interval aktif
dan pasif istirahat dalam harian berkaitan dengan elemen latihan yang satu unit
gerakanya dapat berupa istirahat pasif, istirahat dalam mingguan dari latihan
satu minggu lima kali ada penurunan beban dari tinggi ke sedang ringgan
intensitsnya istirahatnya penuh begitu seterusnya , istirahat dalam bulanan artinya
untuk recovery dalam latihan harian tidak cukup maka perlu waktu istirahat yang
bersifat mingguan intensitas latihan berkisar antara 50-75 %, interval tahunan
bahwa atlet lelah jasmani dan rohani waktu latihan maupun bertanding selama
setahun.
11.
Prinsip perkembangan menyeluruh(multilateral)
Sebelum atlet menghususkan dirinya
dalam suatu cabang olahraga sebaiknya atlet muda itu menerapkan prinsip
perkembangan menyeluruh atau prinsip multilateral melibatkan dari berbagai
fisik sehingga mengalami perkembangan kekuatan, daya tahan, kecepatan,
kelincahan, koordinasi dan sebagainya.
12.
Prinsip kekhususan (spesialisasi)
Setelah atlet mengalami perkembangan
menyeluruh maka di arahkan kecabang olahraga yang sesuai dengan karakteristik
fisik secara fisologisdan anatomi
serta di arahkan kepada cabang yang di gemari dan berpotensi pilihanya.
13.
Variasi latihan
Latihan yang dilkukan pada proses yang
benar tentunya memakan banyak waktu, pikiran, dan tenaga atlet, oleh karena itu
bukan mustahil jika latihan yang intensif dan berkesinambungan ksering
menimbulkan rasa kebosanan (baredom)oleh
sebab itu perlu variasi yang dapat mencegah timbulnya kejenuhan dan di tambah
adanya stimulasi / modofikasi alat –alat sebagai pembantu kejenuhan dalam
latihan, mengalihkan tempat latihan ketempat yang lebih membawa suasana
semangat dan variasi latihan selalu berkembang.
14.
Intensitas latihan
Perubahan fisiologis dan psikologis hanyalah mungkin terjadi apbila latihan dilakukan secara
intensif maksudnya adalah proses latihan haruslah kian lama semakin berat
dengan cara menambah beban kerjanya, latihan yang intensif sangat berkaitan
dengan penentuan kadar intensitas tolak ukurnya berkembangya daya tahan kasdiovaskuler
15.
Periodesasi latihan
Periodesasi latihan proses pembagian
rencana tahunan kedalam fase latihan yang lebih kecil yang bertujuan untuk
memberikan kemudahan dalam menyusun bagian – bagian yang lebih dapat diatur
serta untuk menjamin pemuncakan / peaking yang tepat dalam pertandingan penting
ditahun yang bersangkutan (Bompa,1999 :194). Pembagian tersebut dapat
meningkatkan pengorganisasian latihan yang tepat dan memberikan kesempatan
kepada pelatih untuk mengarahkan program secara lebih sistematis.
Siklus latihan tahunan pada cabang
olahraga pada umumnya secara konvseksional dibagi kedalam tiga fase latihan
yakni persiapan pertandingan, peralihan dan transisi persiapan pertandingan
dibagi dalam dua fase, fase persiapan pada dasarnya memiliki perbedaan mengenai
sifat latihan kedua fase tersebut memiliki sub fase umum dan khusus, sedangkan
fase pertandingan memiliki sub fase sebelum pertandinggan yang singkat
menjelang sub fase pertandingan utamanya masing-masing siklus makro dan mikro
merupakan bagian dari tiap fase dan masing-masing tiap siklus kecil memiliki
tujuan khusus yang diambil rencana khusus dari tahunan
Tabel 2
Periodesasi latihan makro dan mikro
SUB FASE
|
PERSIAPAN UMM
|
PERSIAPAN
KHUSUS
|
PRA KOMPETISI
|
KOMPETISI
|
TRANSISI
|
SIKLUS MAKRO
|
|
|
|
|
|
SIKLUS MIKRO
|
|
|
|
|
|
D.
Kesegaran jasmani
Kesegaran jasmani
merupakan hal yang sudah populer dikalangan masyarakat saat ini. Untuk
mempertegas agar pengertian lebih sesuai dengan apa yang dimaksud, ada beberapa
pendapat para ahli atau pakar kesegaran jasmani.
Kesegaran jasmani
adalah suatu aspek, yaitu aspek fisik dari kesegaran jasmani yang menyeluruh
atau total fitness yang memberikan kesanggupan pada seseorang untuk menjalankan
hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tiap pembebanan yang
banyak.
Kesegaran jasmani
menurut ahli faal dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
melakukan satu tugas khas yang memerlukan kerja muskular dimana kecepatan dan
ketahanan merupakan kriteria utama. Sedang menurut ahli-ahli pendidikan jasmani
menyatakan bahwa kesegaran jasmani adalah kapasitas fungsional total seseorang
untuk melakukam sesuatu kerja tertentu dengan hasi baik tanpa kelelahan yang
berarti (Depdikbud, 1992 : 9). Seseorang yang memilik kasegaran jasmani baik
dapat diartikan yang cukup mempunyai kesanggupan untuk melakukan pekerjaannya
dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga masih
memiliki sisa tenaga untuk mengisi waktu luangnya dan tugaas-tugas mendadak
lainnya.
Menurut M. Sajoto
(1995:8-11) kondisi fisik atau kesegaran jasmani adalah satu kesatuan yang utuh
dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja. Baik
peningkatan maupun pemeliharaannya. Dan juga disebutkan bahwa komponen kondisi
fisik meliputi : kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan, daya lentur,
kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan, dan reaksi. Kekuatan atau
strength, adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam
mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu kerja. Daya tahan atau endurance
dalam hal ini dikenal dua macam daya tahan, yakni : Daya tahan umum atau
general endurance kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung,
paru-paru, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan
kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan
intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama. Dayatahan otot atau local
endurance kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi
secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu. Daya
otot atau muscular power kemampuan seseorang untuk mempergunakan kemampuan
maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini
dapat dinyatakan bahwa daya otot = kekuatan atau force x kecepatan atau
velocity. Seperti dalam lompat tinggi, tolak peluru, serta gerak lain yang
bersifat eksplosif. Kecepatan atau speeds, kemampuan seseorang untuk
mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu
sesingkat-singkatnya. Seperti dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap
sepeda, panahan, dan lain-lain. Dalam hal ini ada kecepatan gerak dan kecepatan
eksplosif. Daya lentur atau flexibility, seseorang dalam penyesuaian diri untuk
segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas, hal ini akan sangat mudah
ditandai dengan tingkat flexibility persendian pada seluruh tubuh. Kelincahan
atau agility adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu.
Seseorang yang mampu mengubah posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan
koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik. Koordinasi atau
coordination, adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam
gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif. Keseimbangan
atau balance kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot, di
bidang olahraga banyak hal yang harus dilakukan oleh atlet dalam masalah
keseimbangan ini baik dalam menghilangkan atau mempertahankan keseimbangan.
Ketetapan atau accuracy, adalah seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas
terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan jarak atau mungkin suatu
objek langsung yang harus dikenal dengan salah satu bagian tubuh. Reaksi atau
reaction, adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam
menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, syaraf, atau feeling
lainnya, seperti dalam mengantisipasi datangnya shuutel cock. Dari kesepuluh
komponen kondisi fisik tersebut faktor yang dominan diperlukan seseorang pemain
bulutangkis adalah kekuatan pada otot lengan, daya ledak pada otot tungkai, dan
kelincahan. Menurut Gabbard ( 1987 : 50 ) bahwa istilah fitness mempunyai
banyak arti dan banyak pengertian yaitu sebagai kemampuan tubuh dalam melakukan
fungsi secara normal tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, dan dapat melakukan
aktifitas dengan senang dalam mengisi waktu luang dan dengan tanpa mengalami
stress pisik. Lebih lanjut Gabbard menjelaskan bahwa istilah fitness dapat
dibagi dalam dua dikatagori yakni pertama, fitness yang berhubungan dengan
skill yang meliputi : Speed, Agility, Coordination, power, balance, dan kedua ;
fitness yang berhubungan dengan kesehatan atau health yang meliputi : sistem
cardiovascular endurance, body composition, muscular strength, muscular
endurance dan flexibility. Dari urain diatas nampak bahwa kesegaran jasmani
terkait dengan ketrampila atau ketangkasan. fitness yang berhubungan dengan
skill yang meliputi : Speed, Agility, Coordination, power, balance Kecepatan
adalah kemampuan bergerak dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu tercepat
yang dimungkinkan. Ketangkasan adalah kemampuan untuk mengubah arah atau posisi
badan dengan cepat dan diteruskan dengan gerakan kaki. Koordinasi adalah
kemampuan untuk menggabungkan motor dan system sensor dalam sebuah pola
geraskan yang efisien. Tenaga adalah perpaduan antara kekautan dan kecepatan
otot yang maksimum di usahakan di lepaskan pada kecepatan maeksimum.
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tuhuh seseorang dan
keseimbangan baik dalam situasi pergerakan yang stabil maupun yang tidak.
E. Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani
didefinisikan oleh beberapa organisasi sebagai suatu keadaan yang dimiliki atau
dicapai seseorang dalam kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas
fisik. Istilah kesegaran jasmani juga meliputi kemampuan untuk melakukan
kegiatan atau pekerjaan sehari-hari dan adaptasi terhadap pembebanan fisik
tanpa menimbulkan kelelahan berlebih dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk
menikmati waktu senggang maupun pekerjaan yang mendadak serta bebas dari penyakit
a.
Komponen Kesegaran Jasmani
Komponen dari
kesegaran jasmani dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yang satu berkaitan
dengan kesehatan
dan yang lain berkaitan dengan ketrampilan/ kemampuan atletik.
1. Kesegaran Jasmani
yang Berhubungan dengan Kesehatan (Health Related Fitness )
Kesegaran jasmani
yang berkaitan dengan kesehatan mengacu pada beberapa aspek fungsi
fisiologis dan
psikologis yang dipercaya memberikan perlindungan kepada seseorang dalam
melawan beberapa tipe penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner,
obesitas dan kelainan muskuloskeletal.
Komponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan termasuk
kesegaran aerobik atau kardiovaskuler, komposisi tubuh, dan kesegaran
muskuloskeletal (termasuk kekuatan, daya tahan dan kelenturan otot).
a.
Kekuatan Otot
Kekuatan otot
dapat didefinisikan sebagai tenaga atau tegangan otot untuk melakukan kerja
yang
berulang-ulang atau terus menerus melawan tahanan dalam suatu usaha yang
maksimal. Kekuatan otot merupakan suatu kemampuan untuk menghasilkan tenaga,
termasuk didalamnya adalah kekuatan dinamik atau isotonik (yakni kemampuan
untuk menghasilkan tenaga melalui lingkup gerak) dan kekuatan isometrik (yakni
kemampuan untuk menghasilkan tenaga pada suatu titik dalam lingkup gerak tanpa disertai
perubahan panjang otot).
b.
Daya Tahan Otot
Daya tahan otot
merupakan kemampuan otot untuk melakukan kerja yang berulang-ulang
atau terus
menerus dengan beban submaksimal.
Perkembangan
kekuatan otot dan daya tahan otot pada dasarnya ditentukan oleh ukuran otot dan
penampang melintang otot, kekuatan otot dan sudut tarikan, dan kecepatan
kontraksi otot dan produksi tenaga. Terdapat hubungan yang bermakna antara
ukuran otot dan penampang lintangnya, dengan kekuatan otot pada umumnya. Ukuran
dan penampang lintang yang lebih besar akan memproduksi tenaga yang lebih
besar.
c.
Kelenturan
Kelenturan
mengacu pada otot atau kelompok otot yang secara fungsional dapat melewati
suatu lingkup
gerak sendi. Tingkat gerak kelenturan spesifik terhadap masing-masing persendian,
dan secara umum dibatasi oleh struktur sendi, kapasitas dimensi gerak, dan
elastisitas serta luasnya otot dan jaringan ikat. Kelenturan dapat dibagi
menjadi komponen statik dan dinamik. Fleishman mendefinisikan kelenturan statik
sebagai kemampuan untuk meregangkan tubuh dalam berbagai gerak yang berbeda,
sedangkan kelenturan dinamik adalah kemampuan tubuh untuk menggerakkan badan
dan anggota
gerak secara
cepat atau terus-menerus. Meskipun kedua komponen mengacu pada lingkup gerak,
namun kelenturan statik bersifat pasif, sedangkan kelenturan dinamik
berorientasi pada gerakan.
d.
Kesegaran Kardiorespirasi
Kesegaran
kardiorespirasi adalah kemampuan melepaskan energi metabolisme yang
ditunjukkan
dengan kemampuan kerja fisiologis tubuh relatif untuk menghasilkan efisiensi
dari pembuluh darah, jantung dan paru dalam periode waktu lama. Kesegaran
kardiorespirasi atau daya tahan kardiovaskuler atau kesegaran aerobik juga
didefinisikan sebagai kemampuan sistem respirasi dan sirkulasi untuk
menyediakan oksigen guna kerja otot selama aktivitas yang ritmik dan kontinyu
dengan melibatkan kelompok besar otot.
Sebagai respon
langsung terhadap kebutuhan otot, curah jantung (hasil dari isi sekuncup x
denyut jantung)
meningkat secara linier untuk menyediakan otot kebutuhan darah yang mengandung
Oksigen (O2) dan mengeluarkan Carbondioksida (CO2) serta produk metabolisme
lainnya untuk menjaga homeostasis tubuh. Ketika darah arteri melalui otot,
oksigen dikeluarkan dan darah melanjut ke sistem vena menuju jantung. Bersamaan
dengan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan, terdapat pula peningkatan
ambilan oksigen (oxygen uptake / VO2). Perbedaan kandungan oksigen
antara sistem arterial dan vena disebut A-V O2 difference. Perbedaan ini
meningkat sesuai dengan peningkatan kerja.
Kesegaran aerobik
ini biasanya diukur dengan suatu istilah VO2 maks, yakni angka terbesar
dimana oksigen
dapat dikonsumsi selama latihan maksimal.1 VO2 maks (mililiter per menit)
merupakan hasil
dari denyut jantung, isi sekuncup dan A-V O2 difference. VO2 maks menggambarkan kemampuan otot untuk
mengkonsumsi oksigen dalam metabolisme dikombinasikan dengan kemampuan sistem
kardiovaskuler dan respirasi untuk menghantarkan oksigen ke mitokondria otot.
e.
Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh
pada dasarnya terdiri dari 2 komponen, yakni : lemak tubuh (fat mass)
dan
massa tubuh tanpa
lemak (fat-free mass). Lemak tubuh termasuk semua lipid dari jaringan
lemak maupun jaringan lainnya. Massa tubuh tanpa lemak terdiri dari semua
bahan-bahan kimia dan jaringan sisanya, termasuk air, otot, tulang, jaringan
ikat, dan organ-organ dalam.
f.
Kesegaran Jasmani yang Berhubungan dengan
Ketrampilan (Skill Related Fitness)
Kesegaran jasmani
yang berhubungan dengan ketrampilan merupakan kualitas yang dimiliki
seseorang
sehingga mampu untuk berpartisipasi dalam aktivitas olahraga.12 Komponen
kesegaran jasmani ini meliputi ketangkasan, kecepatan, koordinasi, tenaga, dan
keseimbangan.
g.
Ketangkasan
Ketangkasan
adalah kemampuan dalam mengubah gerak secara cepat dan akurat. Ketangkasan
saling berhubungan dengan kecepatan, kekuatan, keseimbangan dan koordinasi.
h.
Kecepatan
Kecepatan
merupakan kemampuan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain
dalam waktu
sesingkat mungkin. Kecepatan ini tergantung dari program motorik susunan saraf
pusat yang diaktivasi oleh tenaga (power) yang kuat. Suatu organisme
dapat bereaksi cepat dengan jalan berbeda-beda, yakni dengan kecepatan gerak
tunggal dan respon motor atau dengan mencapai kecepatan lokomotor yang tinggi.
i.
Koordinasi
Koordinasi
merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan sistem motorik dan sensorik ke
dalam suatu pola
gerak yang efisien. Pada dasarnya perlu gerak mata-tangan, mata-kaki, dan gerak
ritmik yang baik. Koordinasi ini sangat penting untuk keberhasilan kebanyakan
aktivitas gerakan termasuk yang dilakukan sebagai bagian dari fungsi harian.
j.
Daya / Power
Daya ledak otot
merupakan kombinasi dari tenaga eksplosif; kekuatan otot maksimum yang
dilepaskan dengan
kecepatan maksimum. Daya ledak otot merupakan faktor fundamental dalam
melompat, melempar, menendang dan memukul.
k.
Keseimbangan
Keseimbangan
merupakan kemampuan untuk menjaga satu posisi tubuh dan seimbang baik
keadaan gerak
statis maupun dinamis.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani
1.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran
Jasmani yang Berhubungan dengan
Kesehatan
Ada beberapa
faktor penting yang mempengaruhi kesegaran jasmani yang berhubungan
dengan kesehatan,
antara lain :
a.
Umur
Terdapat bukti
yang berlawanan antara umur dan kelenturan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa
kelenturan meningkat sampai remaja awal dan sesudah itu menurun. Dilaporkan
bahwa penurunan kelenturan dimulai sekitar usia 10 tahun pada anak laki-laki
dan 12 tahun pada anak perempuan dan bukti menunjukkan bahwa dewasa yang lebih
tua mempunyai kelenturan kurang dibanding dewasa muda.
Penelitian di
Belanda melaporkan bahwa kekuatan aerobik (VO2 maks) puncaknya pada
umur 18 dan 20
tahun pada laki-laki serta 16 dan 17 tahun pada anak perempuan, bertepatan
dengan umur puncak massa otot. Pengukuran kesegaran jasmani pada sebuah
penelitian 8800 orang Amerika berusia 10-18 tahun menunjukkan bahwa kesegaran
kardiorespirasi cenderung tetap konstan atau meningkat antara usia 12-18 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa daya tahan tiap unit massa tubuh tanpa lemak mungkin
menurun atau masih belum berubah.
b.
Jenis Kelamin
Secara umum anak
perempuan lebih lentur daripada anak laki-laki. Perbedaan anatomis dan
pola gerak serta
aktivitas yang teratur pada kedua jenis kelamin mungkin menyebabkan perbedaan
kelenturan ini. Kekuatan otot juga berbeda antar jenis kelamin. Penelitian di
Oman (2001) pada anak berusia 15-16 tahun menunjukkan bahwa kesegaran aerobik
lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
c.
Genetik
Terdapat
bukti-bukti kuat yang menunjukkan bahwa variasi genetik berbeda dalam hal
respon terhadap
kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan. Genotip mempengaruhi
komponen kesegaran jasmani yang berbeda (fenotip) dengan berbagai jalan.
Pengaruh keturunan terhadap lemak tubuh 25%, kesegaran otot 20-40%, dan
kesegaran kardiovaskuler 10-25%. Hal ini dibandingkan pada orang-orang yang
tidak terlatih.
d.
Ras
Pola kesegaran
jasmani bervariasi diantara anak-anak dengan etnis/ ras yang berbeda akibat
faktor biologis
dan faktor sosiokultural. Pada sebuah penelitian di Inggris didapatkan bahwa
kesegaran kardiovaskuler pada anak-anak yang berasal dari anak benua India
lebih rendah daripada anak-anak Inggris lainnya.8 Penelitian di Birmingham
menunjukkan bahwa anak Afro-Amerika dan Kaukasian mempunyai angka VO2 istirahat
dan selama latihan submaksimal yang sama, namun VO2 maks lebih rendah ~ 15%
pada anak Afro Amerika.
e.
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik
didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot
skeletal dan
menghasilkan peningkatan resting energy expenditure yang bermakna.29-31
Aktivitas fisik juga dapat didefinisikan sebagai suatu gerakan fisik yang
menyebabkan terjadinya kontraksi otot. Aktivitas fisik di luar sekolah termasuk
aktivitas fisik di waktu luang, dimana aktivitas dilakukan pada saat yang bebas
dan dipilih berdasarkan kebutuhan dan ketertarikan masing-masing individu. Hal
ini termasuk latihan dan olah raga. Latihan merupakan bagian dari aktivitas
fisik yang terencana, terstruktur, berulang dan bertujuan untuk meningkatkan atau
menjaga kesegaran jasmani, sedangkan olahraga termasuk sebuah bentuk aktivitas
fisik yang melibatkan kompetisi. Aktivitas fisik pada anak dan remaja
dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah faktor
fisiologis/perkembangan (misalnya pertumbuhan, kesegaran jasmani, keterbatasan
fisik), lingkungan (fasilitas, musim, keamanan) dan faktor psikologis, sosial
dan demografi (pengetahuan, sikap, pengaruh orang tua, teman sebaya, status
ekonomi, jenis kelamin, usia). Gambaran aktivitas fisik harus mempertimbangkan
kemungkinan aspek-aspek (1) tipe dan tujuan aktivitas fisik (misal: rekreasi
atau kewajiban, aerobik atau anaerobik, pekerjaan), (2) intensitas
(beratnya), (3)
efisiensi, (4) durasi (waktu), (5) frekuensi (misalnya waktu per minggu), (6)
pengeluaran
kalori dari aktivitas yang dilakukan. Aktivitas fisik akan mengubah komposisi
tubuh yakni menurunkan lemak tubuh dan meningkatkan massa tubuh tanpa lemak.
Secara khusus dengan latihan akan menurunkan lemak abdominal. Penurunan
aktivitas fisik menyebabkan rendahnya tingkat kesegaran jasmani dengan
berkurangnya
kekuatan, kelenturan, tenaga aerobik dan ketrampilan atletik.6 Aktivitas fisik
terutama latihan dapat memperbaiki kelenturan, kekuatan otot, daya tahan otot
dan kesegaran kardiorespirasi. Sebuah penelitian di Inggris menunjukkan adanya
korelasi positif yang bermakna antara aktivitas fisik dan kesegaran jasmani
pada anak berusia 8-10 tahun.9 Penelitian di Yunani (2003) menyatakan bahwa
aktivitas fisik di sekolah melalui kurikulum pendidikan jasmani mempengaruhi
tingkat kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kardiovaskuler dan motorik.
Penelitian di Oman menyimpulkan bahwa kesegaran aerobik berkorelasi negatif
dengan aktivitas fisik sedentari seperti menonton televisi, main komputer dan video
games. Latihan merupakan salah satu aktivitas fisik penting yang
mempengaruhi kesegaran jasmani seseorang. Beberapa penelitian mengamati
perubahan VO2 maks selama program latihan jangka panjang. Paling tidak
setengahnya menyatakan bahwa tidak ada perbaikan dalam VO2 maks, namun
kebanyakan program latihan ini tidak terlalu bugar ataupun jangka waktunya
sangat pendek. Salah satu penelitian menyimpulkan bahwa kesegaran
kardiovaskuler remaja obesitas secara bermakna dipengaruhi oleh latihan fisik,
khususnya latihan fisik dengan intensitas tinggi.10 Penelitian lain mendukung
konsep bahwa kekuatan dan daya tahan otot dapat diperbaiki selama masa
anak-anak dengan program latihan intensitas sedang dan berulang.
f.
Kadar Hemoglobin
Salah satu yang
mempengaruhi kesegaran jasmani adalah kapasitas pembawa oksigen.
Oksigen dibawa
oleh aliran darah ke jaringan sel-sel tubuh, termasuk sel-sel otot jantung.
Pengangkutan O2
ini dimaksudkan untuk menunjang proses metabolisme aerobik yang terjadi di
dalam mitokondria dan khususnya beta oksidasi pada metabolisme lemak selain
proses oksidasi pada siklus Krebs. Energi yang terjadi akan dipakai untuk kerja
eksternal jantung, faktanya terlihat jantung berkontraksi dan berelaksasi.
Terdapat hubungan yang erat antara laju konsumsi oksigen miokardium dengan
kerja yang dihasilkan oleh jantung. Makin kuat jantung bekerja maka semakin
banyak O2 yang dibutuhkan oleh sel-sel jantung. Anemia merupakan suatu kondisi
yang ditandai konsentrasi hemoglobin dalam darah yang lebih rendah dari normal.
Oleh karena hemoglobin memegang peranan penting dalam fungsi transport oksigen
dalam darah, maka anemia dapat mengurangi pengiriman oksigen ke jaringan tubuh,
sehingga mengganggu proses metabolik aerobik jaringan. Konsentrasi hemoglobin
yang rendah dapat mengurangi angka maksimal pengiriman oksigen ke jaringan,
sehingga akan mengurangi VO2maks dan mengganggu kapasitas kesegaran jasmani.
2.
Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran
Jasmani yang Berhubungan dengan Ketrampilan :
Beberapa hal yang
mempengaruhi kesegaran jasmani yang berkaitan dengan ketrampilan antara lain :
a.
Umur
Keseimbangan
dapat meningkat sesuai umur kronologis antara umur 11 dan 16 tahun,
namun angka
pencapaian pada anak laki-laki antara 13 dan 15 tahun tercatat melambat.
b.
Jenis Kelamin
Baik anak perempuan
ataupun anak laki-laki meningkat ketangkasannya sampai usia 14
tahun, namun
sesudah itu anak perempuan tampak menurun sedangkan anak laki-laki lebih cepat
mencapai kemampuannya. Seiring pertambahan usia, kecepatan reaksi akan
meningkat dan anak lakilaki akan memiliki reaksi yang lebih cepat dibanding
anak perempuan.
c.
Genetik
Ketangkasan
sebagian merupakan pembawaan (herediter) meskipun dapat juga diperbaiki
melalui latihan.
d.
Latihan
Penelitian-penelitian
menunjukkan bahwa ketangkasan,keseimbangan dan tenaga dapat
diperbaiki
melalui suatu latihan. Kecepatan gerak juga dapat diperbaiki melalui latihan
baik isotonik maupun isometrik .
3.
Pengukuran Tingkat Kesegaran Jasmani
Terdapat berbagai
variasi tes kesegaran jasmani untuk menetapkan tingkat kesegaran jasmani
seseorang. Ada beberapa tes yang sering dipergunakan, antara lain:
a.
Harvard Step Test
Harvard Step test
merupakan tes kesegaran jasmani yang sederhana. Tes ini bertujuan untuk
mengukur kesegaran jasmani untuk kerja otot dan kemampuannya pulih dari kerja.
Caranya adalah dengan naik turun bangku terus menerus selama 5 menit dengan
kecepatan 30 langkah/menit atau sampai seseorang tak mampu bertahan dalam
kecepatan 30 langkah/menit. Setelah 5 menit denyut jantung diukur dalam menit
ke-1, menit ke-2 dan menit ke-3 yang menunjukkan waktu pemulihan setelah
latihan.
Tes ini
berdasarkan tinggi bangku dan tinggi seseorang yang bervariasi, juga
dipengaruhi
berat badan. Hal
ini menyebabkan seseorang yang lebih berat badannya akan bekerja lebih keras
daripada yang lebih kurus sehingga mempengaruhi hasil.
b.
Treadmill dan Ergometer Sepeda
Keduanya
merupakan tes untuk melihat respon kardiorespirasi. Pada tes Treadmill,
konsumsi oksigen tergantung pada berat badan subyek, dan juga kecepatan dan
kemiringan alatnya. Pada ergometer sepeda, perubahan tingkat latihan fisik
diperoleh dengan cara mengubah beban pada roda sepeda. Keduanya membutuhkan
alat khusus yang sulit dilakukan di lapangan.
c.
Tes ACSPFT
Tes kesegaran
jasmani ACSPFT (Asian Commitee on the Standardization of Physical Fitness
Test) merupakan tes
kesegaran jasmani di lapangan yang sudah diakui secara internasional dan
dibakukan di Asia. Tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani
seseorang. Tes ini relatif murah dan mudah dikerjakan.
Tes ACSPFT merupakan
rangkaian tes yang terdiri dari (1) Lari 50 meter untuk mengukur
kecepatan, (2)
Lompat jauh tanpa awalan untuk mengukur gerak eskplosif tubuh/ daya ledak otot,
(3) Bergantung angkat badan (putra) atau bergantung siku tekuk (putri) untuk
mengukur kekuatan statis dan daya tahan lengan serta bahu, (4) Lari hilir mudik
4 x 10 m untuk mengukur ketangkasan, (5) Baring duduk 30 detik untuk mengukur
daya tahan otot-otot perut, (6) Lentuk togok ke muka (forward flexion
of trunk) mengukur kelenturan, (7)Lari jauh 800 m (putri) dan 1000 m
(putra) untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi.41
d.
Kondisi Anaerobik dan Aerobik
Perkembangan
kondisi anaerobik dan aerobik selama aktivitas fisik atau latihan penting
diketahui dalam
mempelajari kesegaran jasmani khususnya kesegaran kardiorespirasi. Secara
metabolik, ketahanan aerobik disediakan oleh sistem oksidatif untuk tercapainya
ketahanan jangka lama yang berlangsung dengan adanya oksigen, sedangkan kondisi
anaerobik tersedia melalui penggunaan sistem Adenosin Triphosphat – Phosphate
Creatin (ATP-PC) dan sistem asam laktat untuk aktivitas fisik yang intensif dan
segera yang diperoleh tanpa kehadiran oksigen. Respon energi yang dihasilkan
oleh sistem-sistem ini menghasilkan kapasitas kerja fisiologis dari tubuh untuk
penampilan fisik. Kedua sistem ini bekerja saling berhubungan satu sama lain
menggunakan proses metabolik oksidatif maupun glikolisis dalam tingkat yang
lebih besar atau lebih sedikit tergantung kebutuhan tubuh.
Sistem Energi
Anaerobik (Metabolisme Anaerobik)
Ada dua jenis
reaksi yakni sistem phosphagen (ATP-PC) dan sistem asam laktat.
1.
Adenosine Triphosphate-Creatine Phosphate
(ATP-PC)
Bila otot
berkontraksi, energi yang segera dipakai adalah simpanan ATP yang ada dalam sel
otot. Energi
untuk kerja segera dilepaskan ketika adenosine triphosphate (ATP) dipecah
menjadi bentuk adenosine diphosphate (ADP) dan phosphate (Phosphate Inorganik
=Pi) 2,42 ATP ADP + Pi + Energi Setelah 5 detik terjadi aktivitas otot, maka
ATP akan habis dan Phosphocreatin yang juga merupakan cadangan phosphat energi
tinggi akan dipecah, sehingga terjadi : PC4 Creatin + Pi + Energi Energi ini
dipakai untuk resintesis ATP, sehingga :
Energi + Pi + ADP
ATP Cadangan ATP dan PC yang secara bersama disebut phosphagen, di dalam otot
jumlahnya hanya sedikit. Sistem phosphagen juga dikenal sebagai sistem energi
phosphat atau sistem alactic, yang dapat berlangsung selama 5-10 detik. Bila
aktivitas otot terus berlangsung maka harus ada pemecahan cadangan yang lain
yaitu glikogen atau
2.
Sistem Asam Laktat
Sistem ini
dikenal juga sebagai glikolisis anaerobik. Glikolisis adalah pemecahan
karbohidrat,
dalam hal ini
glikogen menjadi asam piruvat dan asam laktat. Asam laktat akan ditimbun dalam
darah dan otot, dan akan menyebabkan kelelahan dari otot.
Glikogen 3 asam
piruvat + 3 asam laktat + 3 energi (glikolisis) Jadi, dari sistem ini hanya
menghasilkan 3 mol ATP untuk setiap mol-glukosa, sehingga akhirnya
cadangan glikogen
segera cepat dapat berkurang. Energi yang dihasilkan dapat berlangsung 2-3
menit, dan selanjutnya akan mengalami kelelahan.
3.
Sistem Energi Aerobik (Metabolisme Aerobik)
Dengan hadirnya
oksigen, pemecahan sempurna dari glikogen terjadi yaitu dari 180 g
glikogen menjadi
carbondioksida (CO2) dan air (H2O) yang menghasilkan 39 mol ATP. Reaksi ini
berlangsung pada bagian subseluler otot yaitu dalam mitokondria sehingga
mitokondria disebut sebagai rumah daya (power house) karena merupakan
tempat produksi energi ATP secara aerobik. Bila intensitas kegiatan naik, maka
karbohidrat dipakai, sedangkan bila durasi (lama waktu) kegiatan bertambah,
maka lemak dipakai, dan bila karbohidrat dan lemak habis, protein akan dipakai.
Ada tiga tahapan reaksi kimia yang selalu terjadi pada sistem aerobik yaitu
glikolisis aerobik, siklus Krebs, dan sistem transport elektron.
4.
Glikolisis Aerobik
Glikogen → asam
piruvat + energi 3 energi + 3 ADP + 3 Pi → 3 ATP (42)
a. Siklus Krebs
Dua siklus yang
terjadi pada siklus Krebs yaitu : siklus TCA ( tricarbocylic acid/ asam
trikarboksilat) , dan siklus asam sitrat seperti gambar dibawah ini :
.
Siklus Krebs.
Pada siklus Krebs
terjadi CO2 dan oksidasi (yaitu dibuangnya elektron). CO2 mengadakan difusi ke
dalam darah dan dibawa ke paru. Sedang elektron yang dibuat berasal dari
penglepasan atom Hidrogen. (H) → H+ (ion) + elektron (e-) Asam piruvat
mengandung (C), (H), dan (O); bila H dilepas maka hanya ada (C) dan (O) yang
merupakan komponen CO2, sehingga dalam siklus Krebs, asam piruvat dioksidasi
dan menghasilkan CO2.
5.
Sistem Transport Elektron
Pemecahan
selanjutnya dari glikogen diperoleh hasil akhir H2O yaitu H ion dan elektron
yang berasal dari siklus Krebs, sedang oksigen berasal dari pernafasan. Reaksi
ini disebut reaksi transport elektron atau sebagai “rantai pernafasan”
H- + 4e- + O2 →
2H2O Bila elektron telah dibawa lewat rantai pernafasan, energi dilepaskan dan
ATP disintesis dengan reaksi kopel (perangkaian). Untuk setiap pasang elektron
(2e-) yang dibawa lewat rantai pernafasan, energi yang dapat dilepas untuk
resintesis yaitu rata-rata 3 mol ATP. Metabolisme aerobik di atas dapat
diringkas sebagai berikut : reaksi kopel yang terjadi pada pemecahan aerobik
untuk 180 gr glikogen : (C6H12O6) + 6O2 → 6O2 + 6 H2O + Energi Energi + 39 ADP
+ 39 Pi → 39 ATP Dari 39 mol ATP yang terjadi, 3 mol berasal dari glikolisis
aerobik dan 36 mol berasal dari sistem transport elektron. Bila durasi kegiatan
meningkat, lemak dipakai. Pemecahan aerobik untuk lemak, asam palmitat
(C16H32O2) sebagai berikut :
C16H32O2 + 23O2 →
6O2 + 6 H2O + Energi
Energi + 130 ADP
+ 130 Pi → 130 ATP
Dari dua reaksi
di atas terlihat bahwa sistem aerobik dapat dipakai untuk pemecahan glikogen
dan lemak yang dapat digunakan untuk resintesis ATP secara besar tanpa
terbentuknya hasil samping yang dapat menyebabkan kelelahan otot, seperti pada
sistem laktat. Produksi panas badan yang dihasilkan pada waktu pemecahan
glikogen atau lemak, separuhnya dipakai untuk resintesis ATP sehingga menjadi
energi ATP. Sebagian lagi dilepas sebagai panas yang disimpan dalam badan, dan
lainnya hilang keluar. Bila intensitas kegiatan terus naik dan sistem
kardiovaskuler tidak mampu memasok oksigen, maka sistem anaerobik akan
menggantinya.
6.
Respon Otot dalam Kondisi Aerobik dan
Anaerobik
Pada dasarnya
terdapat 2 tipe serat otot yakni slow twitch dan fast twitch.
(tabel 1). Slow
twitch fibers berkecepatan
kontraksi lambat, resistensi terhadap kelelahan tinggi dan memiliki kapasitas
aerobik tinggi. Fast twitch fibers berkontraksi cepat, resistensi
terhadap kelelahan rendah dan tinggi dalam kemampuan anaerobik. Twitch menggambarkan
respon kontraksi terhadap stimulus. Slow twitch fibers bersifat
oksidatif dan digunakan untuk ketahanan, sedangkan Fast twitch fibers bersifat
glikolitik dan digunakan untuk aktivitas fisik kuat dan singkat.2 Secara
genetik tipe serat otot ditentukan dan diklasifikasikan sesuai dengan proses
fisiologis dan histokimiawinya. Tipe I ukurannya kecil, menghasilkan sedikit
tenaga, mengandung mitokondria dan enzim-enzim lebih banyak untuk mengubah
lemak dan karbohidrat menjadi karbondioksida dan air, dan mengangkut lebih
banyak oksigen daripada Fast twitch fibers. Tipe IIA dan tipe IIIB
ditemukan antara
oksidatif cepat sampai glikolitik cepat dan memberikan distribusi penggunaan
energi aerobik yang terbatas dan anaerobik secara keseluruhan.
Tabel 2. Tipe Serat Otot
Skeletal
Tipe serat
|
Kecepatan kontraksi serat
|
Oksidatif atau glikolitik
|
Onset kelelahan
|
I
Iia
IIIb
|
Lambat
Cepat
Sedang
|
Oksidatif
Oksidatif
Glikolitik
Glikolitik
|
Lambat
Sedang
Cepat
Cepat
|
7.
Proses aerob dan olahraga aerobik
Di dalam dunia olahraga
dikenal terminologi olahraga aerobik dan nonaerobik, yang
sebenarnya
mempunyai arti agak berbeda. Ada bentuk-bentuk olahraga yang berbeda, yakni :
1.
Olahraga aerobik
Dikatakan
olahraga aerobik apabila bentuk-bentuk serta jumlah aktivitas di dalam olahraga
ini memberikan kesempatan otot untuk melaksanakan proses-proses aerob secara
lebih menonjol (jadi melalui siklus Krebs).
2.
Olahraga nonaerobik
Dikatakan
olahraga nonaerobik apabila proses di otot lebih menonjol, golongan ini umumnya
pada olahraga dengan intensitas kerja otot yang berat. Meskipun penelitian
tentang proses aerob ini sudah dirintis oleh Lavoiser sejak 200 tahun yang
lalu, tetapi sampai saat ini masalah aerob dan olahraga aerobik ini masih
membingungkan banyak
orang. Cooper
pada tahun 1977 membuat program-program latihan berbagai jenis olahraga aerobik
menurut besarnya intensitas kerja fisik dan kita dianjurkan mengikuti program
tersebut dengan menaikkan secara berangsur intensitas latihan (beban kerja
fisik) tersebut. Dengan demikian kapasitas aerobik tubuh kita dapat
ditingkatkan. Anjuran Cooper ini dapat membingungkan, karena besar beban
yang sudah
ditetapkan beban tetap itu berbeda secara proporsional terhadap kemampuan kerja
maksimal masing-masing individu. Contohnya ialah pada program latihan lari
kategori I (golongan kesegaran fisik yang kurang), latihan minggu I adalah
jalan/lari jarak 1 mil dalam waktu 13’30’’. Beban ini mungkin bagi satu orang
tertentu hanya mencapai 60% dari kemampuan kerja maksimal orang tersebut, jadi
masih termasuk dalam kategori olahraga aerobik. Tetapi bagi orang lainnya,
beban ini sudah di atas 70% dari kemampuan kerja maksimal, dengan demikian
sudah bukan olahraga aerobik (meskipun kedua orang tersebut mempunyai umur,
jenis kelamin serta berat badan yang sama, tetapi kemampuan kardiovaskuler
berbeda). Setiap individu mempunyai kemampuan aerobik yang berbeda.
8.
Obesitas
Obesitas secara
sederhana didefinisikan sebagai suatu keadaan dari akumulasi lemak tubuh
yang
berlebihan.45-47 Anak dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) antara persentil 85-95
sesuai umur dan jenis kelamin disebut overweight, sedangkan anak dengan
IMT > 95 disebut obesitas.48,49
9.
Etiologi
Menurut hukum
termodinamik, obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan
energi dengan
keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan
dalam bentuk jaringan lemak. Kelebihan energi tersebut dapat disebabkan oleh
konsumsi makanan yang berlebihan, sedangkan keluaran energi rendah disebabkan
oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktivitas fisik dan efek termogenesis
makanan.
Sebagian besar
gangguan homeostasis energi ini disebabkan oleh faktor idiopatik (obesitas
primer atau
nutrisional) sedangkan faktor endogen (obesitas sekunder atau non-nutrisional,
yang disebabkan oleh kelainan sindrom atau defek genetik) hanya mencakup kurang
dari 10% kasus.
Obesitas
idiopatik (obesitas primer atau nutrisional) terjadi akibat interaksi
multifaktorial.
Secara garis
besar faktor-faktor yang berperan tersebut dikelompokkan menjadi faktor genetik
dan faktor lingkungan. Faktor genetik telah diketahui mempunyai peranan kuat
yakni parental fatness, anak yang obesitas biasanya berasal dari
keluarga yang obesitas. Bila kedua orangtuanya obesitas, sekitar 80% anak-anak
mereka akan menjadi obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas kejadiannya
menjadi 40%, dan bila kedua orang tua tidak obesitas maka prevalensi turun
menjadi 14%. Peningkatan risiko menjadi obesitas tersebut kemungkinan
disebabkan karena pengaruh gen atau faktor lingkungan dalam keluarga. Kral (2001)
mengelompokkan faktor lingkungan yang berperan sebagai penyebab terjadinya
obesitas menjadi 5 yakni nutrisional (perilaku makan), aktivitas fisik, trauma
(neurologis atau psikologis), medikasi (steroid), dan sosial ekonomi.
Penelitian Faizah pada anak-anak usia 6-7 tahun di Semarang menunjukkan bahwa
beberapa faktor risiko terjadinya obesitas
pada anak adalah
jenis kelamin laki-laki, warga keturunan Tionghoa, frekuensi makan lebih dari 3
kali perhari dan rumah tempat tinggal yang bertingkat.
10.
Teknik Pengukuran
Pengukuran lemak
tubuh, massa dan distribusinya memerlukan berbagai teknik dan belum
ada pengukuran
yang seratus persen memuaskan. Seringkali dibutuhkan kombinasi pengukuran untuk
menentukan risiko suatu penyakit. Perhitungan secara langsung menggunakan
densitometri, cairan tubuh total, kalium tubuh total, dan uptake of
lipid-soluble inert gases. Secara tidak langsung cadangan lemak dapat
dinilai dengan mengukur ketebalan lipatan kulit dan Indeks Massa Tubuh. Selain
itu untuk melihat distribusi lemak dapat digunakan rasio lingkar pinggang
terhadap lingkar pinggul.
11.
Indeks Massa Tubuh (IMT)
The World Health
Organization (WHO) pada tahun 1997, The National
Institute of Health
(NIH) pada tahun
1998 dan The Expert Committee on Clinical Guidelines for Overweight in
Adolescent
Preventive Services telah merekomendasikan Body Mass Index (BMI)
atau Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan
remaja di atas usia 2 tahun. IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan
berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi
dengan kuadrat tinggi badan dalam meter(kg/m2)). Interpretasi IMT tergantung
pada umur dan jenis kelamin anak, karena anak lelaki dan perempuan memiliki
lemak tubuh yang berbeda. Berbeda dengan orang dewasa, IMT pada anak berubah
sesuai umur dan sesuai dengan peningkatan panjang dan berat badan. Baru-baru
ini The Centers for Disease Control (CDC) mempublikasikan kurva IMT. IMT
dapat diplotkan sesuai jenis kelamin pada kurva pertumbuhan CDC untuk anak
berusia 2-20 tahun.45,51 (lampiran 1). IMT adalah cara termudah untuk
memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak tubuh,
selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai
risiko mendapat komplikasi medis. IMT mempunyai keunggulan utama yakni
menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam
penelitian populasi berskala besar.47,50
Pengukurannya
hanya membutuhkan 2 hal yakni berat badan dan tinggi badan, yang keduanya dapat
dilakukan secara akurat oleh seseorang dengan sedikit latihan. Keterbatasannya
adalah membutuhkan penilaian lain bila dipergunakan secara individual.21
Salah satu
keterbatasan IMT adalah tidak bisa membedakan berat yang berasal dari lemak dan
berat dari otot atau tulang. IMT juga tidak dapat mengidentifikasi distribusi
dari lemak tubuh. Sehingga beberapa penelitian menyatakan bahwa standar cut
off point untuk mendefinisikan obesitas berdasarkan IMT mungkin tidak
menggambarkan risiko yang sama untuk konsekuensi kesehatan pada semua ras atau
kelompok etnis.
Klasifikasi IMT
terhadap umur adalah sebagai berikut : < persentil ke-5 adalah berat badan
kurang, persentil
ke-85 adalah overweight, dan persentil ke-95 adalah obesitas.
12.
Obesitas dan Kesegaran Jasmani
Berbagai
penelitian menunjukkan efek positif dan negatif dari lemak pada kesegaran
jasmani. Otot atau jaringan bebas lemak secara umum memiliki efek yang
menguntungkan karena hal ini berkaitan dengan produksi dan konduksi tenaga (force),
sedangkan lemak yang berlebihan dilaporkan akan meningkatkan nilai metabolik
latihan. Peningkatan sejumlah massa tubuh tanpa lemak dikaitkan dengan tingkat
konsumsi oksigen maksimal. Namun lemak tubuh yang terlalu sedikit juga bisa
mengakibatkan turunnya efektivitas kesegaran jasmani. Beberapa penelitian
tentang kesegaran jasmani berkaitan dengan komposisi tubuh telah dilakukan.
Penelitian pada laki-laki dewasa di Jepang menunjukkan bahwa kesegaran jasmani
pada laki-laki obesitas lebih rendah dibandingkan subyek normal atau borderline.
15 Penelitian diantara kelompok etnik berumur 9 tahun di Inggris menunjukkan
bahwa anak obesitas dan anak yang pendek
memiliki
kesegaran jasmani yang lebih buruk dibandingkan anak-anak lainnya Dari
penelitian di Birmingham pada anak kulit putih dan kulit hitam berumur 6-11
tahun diperoleh kesimpulan bahwa
terdapat korelasi
negatif antara kesegaran kardiorespirasi dan peningkatan jaringan lemak. Hal
ini hampir serupa dengan penelitian di Jakarta yang mengukur tingkat kesegaran
jasmani secara umum yakni didapatkan bahwa makin tinggi persen lemak tubuh
makin rendah tingkat kesegaran
jasmaninya.
Sebaliknya penelitian pada anak muda Flemish ternyata didapatkan bahwa subyek
dengan obesitas menunjukkan kekuatan pegangan tangan yang lebih besar dibandingkan
non obesitas, meskipun komponen kesegaran jasmani yang lain memiliki skor yang
lebih rendah.
13.
Komorbiditas Obesitas
Obesitas
berkaitan dengan banyak permasalahan kesehatan., termasuk hipertensi, penyakit
jantung,
diabetes, stroke, sleep apnea, kematian muda dan penurunan kualitas
hidup.53
Salah satu hal
yang berkaitan erat dengan obesitas adalah hiperlipidemia dan aterosklerosis.
Peningkatan
kolesterol total merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya
atherosklerosis. Penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa negara dengan angka
penyakit jantung koroner yang lebih tinggi memiliki angka rata-rata kolesterol
total yang lebih tinggi. Kadar kolesterol pada kelompok umur anak penting
karena akan memprediksi kadar kolesterol dewasa. Dalam suatu penelitian
didapatkan bahwa terdapat hubungan antara kadar kolesterol pada anak muda dan
risiko terjadinya penyakit jantung pada 30-40 tahun kemudian. Didapatkan pula
bahwa lesi precursor fatty streak telah ada pada anak dengan
penyakit jantung koroner berusia 15 tahun yang meninggal karena penyebab bukan
jantung. Baik prevalensi atau meluasnya fatty streak dan tingkat
progresivitas peningkatan lesi vascular (aterosklerosis dini) pada anak muda,
berhubungan langsung dengan
peningkatan non high
density lipoprotein (HDL) kolesterol, yakni low density lipoprotein
ditambah very low density lipoprotein (VLDL) dan penurunan HDL
kolesterol yang diukur pada saat meninggal.
Sindroma
metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko kardiovaskular yang
berhubungan dengan
peningkatan kejadian penyakit ateroskerosis. Pada orang dewasa sindroma
metabolik meliputi hipertensi, peningkatan kadar glukosa puasa, obesitas
sentral, kadar HDL rendah dan kadar trigliserida yang tinggi. Sindroma ini
belum digolongkan dengan baik pada anak, meskipun kemungkinan anak dengan
kumpulan gejala seperti ini akan mempunyai risiko lebih tinggi terhadap
penyakit aterosklerosis pada saat dewasa. IMT diatas persentil 95 sesuai umur
anak kemungkinan akan menjadi faktor risiko untuk sindroma metabolik di masa
yang akan datang
Daftar pustaka
Depdikdub. 1987. Tes
Kesegaran Jasmani Indonesia. Semarang: Kanwil
Gabberd. Carl,et
al, 1987. Phyysical Education For Children, Newsletter
M. Sajoto. 1995. Peningkatan
Dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik
Dalam Olahraga. Semarang : Dahanar Prize.
Koni Daerah Istimewa Yokyakarta,2005,Panduan Pembinaan Olahraga Prestasi Koni DIY.
Yokyakarta : KONI DIY
KAPAL ASIA (KAPAL JUDI)
BalasHapusHOT PROMO :
- Bonus Cashback Mingguan Hingga 15%
- Bonus Refrensi 2,5% Seumur Hidup
- Bonus Rollingan Casino 0.8%
- Bonus Rollingan Mingguan Sportbook Refferal 0,1%
Discount 4D : 66.00% , 3D : 59.5.00% , 2D : 29.5.00%
Kombinasi = 5%
Shio = 12%
Colok Angka (1A) = 5%
Colok Macau (2A) = 15%
Colok Naga (3A) = 15%
Colok Jitu = 8%
jika ada kendala silahkan hubungi ke live chat kami ya bosku ^^
kami siap membantu bosku 24jam :)
di tunggu kedatangan nya kembali bosku ^^
WA: +855 1537 8728 KAPALJUDI
Fanspage : Kapal Judi Faigk
IG : kapaljudi88
Www Kapaljudi88 Net